2. Jangan sok Jagoan

Baru hari pertama sekolah tapi Sakti sudah pulang dengan membawa surat pernyataan yang harus ditandatangani oleh ibunya. Anak itu hanya menerima surat dari bu guru tanpa berniat memberikannya kepada ibunya. Untuk apa dia berikan surat itu? Agar ibunya tahu jika dia jagoan di sekolahnya di hari pertama masuk sekolah? Nggak.. Tentu Sakti tidak akan memberi tahu apapun kepada ibunya.

Sakti tidak peduli dengan hukuman yang besok menanti dirinya. Dia sudah kebal dengan pukulan, hinaan juga tuduhan tidak mendasar yang orang-orang tujukan padanya. Tidak masalah baginya jika besok harus menambah daftar hukuman yang akan dia terima. Sudah biasa!

"Hai gantengnya ibuk.. Gimana hari pertama sekolah? Gimana di kelas, rame? Banyak yang nyapa kamu kak? Pasti banyak yang mau temenan sama kamu kan!" Pertanyaan itu Shopiah ajukan saat bertemu dengan Sakti di depan gerbang sekolah ketika kegiatan belajar mengajar selesai.

"Iya buk." Jawab Sakti singkat.

Shopiah menatap anaknya yang lesu. Seperti tak ada semangat sama sekali. Tapi ditepisnya rasa itu, dia terus menanyakan hal-hal yang Sakti kerjakan saat di sekolah tadi.

Harus bercerita apa? Tidak mungkin Sakti membeberkan pada ibunya jika dia bertengkar dan dibawa ke ruang BP di hari pertama sekolah kan?

"Ya udah.. Ayo sekarang kita pulang. Nanti saja ceritanya di rumah ya?" Usul Shopiah sambil mengambil tas itu dari pundak sang anak untuk dibawanya agar tidak membuat anaknya keberatan membawa tas tersebut.

Mereka naik angkutan umum. Jalan kaki setelah sampai di kompleks perumahan yang memang tidak dilalui kendaraan umum. Di sepanjang perjalanan itu, Sakti hanya diam. Sesekali menanggapi obrolan ibunya dengan kata 'iya' dan anggukan saja. Shopiah beranggapan sikap anaknya yang lebih tertutup dan makin jarang bicara sekarang ini hanyalah suatu proses adaptasi diri dari lingkungan barunya. Tidak apa, lambat laun juga Sakti pasti paham dan bisa ceria seperti anak lain seusianya.

Pak Jawir yang merupakan majikan Shopiah adalah seorang duda beranak satu. Anak perempuan pak Jawir berusia sebelas tahun, empat tahun lebih tua jika dibandingkan dengan Sakti yang baru menginjak usia tujuh tahun. Kedua bocah berbeda usia itu jarang berinteraksi, padahal pak Jawir tidak pernah sekalipun melarang anaknya bergaul dengan siapapun. Termasuk anak dari asisten rumah tanggal yaitu Sakti.

Setelah memasuki rumah, Shopiah segera meminta Sakti untuk berganti pakaian di kamar. Sedangkan Shopiah menuju dapur untuk mengambilkan makan siang untuk sang putra.

Shopiah bisa dibilang cukup beruntung memiliki majikan yang baik dan mau mengerti keadaan seorang janda dengan anak masih kecil sepertinya. Belum genap sebulan bekerja di rumah itu, pak Jawir menyuruh Shopiah agar menyekolahkan Sakti. Semua biaya tentu ditanggung oleh pak Jawir.

Ketika pak Jawir meminta Sakti untuk sekolah di tempat yang sama dengan anaknya, Shopiah langsung menolak usulan tersebut. Pasalnya biaya sekolah di sana sangat mahal dan. Shopiah takut pembullyan yang pernah dialami Sakti kembali terulang jika anaknya belajar di lingkungan sekolah elit dan Shopiah sadar pada kemampuan diri jika anaknya tidak masuk dalam bagian dari anak-anak elit tersebut. Dia tidak tahu saja jika di sekolah yang sekarang pun anaknya mendapatkan perlakuan tidak mengenakan dari siswa lain.

