Bab 2 Butiran debu

Ruangan kelas tiga A masih sepi. Padahal waktu istirahat tinggal beberapa menit lagi.

Lily berjalan gontai menuju bangkunya. Lalu membuka lagi buku catatan yang tadi ditulisnya.

Lily mencoba membaca lagi tulisannya yang sedikit berantakan.

Ah, sama sekali enggak menarik. Kalau aja aku punya uang untuk membeli buku paket, aku enggak perlu capek-capek menyalinnya. Batin Lily.

Sejak naik ke kelas dua, Lily tak pernah lagi bisa memiliki buku paket. Baginya sekarang, buku paket itu sangat mahal harganya.

Beda dengan saat pertama kali Lily masuk ke sekolah ini. Semua terasa menyenangkan. Seragam baru. Tas baru. Sepatu baru. Buku-buku baru dan semua buku paket yang ditawarkan pihak sekolah, mampu dibayar oleh ibunya.

Gendis nama ibu Lily. Perempuan yang terlihat renta meski usianya masih berkepala tiga.

Kehidupan ekonomi dan kesehatannya yang semakin memburuk, membuat wajahnya semakin kusam. Dan tubuhnya pun tak seindah beberapa tahun yang lalu.

"Ibu, Lily mau sekolah di sini?" tanya Lily waktu itu, yang baru pertama kalinya diajak Gendis mendaftar sekolah.

"Iya, Ly. Kamu suka?"

Lily langsung mengangguk senang. Senyuman tak lepas dari bibir mungilnya.

Gendis pun ikut tersenyum melihat gadis kecilnya bahagia.

Lily mengedarkan pandangan ke seantero gedung.

Wow! Gedung yang sangat mewah. Dan bertingkat pula. Batin Lily, mengagumi kemewahan sekolah favorit itu meski berstatus swasta.

"Ibu. Lily boleh jalan-jalan sebentar? Lily pingin melihat-lihat ruangan kelasnya," pinta Lily pada Gendis.

Gendis langsung mengangguk.

"Boleh, Ly. Tapi jangan jauh-jauh. Nanti nyasar," sahut Gendis.

"Ih, masa nyasar sih, Bu?" rajuk Lily.

"Ya siapa tau. Gedung ini kan luas," sahut Gendis lagi.

Lily kembali mengedarkan pandangannya.

Benar juga kata ibu. Aku bisa kesasar kalau jalannya terlalu jauh. Batin Lily.

"Ya udah, Bu. Lily enggak akan jauh-jauh. Tapi Ibu nunggu di sini, ya?"

Gendis kembali mengangguk.

"Iya. Ibu kan mesti nunggu antrian. Kalau Ibu enggak ada di bangku ini, kamu tunggu aja sebentar. Mungkin Ibu lagi dipanggil ke dalam," sahut Gendis.

Dengan semangat, Lily mengangguk. Lalu membalikan badan dan mulai berjalan menyusuri lorong gedung.

Wow, bagus sekali pintunya. Apa ini ruangan kelasnya? Tanya Lily dalam hati.

Lily mendongak ke atas pintu. Di sana tertera tulisan kelas 1 A.

Mata Lily langsung terbelalak.

Ruangan kelas aja pintunya sebagus ini? Bagaimana di dalamnya, ya? Kembali Lily bertanya-tanya dalam hati.

Maklum saja, sehari-hari Lily hanya tinggal di rumah kontrakan yang tak terlalu besar. Hanya rumah biasa yang memiliki dua kamar kecil.

Jadi begitu melihat gedung sekolah yang sedemikian mewahnya, Lily tak henti berdecak kagum.

Perlahan Lily mendorong pintu itu. Berharap dia bisa melihat isi di dalamnya.

Tak ada siapapun di dalam ruangan kelas itu. Lily mengedarkan pandangannya ke seantero ruangan.

Decak kagum tak henti keluar dari bibir mungilnya.

Pasti akan sangat menyenangkan belajar di ruangan yang semewah ini. Ah, jadi enggak sabar kepingin cepet-cepet masuk sekolah. Batin Lily.

"Ada yang bisa dibantu, nona cantik?" tanya seorang guru yang kebetulan sedang lewat dan melihat Lily melongok ke bagian dalam kelas.

Lily sangat terkejut mendengarnya. Jantungnya terasa hampir copot.

"Ah, eng..enggak. Enggak ada," jawab Lily tergagap.

"Oh. Saya kira nona cantik ini butuh bantuan," sahut guru yang ber-tag name July.

"Saya July. Panggil miss July. Saya mengajar bahasa inggris. Apa kamu calon siswa di sekolah ini?" tanya July dengan ramah sambil mengulurkan tangannya.

