4. Bertemu guru konseling

"Kumpulkan tugas kalian sekarang anak-anak. Ayo taruh tugas kalian di meja bu guru." Perintah bu guru langsung dikerjakan murid-muridnya.

Dengan semangat anak-anak kelas tiga berebut untuk mengumpulkan tugas bahasa Indonesia yang diberikan guru mereka. Tugas kali ini tentang membuat karangan bertema keluarga, teman dan lingkungan sekitar.

Satu persatu murid-murid berseragam merah putih itu sudah duduk kembali ke bangku mereka tapi ada satu anak yang sejak tadi diam tak menunjukkan pergerakan apapun.

"Kamu nggak ngumpulin tugas?" Tanya Niko menyenggol lengan Sakti. Ya, satu-satunya murid yang tidak mengumpulkan tugasnya itu adalah Sakti.

Sakti diam tak menjawab. Niko yang letak tempat duduknya berada di depan bangku Sakti menoleh ke belakang, sambil melihat kertas yang ada di hadapan Sakti. Kening Niko berkerut. Tapi dia langsung mengalihkan fokusnya kembali ke depan karena bu guru meminta murid-murid agar kembali tenang.

"Semua sudah mengumpulkan tugas anak-anak?" Tanya bu guru.

"Sudah bu guruuuuuuuuu!!" Jawab murid-murid serempak.

"Baiklah, sekarang kalian boleh mengerjakan LKS halaman 30. Sementara bu guru menilai hasil karangan kalian ya." Bu guru mengecek satu persatu nama siswa yang sudah mengumpulkan tugas darinya.

"Sakti.. Tugas kamu mana nak? Di sini kok belum bu guru lihat ada buku kamu. Atau kamu lupa belum mengumpulkan tugas mengarang punyamu?" Tanya bu guru.

Satu kelas memandang ke arah Sakti. Yang bersangkutan malah diam tak bergeming. Bu guru menghela nafas berat, beliau berdiri dan menghampiri tempat duduk muridnya itu.

"Boleh bu guru lihat buku mu Sakti? Kamu sudah mengerjakan tugas kan?" Seluruh mata masih menatap fokus pada satu titik yaitu Sakti.

Sakti menunduk tanpa memberi jawaban. Bu guru meraih pelan buku yang ada di meja, dibuka buku itu. Dari raut wajahnya, jelas terlihat keterkejutan di sana. Bu guru menatap Sakti yang masih menundukkan kepala tidak ingin netranya bertemu pandang dengan gurunya.

"Sakti.. Bisa ikut bu guru sebentar nak?"

"Untuk anak-anak yang lain, kerjakan tugas yang bu guru bilang tadi ya. Nanti bu guru akan masukkan materi itu ke dalam nilai ulangan harian. Bu guru tinggal sebentar ya anak-anak. Jangan berisik, jangan ribut, dan jangan ngusilin teman yang lain, tetap duduk di tempat kalian masing-masing. Mengerti anak-anak?" Sambung bu guru.

"Mengerti buuuuuuuu!!" Semua menjawab dengan penuh semangat. Bahkan ada yang teriak saking semangatnya. Begitulah anak-anak, lucunya original tanpa editan!

Bu guru mengajak Sakti ke ruang BP. Ya lagi-lagi dia harus ke sana, sudah tak terhitung banyaknya Sakti menapakkan kakinya di ruangan itu.

Bu guru bicara sebentar dengan guru BP, setelah mendapat anggukan dari guru BP itu.. Sakti ditinggal sendiri di ruangan tersebut bersama guru konseling.

"Alkaio Bima Sakti.. Nama kamu bagus banget. Kamu tahu arti dari nama kamu?" Tanya guru itu.

Sakti menggeleng. "Ayah ku meninggal sebelum memberi tahu arti nama itu padaku." Saking seringnya ke ruang BP, Sakti sampai bersikap biasa saja di hadapan guru konseling tersebut.

"Alkaio artinya kuat, diambil dari nama penyair lirik abad ketujuh Sebelum Masehi dari pulau Lesbos, Yunani. Dan Bima Sakti, merupakan galaksi spiral yang besar, di mana tata surya termasuk di dalamnya, tempat planet Bumi beredar mengelilingi matahari. Jadi Sakti.. pak guru yakin orang tua kamu pasti berharap sesuatu yang baik untuk kamu kelak menjadi anak yang kuat dan bisa merengkuh orang-orang di sekitarmu. Seperti arti dari namamu."

"Sakti.. Apa selama ini orang tua kamu tahu jika kamu sering berkelahi di sekolah?" Tanya guru itu kemudian setelah penjelasan panjang lebar tentang arti dari nama Sakti.

Sakti tak menjawab, lagi-lagi dia bungkam memilih menunduk tanpa bersuara.

"Hmm baik, pertanyaannya kita ganti ya. Tadi di kelas bu guru memberi tugas mengarang, kamu tidak membuat karangan? Kenapa?" Guru itu melihat Sakti menggerakkan netranya seakan mencari alasan yang tepat tapi sedetik kemudian hanya helaan nafas saja yang terdengar.