Slawatiya Aini, nama anak dari pak Jawir dan almarhumah Marlina. Setahun lalu kecelakaan tunggal mengakibatkan Aini harus merelakan ibundanya pergi menghadap Sang Pencipta meninggalkan dirinya juga ayahnya. Berbeda dengan Sakti yang tertutup dan belum bisa berdamai dengan keadaan karena kepergian ayahnya, Aini lebih legowo dan ikhlas melepas kepergian ibundanya.

"Sakti, ibuk kerja dulu ya. Kalau kamu ada PR di kerjain dulu. Kalau nggak bisa atau kesulitan ngerjain nanti tunggu ibuk menyelesaikan pekerjaan aja. Nanti ibuk bantu ngerjain, ya?"

Jawaban yang diterima Shopiah masih sama seperti sebelum, hanya satu kata 'iya'.

"Bi Sho, aku mau dibikinin nasi goreng dong." Aini baru pulang sekolah.

Meneriaki Shopiah yang sedang ada di dapur menyiapkan makan siang untuk keluarga itu. Sedangkan Aini duduk di sofa setelah melempar asal tas sekolahnya di sana.

"Biiii Shooooo.. Aku ma-"

Teriakannya terhenti oleh kemunculan Sakti. Kedua bocah itu saling melihat, mengamati satu sama lain.

"Tumben kamu keluar dari sarang mu." Ucap Aini kepada Sakti. Tak di jawab, Sakti berjalan lebih dekat ke arahnya.

"Jangan teriaki ibuku seperti itu!"

Aini bangkit dari duduknya, berdiri mensejajarkan diri dengan Sakti. Matanya melotot seperti memberi tahu jika dia lah ratu di rumah itu.

"Kenapa? Ibu mu kan babu ku." Dengan senyum mengejek.

Perkataan Aini sukses membuat Sakti menarik kasar rambut kepang bocah itu. Suara teriakan Aini berhasil mengundang Shopiah berlari tergopoh ke ruang tamu.

"Sakti astagfirullah.. Udah kak, lepasin rambut neng Aini. Dia kesakitan itu. Aduh ini kenapa kamu jadi kasar sama perempuan sih kak?!" Shopiah menarik bahu anaknya.

Tangan Sakti tidak lagi ada di rambut Aini sekarang. Meski begitu tangisan Aini membuat Shopiah kelimpungan. Dia takut pak Jawir marah menemukan anak perempuan kesayangannya menangis sesenggukan seperti itu.

"Ibuk dia bilang ibuk babu. Itu nggak sopan kan buk?" Sakti menatap ke arah ibunya berharap mendapat pembelaan melalui perkataannya barusan.

"Ibuk memang pembantu di sini Sakti, jadi jangan kasar sama neng Aini. Sekarang minta maaf sama neng Aini! Nggak baik berbuat kayak tadi ya, kalau juragan Jawir tahu bagaimana??" Shopiah sedikit menaikan nada bicaranya.

Anak kecil itu terpaku di tempat. Dia pikir membela ibunya akan mendapat hadiah pelukan, setidaknya ucapan hangat sebagai bentuk terimakasih akan dia dapatkan. Tapi lihat apa ini? Dia dibentak? Ibunya membentaknya di depan anak yang memanggil ibunya dengan kata babu?! Lelucon apa lagi ini? Amarahnya sudah muncul sejak kepulangannya dari sekolah dan sekarang ditambah dengan pertengkarannya dengan Aini yang berakhir dia harus meminta maaf?

'Nggak! Ini nggak adil! Kenapa aku harus minta maaf? Aku nggak mau!'

Sakti berjalan cepat kemudian berlari ke arah kamarnya. Satu-satunya ruangan di rumah itu yang memperbolehkan dirinya keluar masuk secara bebas. Sakti hanyalah anak kecil, baginya ibu adalah orang tua yang harus dia hormati dan patuhi perkataannya. Tapi jika ada yang menghina ibunya seperti yang dilakukan Aini tadi, apa dia harus maklum?