Lily terkesima dengan cara bertanya guru itu yang sangat sopan. Lalu dengan sedikit ragu, menerima uluran tangan July.

"Nama saya Liliani. Panggil saja saya Lily, Bu. Eh, miss July," jawab Lily sambil tersipu, karena keliru memanggil July.

"Saya calon siswa kelas satu di sekolah ini," lanjut Lily.

"Oke. Berarti nanti kita bakalan sering ketemu. Karena saya akan mengajar di kelas satu," ujar July sambil tersenyum ramah.

Lily mengangguk senang. Belum apa-apa saja dia sudah disambut dengan hangat.

"Apa kamu mau melihat seluruh ruangan di sekolah ini?" tanya July.

"Iya, miss July. Apa boleh?" Lily balik bertanya.

"Boleh saja. Tapi kamu bakalan capek, karena di gedung ini ada puluhan ruangan. Dan juga ada lima lantai. Kamu kuat naik turunnya?" July menatap tubuh mungil Lily.

Lily tersipu malu. Dalam hatinya bisa menebak, pasti miss July sedang meragukannya.

Tapi benar juga sih, melihat gedung megah ini, Lily tak akan sanggup kalau melihat seluruh ruangannya.

"Seluruh ruangan di sekolah ini, hampir sama desainnya. Tapi nanti pelan-pelan kamu akan bisa membedakannya. Selain itu, di atas pintu kan juga ada tulisannya," papar July.

Lily mengangguk mengerti.

"Oke, mm...siapa tadi nama kamu?"

Rupanya July lupa dengan nama yang didengarnya tadi.

"Lily. Liliani," jawab Lily dengan tegas.

"Nama yang cantik. Secantik wajahmu. Dan nama kamu mengingatkan saya pada sekuntum bunga Lily," ucap July sambil tersenyum dan memejamkan matanya sebentar.

Lily hanya memperhatikan saja gelagat July.

Ah, kenapa aku malah baper sih? Batin July sambil tersipu malu pada Lily.

Padahal Lily tak paham dengan apa yang sedang dipikirkan calon gurunya itu.

"Oke, Lily. Saya akan ke ruangan guru, di lantai dua. Apa kamu mau ikut ke sana?" tanya July menawari Lily.

"Boleh?" tanya Lily ragu.

July mengangguk sambil tersenyum ramah.

Lily pun ikut mengangguk dengan antusias.

Dan mereka berdua berjalan beriringan menuju tangga yang menghubungkan ke lantai dua.

Dengan ramah, July menerangkan setiap ruangan yang mereka lewati pada Lily. Lily pun menyimaknya baik-baik.

Hingga sampai di depan ruangan guru, Lily dipersilakan masuk oleh July.

Lily disambut dengan ramah oleh beberapa guru yang kebetulan berada di ruangan itu. Dan mereka pun saling memperkenalkan diri.

Guru-guru di sini sangat ramah. Mana ruangan kelasnya juga sejuk. Pasti aku bakalan betah sekolah di sini.

Tet!

Suara bel masuk tanda usainya waktu istirahat, terdengar. Membuyarkan lamunan Lily pada masa lalu. Masa di awal masuk ke sekolah ini, yang dipikirnya sangat menyenangkan.

Ya, pasti sangat menyenangkan. Tapi bagi mereka yang orang tuanya beruang. Karena setiap keramahan pengajar di sini, ada pamrihnya.

Mereka saling berlomba mendekati siswa, agar siswa itu mau ikut les tambahan, baik privat atau berkelompok. Pastinya dengan bayaran yang tidak kecil.

Dan bisa dipastikan juga, nilai siswa di mata pelajaran itu, bakalan tinggi. Karena nanti setiap kali ulangan atau ujian kenaikan kelas, akan diberikan kisi-kisi soal yang bakalan keluar.

Siapa yang tidak tertarik? Kecuali Lily yang sekarang. Karena Lily yang sekarang bukan lagi Lily yang dulu. Lily yang pernah disambut dengan ramah.

Kini Lily hanya sebuah butiran debu di hadapan mereka. Yang nyaris tak terlihat.

Terpopuler

Comments

Rina Rient

Rina Rient

terima kasih🥰.. tunggu episode2 selanjutnya ya 🙏

2024-04-07

0

Jing Mingzhu5290

Jing Mingzhu5290

Saya merasa terinspirasi oleh perjuangan tokoh-tokoh dalam cerita.