"Kamu nggak mau cerita sama pak guru?"

Dia adalah pak Bayu, guru konseling berusia 35 tahun yang sering menjadi tempat curhat para murid yang menemuinya. Dari ratusan murid yang pernah dia temui, mendengarkan cerita mereka dan berusaha memberi pemecahan untuk masalah mereka.. Hanya Sakti yang membuat Bayu tertarik. Menurut pandangan mata Bayu, Sakti memiliki suatu rahasia yang besar di tubuhnya yang kecil itu.

"Ini buku kamu, pak guru mau tanya.. Kenapa kamu gambar keluarga mu seperti ini? Ayah kamu gambarkan sebagai kuburan, ibuk kamu diwakili gambar perempuan dengan dada berlubang karena tidak ada jantung di sana, dan kamu... Kamu menggambarkan dirimu sendiri badan tanpa kepala dan penuh benda tajam di dada juga bagian tubuh lainnya, jujur saja... Pak guru agak takut liatnya." Kembali Bayu berceloteh.

Setelah beberapa detik tidak ada suara, hanya denting jarum jam yang memecah kesunyian.. Akhirnya Sakti mau menyuarakan isi hatinya.

"Itu keluargaku.."

Bayu kira akan ada kalimat lanjutan dari hanya dua kata itu, ternyata Sakti kembali diam setelahnya. Angel! Bocah ini seperti benar-benar menutup diri dari siapapun.

Tangan Bayu terulur di paha Sakti..

"Kamu bisa cerita apapun sama pak guru.. Jangan takut."

Sakti justru merasa aneh dengan senyuman dan sentuhan itu. Dengan cepat bocah itu berdiri dari tempatnya duduk dan mengambil bukunya. Tanpa pamit, Sakti langsung keluar dari ruangan guru BP tersebut.

"Sial.. Apa aku terlalu terburu-buru padanya? Aku nggak bisa tahan lihat sorot mata itu.. Alkaio Bima Sakti, anak pendiam dan tertutup itu punya daya tarik yang membuatku ingin berbuat lebih kepadanya..." Ujar Bayu bermonolog.

Wajahnya merah padam menahan sesuatu dalam dirinya. 'Kamu target ku berikutnya..'

Senyum itu tersungging. Entah Bayu sedang memikirkan apa, tapi dia terus menatap punggung Sakti yang berjalan menjauh meninggalkan ruangannya.

Jam pelajaran selesai. Sakti bersama murid-murid yang lain sudah mengemas alat tulis mereka untuk dibawa pulang kembali ke rumah masing-masing.

Di area parkir sepeda, Sakti dikejutkan dengan tepukan tangan di pundaknya. Sakti melihat tangan itu meremas kuat pundaknya. Sedikit nyeri dia rasakan tapi tidak sampai membuatnya menjerit.

"Ada apa?" Tanya Sakti menatap datar tanpa ekspresi ke arah pemilik tangan yang sekarang tersenyum mengejek ke arahnya.

"Mau kemana?! Kita punya urusan yang belum selesai.." Seringai itu tak membuat Sakti gentar.

Sepeda yang tadi dia pegang, dia taruh asal.

"Nggak usah coba-coba teriak! Ikut aku! Kita selesaiin ini secara cepat!!" Tangan Sakti ditarik paksa.

Suasana di tempat parkir sepeda tadi begitu ramai hingga mereka tidak memperhatikan jika ada seorang anak yang memerlukan bantuan. Sakti menarik lengan itu dan menggigitnya saat dia rasa akan ada bahaya besar yang datang untuknya.

"Hei.. Jangan lari!!!"

Tak peduli. Sakti terus menggerakkan kakinya sekuat yang dia bisa. Nafasnya tersengal-sengal akibat pasokan oksigen yang menipis di kedua paru-parunya.

'Yah.. Tolong Sakti..'

Terpopuler

Comments

Lyta Thalita

Lyta Thalita

kok serem gambarnya
anak cerita jika ibu jahat , bapak dah meninggal terus aku gk ada teman
itu udah mewakili jika anak sedang tak baik2 saja..
dan ini lebih parah karena sakti merealisasikan melalui gambar , sakti gk bisa cerita apa yg dia rasakan.. maybe gk ada tempat ternyaman buat dia cerita...

2024-04-09

35

maDENa

maDENa

kalo bener itu guru bp yg mau maksain aksi be jad nya. iihh jan smpe lah. semoga sakti dpt perlindungan. tunggu bbrp thn lg.. kyk ya dia gk perlu ikut les bela diri dlsb dh.. udah ilmu street fighter kyknya dikuasai.

2024-04-09

29

MEˡᵉYᵒᵗabgᵈ'ᵍᵒᵐᵇᵃLⁱⁿENeNᵍ𝐙⃝🦜

MEˡᵉYᵒᵗabgᵈ'ᵍᵒᵐᵇᵃLⁱⁿENeNᵍ𝐙⃝🦜

wah gawat lari satt

2024-04-19

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!