"Sakti, Kamu jangan kayak gini nak ya Allah.. Kamu tahu kan neng Aini itu anaknya pak Jawir. Bos nya ibu, yang punya rumah ini, yang nyekolahin kamu juga! Bisa kan sopan sama dia? Dia perempuan Sakti, jangan pernah menyakiti perempuan! Kamu ngerti?" Tegas Shopiah yang menyusul anaknya ke dalam kamar.

"Tapi buk, dia tadi bilang-"

"Udah udah.. Ibu nggak mau denger alasan kamu apa. Yang jelas ngasarin orang seperti tadi itu nggak baik. Kamu bukan super hero Sakti, jadi jangan sok jadi jagoan."

Seketika Sakti terdiam. Beberapa minggu tinggal di rumah pak Jawir, sikap ibunya sudah jauh berbeda.

"Iya buk..." Sakti berusaha menerima semua perkataan ibunya. Ditanamkan dalam benaknya jika dirinya bukan jagoan! Anak kecil memang mudah menyerap informasi dari luar, apa yang dia lihat dan dia dengar akan tersimpan rapi di dalam memori.

Malam itu setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Shopiah menghampiri anaknya yang tidur meringkuk tanpa menggunakan selimut untuk menutupi badan kecilnya.

"Nak.. Maaf ya, bukan maksud ibu marahin kamu tadi.. Tapi nak, kamu juga harus ngerti kalau neng Aini itu anak majikan ibu. Kamu juga harus menghormati dia nak.."

Meski belum tertidur, Sakti enggan menjawab perkataan ibunya. Dia berusaha memejamkan mata erat-erat agar bisa tertidur dan melewati hari berat ini.

________

Di sekolah terasa memuakan, pulang sekolah pun begitu menyebalkan. Kehidupan Sakti kecil hanya berkutat di situ-situ saja. Bertengkar di sekolahan, dan di rumah harus selalu mengalah oleh setiap titah yang Aini berikan kepadanya. Menyebalkan sekali bukan menjadi seorang Sakti?

Sampai tak terasa satu tahun sudah dia lalui dengan situasi toxic seperti itu. Pagi ini Sakti dan Aini dikumpulkan dalam satu ruangan. Ruang makan yang besar itu biasanya hanya di pakai untuk keluarga pak Jawir saja tapi lihat sekarang ini! Pak Jawir, Shopiah, Aini dan Sakti duduk bersama dalam satu meja.

"Ada apa sih yah? Aku buru-buru ini, nanti ada upacara!" Aini, dia sudah memakai seragam osis SMP. Seragam merah putih tidak lagi dia kenakan karena di awal tahun ajaran baru ini dia sudah terdaftar menjadi siswi di sekolah menengah pertama di kotanya.

"Jadi begini.. Ayah sudah memutuskan, Bu Shopiah mulai hari ini akan menjadi ibu kamu. Dan Sakti.. Kamu bisa menganggap bapak sebagai ayahmu mulai sekarang. Kami akan menikah minggu ini."

Sakti dan Aini menatap tak percaya pada ucapan pak Jawir. Waktu seakan berhenti di detik pak Jawir mengatakan maksud dan tujuannya mengumpulkan mereka di satu meja.

"No! Apaan sih yah, aku nggak mau punya bunda baru! Apalagi bi Shopiah kan ibunya si tengil ini, iyuuuuh ogah! Pokonya aku nggak setuju!" Tentang Aini lantang.

"Tapi sayangnya ayah tidak meminta mu untuk memilih antara mau atau tidak Ai, ayah dan ibu Shopiah hanya memberi tahu bukan meminta restu. Tolong pahami." Pak Jawir nampaknya sudah menduga jika Aini akan menolak keputusannya, tapi pak Jawir tidak peduli. Dia sudah menentukan dan mau tak mau keputusan itu harus diterima oleh seluruh keluarga, termasuk Aini tentunya.

