5. Awal bencana

Ingin berlari tapi jika para kakak kelas yang bersatu padu mengerjainya setiap hari itu tahu jika dia bersembunyi di balik tumpukan kayu dekat gudang dia bisa habis dibantai hari ini juga.

Keringat dingin mengucur menandakan kelelahan dan juga rasa cemas bercampur jadi satu. Sakti sudah tidak mendengar para kakak kelasnya itu mengejarnya. Apakah sudah aman? Apa dia bisa keluar dari persembunyiannya sekarang?

Retinanya mengedar ke sepanjang jalan dan ya.. Dia tidak lagi melihat segerombolan anak kelas 5 dan 6 yang selalu mengganggunya. Dia lelah harus terus seperti ini, dia terus ketakutan tapi melawan pun percuma, dia hanya sendiri. Jika perlakuan buruk yang dia terima dari teman-temannya dia adukan pada guru atau orang tuanya tak ayal siksaan yang Sakti terima akan lebih mengerikan dari yang sudah-sudah.

Baru saja merasa aman, sebuah jambakan di rambutnya memaksa Sakti memutar kepalanya ke belakang. Matanya membulat sempurna. Habis sudah.. Itu yang dia pikirkan. Dia ditemukan oleh anak-anak yang sejak tadi mengejarnya.

"Berani kamu ngaduin aku ke pak Bayu?! Sialan anak ini nggak ada kapoknya!!" Tangan itu tak segan menarik rambut Sakti lebih kencang.

"Aku nggak ngadu.." Sakti mendongakkan kepalanya karena tarikan tangan pada rambutnya semakin menjadi-jadi.

"Kita bakar aja tas nya!" Usul yang lain.

"Jangan, nggak guna bakar tas si udik ini. Mending kita benerin gaya rambut si udik ini. Kita botakin hahaha! Mana gunting?! Buruan sebelum ada yang lihat!!"

Jahat. Itu lah satu kata yang pantas ditujukan untuk anak-anak yang mengelilingi Sakti sekarang ini. Bukan lagi bentuk kenakalan anak tapi sudah menjurus ke tindak kejahatan. Sungguh sangat disayangkan, generasi penerus bangsa malah bertindak premanisme sejak kecil. Menganggap bisa menindas orang lain merupakan suatu kebanggaan.

Mereka menertawakan Sakti yang terus melawan tapi cengkraman tangan mereka lebih kuat dari pada perlawanan yang Sakti berikan.

Kres kres kres

Bunyi gunting menari-nari lincah di rambut Sakti. Demi apapun Sakti muak dengan dirinya sendiri. Dia benci selalu diperlakukan seperti ini. Dengan sekuat tenaga dia menunduk agar tangan lincah anak-anak yang merundungnya tak lagi merombak rambut di kepalanya.

"Hahahaaa.. Lihat!! Si udik gemeteran. Udah yok kita pulang, ambil tasnya! Keluarin semua buku-buku si udik, kita buang di selokan depan. Biar tau rasa!!"

"Itu hukuman buat anak yang suka ngadu!!"

Mereka tertawa. Mereka tak peduli dengan keadaan Sakti yang mereka kerjai habis-habisan. Rambut di kepalanya dipotong asal, buku di dalam tasnya diambil dan di buang begitu saja tanpa belas kasihan.

"Aaaaaaaaarrrrgggghhhh... Kenapa harus aku??? Kenapa selalu aku??? Aku salah apa??? Apa memang tidak ada tempat di dunia ini yang mau nerima aku???" Teriak Sakti meremas rambutnya.

Seseorang berjalan tergopoh-gopoh mendekati Sakti.

"Waduh Sakti, kamu kenapa? Astaga.. Siapa yang lakuin ini sama kamu??" Bayu, guru konseling itu melihat ke kanan kiri memutar badannya guna menemukan orang-orang yang mengganggu Sakti. Tapi nihil tak ada seorangpun di sana.