2024-04-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Menunggak
2 Bab 2 Butiran debu
3 Bab 3 Tak bisa melawan
4 Bab 4 Tertidur
5 Bab 5 Salah sangka
6 Bab 6 Ternyata lapar
7 Bab 7 Gagal paham
8 Bab 8 Jalan tembus
9 Bab 9 Sakit lagi
10 Bab 10 Berbohong jadi rejeki
11 Bab 11 Ibu harus sembuh
12 Bab 12 Menghindari pertanyaan
13 Bab 13 Menyusun rencana
14 Bab 14 Keceplosan
15 Bab 15 Tak ada solusi
16 Bab 16 Kalut
17 Bab 17 Hanya ingin membantu
18 Bab 18 Tak segampang itu
19 Bab 19 Puasa lagi
20 Bab 20 Tak mudah percaya
21 Bab 21 Tak bisa ditawar
22 Bab 22 Getir
23 Bab 23 Keras kepala
24 Bab 24 Saudara ketemu gede
25 Bab 25 Berteman
26 Bab 26 Saling berebut
27 Bab 27 Anak-anak mami
28 Bab 28 Sangat miris
29 Bab 29 Penyesalan
30 Bab 30 Mulai berempati
31 Bab 31 Selalu ada rejeki
32 Bab 32 Masih ada harapan
33 Bab 33 Pagi yang cerah
34 Bab 34 Rejeki di pagi hari
35 Bab 35 Anak babu
36 Bab 36 Kalah
37 Bab 37 Kelupaan
38 Bab 38 Mimpi yang jadi nyata
39 Bab 39 Kerudung hitam
40 Bab 40 Mengalah demi anak
41 Bab 41 Bagai langit dan bumi
42 Bab 42 Trenyuh
43 Bab 43 Terkesima
44 Bab 44 Tak pernah dendam
45 Bab 45 Terpaksa
46 Bab 46 Makan di warung kaki lima
47 Bab 47 Murah meriah
48 Bab 48 Dikira pacaran
49 Bab 49 Hilang di pasar loak
50 Bab 50 Akhirnya ketemu juga
51 Bab 51 Saling menyalahkan
52 Bab 52 Gelisah
53 Bab 53 Bangun, Bu
54 Bab 54 Ada yang meninggal
55 Bab 55 Histeris
56 Bab 56 Jangan ada air mata
57 Bab 57 Ketua RT mata duitan
58 Bab 58 Kamu tak sendiri
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1 Menunggak
2
Bab 2 Butiran debu
3
Bab 3 Tak bisa melawan
4
Bab 4 Tertidur
5
Bab 5 Salah sangka
6
Bab 6 Ternyata lapar
7
Bab 7 Gagal paham
8
Bab 8 Jalan tembus
9
Bab 9 Sakit lagi
10
Bab 10 Berbohong jadi rejeki
11
Bab 11 Ibu harus sembuh
12
Bab 12 Menghindari pertanyaan
13
Bab 13 Menyusun rencana
14
Bab 14 Keceplosan
15
Bab 15 Tak ada solusi
16
Bab 16 Kalut
17
Bab 17 Hanya ingin membantu
18
Bab 18 Tak segampang itu
19
Bab 19 Puasa lagi
20
Bab 20 Tak mudah percaya
21
Bab 21 Tak bisa ditawar
22
Bab 22 Getir
23
Bab 23 Keras kepala
24
Bab 24 Saudara ketemu gede
25
Bab 25 Berteman
26
Bab 26 Saling berebut
27
Bab 27 Anak-anak mami
28
Bab 28 Sangat miris
29
Bab 29 Penyesalan
30
Bab 30 Mulai berempati
31
Bab 31 Selalu ada rejeki
32
Bab 32 Masih ada harapan
33
Bab 33 Pagi yang cerah
34
Bab 34 Rejeki di pagi hari
35
Bab 35 Anak babu
36
Bab 36 Kalah
37
Bab 37 Kelupaan
38
Bab 38 Mimpi yang jadi nyata
39
Bab 39 Kerudung hitam
40
Bab 40 Mengalah demi anak
41
Bab 41 Bagai langit dan bumi
42
Bab 42 Trenyuh
43
Bab 43 Terkesima
44
Bab 44 Tak pernah dendam
45
Bab 45 Terpaksa
46
Bab 46 Makan di warung kaki lima
47
Bab 47 Murah meriah
48
Bab 48 Dikira pacaran
49
Bab 49 Hilang di pasar loak
50
Bab 50 Akhirnya ketemu juga
51
Bab 51 Saling menyalahkan
52
Bab 52 Gelisah
53
Bab 53 Bangun, Bu
54
Bab 54 Ada yang meninggal
55
Bab 55 Histeris
56
Bab 56 Jangan ada air mata
57
Bab 57 Ketua RT mata duitan
58
Bab 58 Kamu tak sendiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!