"Oh Tuhan.. Sadarkan aku kalau aku lagi pingsan, bangunkan aku kalau aku lagi mimpi, tapi jangan bilang kalau semua ini nyata Tuhan.. Oh my.. No!!" Tolak Aini mentah-mentah.

Lalu apa yang di lakukan Sakti? Tanpa banyak bicara, bocah itu melenggang pergi menuju pintu utama. Mengambil sepeda yang akan mengantarkannya ke sekolah. Teriris rasa hatinya tapi dia hanya diam tak memberi tanggapan.

"Tengil hooeee!! Kamu napa nyelonong pergi hah? Seneng ya ibumu yang babu itu naik pangkat jadi nyonya di rumah ini?" Aini menggebu-gebu melampiaskan amarahnya kepada Sakti yang sebenarnya tidak tahu menahu tentang masalah ini.

"Minggir!" Sakti tak bergeming meski Aini dan Shopiah memanggil namanya.

"Ya Allah mas.. Ini terlalu cepat untuk mereka. Mereka pasti syok.. Apalagi Sakti.. Dia pasti-"

"Sudahlah, lambat laun anak-anak akan menerima hubungan kita. Mereka masih kecil, bisa apa mereka tanpa kita, orang tuanya?!"

'Yah.. Ibu jahat.. Ibu mau gantiin posisi ayah.. Sakti harus gimana yah? Sakti benar-benar sendiri sekarang..'

Dengan derai air mata, tanpa diketahui siapapun.. Sakti berangkat sekolah dengan hati yang teramat perih mengetahui ayahnya tidak ada lagi di hati ibunya.

Terpopuler

Comments

𝒜𝓎

𝒜𝓎

Anak sekecil Sakti udah menyimpan banyak sakit hati.. bagaimana kedepannya apakah dia akan tumbuh dewasa dg pribadi yg buruk? Pengaruh lingkungan serta suport dr ibunya sangat berpengaruh, ingat ya bu Shopiah diamnya Sakti jangan di entengkan ckcckk

2024-05-06

20

🌸nofa🌸

🌸nofa🌸

pernikahan ortu dilihat dari beberapa sudut pandang gak akan mudah.
apalagi kalau dilihat dari sudut pandang anak.
pandangan janda itu gak mudah sakti.
kadang bukan cinta, tapi ibumu butuh pelindung yang kokoh.

2024-05-02

17

Ervin𝐙⃝🦜

Ervin𝐙⃝🦜

egois gak sih klw ortu nikah lagi brasa di tampar 🤦🏿‍♂️

2024-04-19

1

lihat semua
Episodes
1 1. Aku bukan pencuri!
2 2. Jangan sok Jagoan
3 3. Hubungan baru
4 4. Bertemu guru konseling
5 5. Awal bencana
6 6. Ternyata dia..
7 7. Mengungkap pelaku
8 8. Hukuman
9 9. Semangat dari ayah
10 10. Alka
11 11. Cerita Alka
12 12. Teman baru
13 13. Sakti..
14 14. Apa aku gila?
15 15. Pindah?
16 16. Isi hati
17 17. Keputusan ayah
18 18. Pov Alka
19 19. Keputusan yang diambil sendiri
20 20. Kembali ke ponpes
21 21. Sedikit cerita Pandu
22 22. Berat melepasmu
23 23. Bersama Dani
24 24. Dr. Selena
25 25. Bukan shooting!
26 26. Kebenaran di masa lalu
27 27. Berada di waktu dan tempat yang salah
28 28. Berada di waktu dan tempat yang salah 2
29 29. Nasib Max
30 30. Balasan untuk orang serakah
31 31. Datang demi dia
32 32. Bukan pencuri!
33 33. Sakau?
34 34. Kado ulang tahun Ai
35 35. Ingat batasan!
36 36. Kembali ke London
37 37. He's back
38 38. Perjodohan?
39 39. Sisi lain Dani
40 40. Kita bertemu lagi
41 41. Starla
42 42. Perjodohan yang batal
43 43. Sakit
44 44. Rencana Mr. J
45 45. Hanya temu bibir
46 46. Si penggoda ulung
47 47. Trauma yang belum hilang
48 48. Aksi gila Ai
49 49. Menyembuhkan trauma?
50 50. Im_poten?
51 51. Rain
52 52. Rain 2
53 53. Kecelakaan
54 54. Bertemu iblis
55 55. Ketua geng?
56 56. Finding Starla
57 57. Menemukanmu
58 58. Aku adikmu?
59 59. Rahasia kelam Alka
60 60. Menemui orang tua Alka
61 61. Tak direstui
62 62. Perubahan Alka
63 63. Menjadi target Johan
64 64. Rencana Alka
65 65. Bertarung
66 66. Disekap
67 67. Penyesalan
68 68. Bertemu kembali
69 69. Sadar
70 70. Ai Dani, ada apa dengan kalian?
71 71. Meluluhkan Ai
72 72. Pembalasan
73 73. Terkuaknya fakta kejahatan Johan
74 74. Bahaya yang sebenarnya
75 Waiting me..
76 Pertunjukan dari Jagat
77 Misi penyelamatan
78 Masih memanas
79 Si perusak mental
80 Belum berakhir
81 Berkumpul kembali
82 Markas Badas
83 Pendakian gunung
84 Hari pernikahan
85 Mine
86 End
Episodes