"Ada apa Sakti? Kenapa keadaanmu seperti ini? Pasti ada yang ganggu kamu kan? Iya kan??" Guru muda itu menyentuh kedua bahu Sakti yang bergetar. Bocah laki-laki itu untuk pertama kalinya menangis, hatinya terasa sakit sering dijadikan pelampiasan kenakalan anak-anak lain.

"Sudah sudah jangan nangis, nanti cerita sama bapak. Bapak akan bantu kamu. Tapi, sekarang.. Kamu ikut bapak dulu ke rumah bapak, tenangkan diri dulu. Mau ya?" Tangan Bayu mengelus pundak Sakti yang bergetar.

Keadaan Sakti kacau, rambut berantakan juga seragam putih yang sudah tidak putih lagi. Sisa rambut yang digunting paksa oleh kakak kelasnya tadi mengotori baju juga bagian depan wajahnya. Bayu menyeka pelan wajah Sakti dengan sapu tangannya.

"Aku mau pulang.." Lirih Sakti.

"Iya pulang tapi kamu ke tempat bapak dulu, beresin baju dan rambut kamu ini. Apa kamu mau pulang dengan keadaan kayak gini hmm? Orang tua mu pasti marah sama kamu karena mikir kamu habis berantem di sekolah!"

"Tenang saja, bapak yang nanti akan antar kamu pulang. Bapak akan jelaskan pada orang tua kamu kenapa kamu pulang terlambat, dan mengenai ulah teman-teman mu ini.. Bapak akan mencari tahu siapa yang tega melakukan semua ini." Bujuk Bayu masih memegangi pundak Sakti seakan memberi sugesti agar mau ikut dengannya.

"Mereka bukan teman-teman ku. Mereka penjahat!!" Bentak Sakti emosi.

"Iya iya, mereka penjahat. Cuma bapak yang peduli sama kamu, kamu percaya sama bapak kan? Ayo ikut bapak.. Motor bapak ada di sana." Bayu sedikit memberi dorongan pada Sakti agar mau bergerak mengikuti keinginannya.

Sakti terlalu lelah, dia hanya anak kecil yang ingin memiliki kehidupan seperti anak lain seumurannya. Bukan seperti ini, setiap hari mendapat perundungan. Setiap hari ada saja yang mengganggunya.

Dengan menggunakan sepeda motor, Bayu membawa Sakti ke tempat yang katanya rumahnya. Tiga puluh menit berkendara membelah keramaian jalan raya, Bayu mengajak Sakti turun di sebuah rumah tak bertetangga.

Netra Sakti menelisik ke berbagai arah dia bisa memandang. Tapi ini terasa asing. Dia di mana?

"Ayo masuk. Itu rumah bapak." Ajak Bayu menyentuh pundak Sakti.

"Aku mau pulang." Lagi-lagi kalimat itu terlontar dari bibir kecilnya.

"Iya, nanti bapak antar kamu pulang tapi kita beresin kekacauan di rambut kamu ini dulu. Bapak ajak kamu ke sini bukan mau mencelakakan kamu, bapak peduli sama kamu. Kamu tahu kan bapak guru konseling di sekolah, kasus pembullyan yang kamu alami ini sudah sering bapak tangani. Tenang saja, bapak akan membantu kamu mendapat keadilan. Tapi sekarang masuk dulu ke dalam." Masih dengan bujukannya karena Sakti ragu memasuki rumah Bayu.

Sakti pasrah, dia dibawa masuk ke dalam rumah kecil milik Bayu. Pandangannya diedarkan ke seluruh penjuru ruangan sewaktu pertama kali menginjakkan kaki pada rumah itu.

"Buka bajumu, bapak akan cuci baju kamu. Sekalian celananya. Kotor. Nggak mungkin kamu pulang dengan kondisi seperti itu kan?" Bayu melenggang ke belakang sambil berucap demikian.

Sakti tidak langsung menurut pada perintah Bayu, dia diam sambil berdiri mematung.