Updated 86 Episodes

1
1. Aku bukan pencuri!
2
2. Jangan sok Jagoan
3
3. Hubungan baru
4
4. Bertemu guru konseling
5
5. Awal bencana
6
6. Ternyata dia..
7
7. Mengungkap pelaku
8
8. Hukuman
9
9. Semangat dari ayah
10
10. Alka
11
11. Cerita Alka
12
12. Teman baru
13
13. Sakti..
14
14. Apa aku gila?
15
15. Pindah?
16
16. Isi hati
17
17. Keputusan ayah
18
18. Pov Alka
19
19. Keputusan yang diambil sendiri
20
20. Kembali ke ponpes
21
21. Sedikit cerita Pandu
22
22. Berat melepasmu
23
23. Bersama Dani
24
24. Dr. Selena
25
25. Bukan shooting!
26
26. Kebenaran di masa lalu
27
27. Berada di waktu dan tempat yang salah
28
28. Berada di waktu dan tempat yang salah 2
29
29. Nasib Max
30
30. Balasan untuk orang serakah
31
31. Datang demi dia
32
32. Bukan pencuri!
33
33. Sakau?
34
34. Kado ulang tahun Ai
35
35. Ingat batasan!
36
36. Kembali ke London
37
37. He's back
38
38. Perjodohan?
39
39. Sisi lain Dani
40
40. Kita bertemu lagi
41
41. Starla
42
42. Perjodohan yang batal
43
43. Sakit
44
44. Rencana Mr. J
45
45. Hanya temu bibir
46
46. Si penggoda ulung
47
47. Trauma yang belum hilang
48
48. Aksi gila Ai
49
49. Menyembuhkan trauma?
50
50. Im_poten?
51
51. Rain
52
52. Rain 2
53
53. Kecelakaan
54
54. Bertemu iblis
55
55. Ketua geng?
56
56. Finding Starla
57
57. Menemukanmu
58
58. Aku adikmu?
59
59. Rahasia kelam Alka
60
60. Menemui orang tua Alka
61
61. Tak direstui
62
62. Perubahan Alka
63
63. Menjadi target Johan
64
64. Rencana Alka
65
65. Bertarung
66
66. Disekap
67
67. Penyesalan
68
68. Bertemu kembali
69
69. Sadar
70
70. Ai Dani, ada apa dengan kalian?
71
71. Meluluhkan Ai
72
72. Pembalasan
73
73. Terkuaknya fakta kejahatan Johan
74
74. Bahaya yang sebenarnya
75
Waiting me..
76
Pertunjukan dari Jagat
77
Misi penyelamatan
78
Masih memanas
79
Si perusak mental
80
Belum berakhir
81
Berkumpul kembali
82
Markas Badas
83
Pendakian gunung
84
Hari pernikahan
85
Mine
86
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!