'Lepas baju dan celana? Yang benar saja, kenapa aku harus melepas baju dan celanaku??'

"Lho kok masih diem aja. Di lepas Sakti, biar bapak cuciin di mesin cuci. Nanti langsung dikeringin jadi kamu pulang seragam kamu nggak kucel dan kotor seperti itu." Bayu kembali dengan segelas air mineral dingin di tangannya.

"Tapi-"

"Tapi apa? Apa perlu bapak bantu lepaskan?" Tanya Bayu mendekati Sakti.

"Kamu jangan takut gitu, bapak nggak ada niat nyakitin kamu. Ini diminum dulu." Sambung Bayu menyodorkan satu botol air mineral ke hadapan Sakti.

Dengan ragu Sakti membuka satu persatu kancing seragamnya. Tak sabar, Bayu menarik seragam itu agar terlepas dari badan Sakti. Sakti sampai tersentak karena terkejut oleh perlakuan Bayu.

"Badan kamu bagus... Bapak suka..." Suara Bayu berat dan bergetar.

"Bapak mau apa? Pak bapak mau apa???"

Sakti ketakutan setengah mati saat merasakan tangan besar itu mencengkram tangannya, menaikkan tangan itu ke atas, menguncinya dengan tangan kekar milik Bayu dan tanpa permisi Bayu meraba bagian dada Sakti berlanjut ke arah perut menuju bawah.

'Ambil saja nyawaku sekarang Tuhan...'

Terpopuler

Comments

Ervin𝐙⃝🦜

Ervin𝐙⃝🦜

cobaan apa lagi ini

2024-04-19

19

🌽𝐌𝐈𝐙𝐙𝐋𝐘 👣

🌽𝐌𝐈𝐙𝐙𝐋𝐘 👣

subhanallah..
beginilah jika berilmu tapi tak berakhlak..
org yg harusnya menjadi orgtua pengganti di sekolah, malah tak lebih dari binatang kelakuannya..
sangat miris..
lalu, dmn kah keadilan utk anak² sprti Sakti???
siapa org yg harus dia percaya jika guru yg seharusnya jadi teladan malah berbuat tak senonoh..

2024-04-13

36

ㅤ

nazubillah ini serius pak bayu bgtu😬😬😬🚶🏽‍♀️🚶🏽‍♀️🚶🏽‍♀️

2024-04-13

1

lihat semua
Episodes
1 1. Aku bukan pencuri!
2 2. Jangan sok Jagoan
3 3. Hubungan baru
4 4. Bertemu guru konseling
5 5. Awal bencana
6 6. Ternyata dia..
7 7. Mengungkap pelaku
8 8. Hukuman
9 9. Semangat dari ayah
10 10. Alka
11 11. Cerita Alka
12 12. Teman baru
13 13. Sakti..
14 14. Apa aku gila?
15 15. Pindah?
16 16. Isi hati
17 17. Keputusan ayah
18 18. Pov Alka
19 19. Keputusan yang diambil sendiri
20 20. Kembali ke ponpes
21 21. Sedikit cerita Pandu
22 22. Berat melepasmu
23 23. Bersama Dani
24 24. Dr. Selena
25 25. Bukan shooting!
26 26. Kebenaran di masa lalu
27 27. Berada di waktu dan tempat yang salah
28 28. Berada di waktu dan tempat yang salah 2
29 29. Nasib Max
30 30. Balasan untuk orang serakah
31 31. Datang demi dia
32 32. Bukan pencuri!
33 33. Sakau?
34 34. Kado ulang tahun Ai
35 35. Ingat batasan!
36 36. Kembali ke London
37 37. He's back
38 38. Perjodohan?
39 39. Sisi lain Dani
40 40. Kita bertemu lagi
41 41. Starla
42 42. Perjodohan yang batal
43 43. Sakit
44 44. Rencana Mr. J
45 45. Hanya temu bibir
46 46. Si penggoda ulung
47 47. Trauma yang belum hilang
48 48. Aksi gila Ai
49 49. Menyembuhkan trauma?
50 50. Im_poten?
51 51. Rain
52 52. Rain 2
53 53. Kecelakaan
54 54. Bertemu iblis
55 55. Ketua geng?
56 56. Finding Starla
57 57. Menemukanmu
58 58. Aku adikmu?
59 59. Rahasia kelam Alka
60 60. Menemui orang tua Alka
61 61. Tak direstui
62 62. Perubahan Alka
63 63. Menjadi target Johan
64 64. Rencana Alka
65 65. Bertarung
66 66. Disekap
67 67. Penyesalan
68 68. Bertemu kembali
69 69. Sadar
70 70. Ai Dani, ada apa dengan kalian?
71 71. Meluluhkan Ai
72 72. Pembalasan
73 73. Terkuaknya fakta kejahatan Johan
74 74. Bahaya yang sebenarnya
75 Waiting me..
76 Pertunjukan dari Jagat
77 Misi penyelamatan
78 Masih memanas
79 Si perusak mental
80 Belum berakhir
81 Berkumpul kembali
82 Markas Badas
83 Pendakian gunung
84 Hari pernikahan
85 Mine
86 End
Episodes

Updated 86 Episodes

1
1. Aku bukan pencuri!
2
2. Jangan sok Jagoan
3
3. Hubungan baru
4
4. Bertemu guru konseling
5
5. Awal bencana
6
6. Ternyata dia..
7
7. Mengungkap pelaku
8
8. Hukuman
9
9. Semangat dari ayah
10
10. Alka
11
11. Cerita Alka
12
12. Teman baru
13
13. Sakti..
14
14. Apa aku gila?
15
15. Pindah?
16
16. Isi hati
17
17. Keputusan ayah
18
18. Pov Alka
19
19. Keputusan yang diambil sendiri
20
20. Kembali ke ponpes
21
21. Sedikit cerita Pandu
22
22. Berat melepasmu
23
23. Bersama Dani
24
24. Dr. Selena
25
25. Bukan shooting!
26
26. Kebenaran di masa lalu
27
27. Berada di waktu dan tempat yang salah
28
28. Berada di waktu dan tempat yang salah 2
29
29. Nasib Max
30
30. Balasan untuk orang serakah
31
31. Datang demi dia
32
32. Bukan pencuri!
33
33. Sakau?
34
34. Kado ulang tahun Ai
35
35. Ingat batasan!
36
36. Kembali ke London
37
37. He's back
38
38. Perjodohan?
39
39. Sisi lain Dani
40
40. Kita bertemu lagi
41
41. Starla
42
42. Perjodohan yang batal
43
43. Sakit
44
44. Rencana Mr. J
45
45. Hanya temu bibir
46
46. Si penggoda ulung
47
47. Trauma yang belum hilang
48
48. Aksi gila Ai
49
49. Menyembuhkan trauma?
50
50. Im_poten?
51
51. Rain
52
52. Rain 2
53
53. Kecelakaan
54
54. Bertemu iblis
55
55. Ketua geng?
56
56. Finding Starla
57
57. Menemukanmu
58
58. Aku adikmu?
59
59. Rahasia kelam Alka
60
60. Menemui orang tua Alka
61
61. Tak direstui
62
62. Perubahan Alka
63
63. Menjadi target Johan
64
64. Rencana Alka
65
65. Bertarung
66
66. Disekap
67
67. Penyesalan
68
68. Bertemu kembali
69
69. Sadar
70
70. Ai Dani, ada apa dengan kalian?
71
71. Meluluhkan Ai
72
72. Pembalasan
73
73. Terkuaknya fakta kejahatan Johan
74
74. Bahaya yang sebenarnya
75
Waiting me..
76
Pertunjukan dari Jagat
77
Misi penyelamatan
78
Masih memanas
79
Si perusak mental
80
Belum berakhir
81
Berkumpul kembali
82
Markas Badas
83
Pendakian gunung
84
Hari pernikahan
85
Mine
86
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!