PIG 4

Aku dan Kanaya bersahabat sudah cukup lama, sejak kami duduk di bangku SMA. Awal pertemuan aku dan Kanaya, saat aku melihatnya berdiri mematung di depan Vending Machine sekolah.

Saat itu di benakku, apa dia tidak mengerti menggunakan Vending Machine? Apa dia sedang bingung memilih minuman apa yang akan di beli? Atau dia tidak punya uang kecil untuk membeli pada mesin penjual otomatis itu?

Aku bukanlah orang yang gampang berbaur pada teman-teman di sekolah. Aku selalu menutup diri pada siapapun, hingga tak ada satupun yang tau alamat ku dimana, atau aku ini orang dengan latar belakang ekonomi seperti apa. Orang-orang hanya mengenal nama ku si cupu Berryl yang selalu menjadi pemegang juara yang tak bisa di lengserkan oleh siapapun di sekolahku.

Mungkin karena aku begitu tertutup, mereka jadi enggan berteman denganku. Begitupun aku yang selalu gugup berlebihan, padahal hanya sekedar menyapa duluan. Namun, hari itu, entah dari mana aku mendapatkan keberanian, hingga akhirnya membawa langkah kaki ku mendekati dan menyapa gadis cantik itu.

"Hay ...." Aku menyapa ramah.

"Hay ... Duluan aja ...!" Kanaya tersenyum ramah padaku, dia menawarkan ku lebih dulu menggunakan mesin otomatis itu.

Aku membeli dua minuman dan menyodorkan salah satu minuman padanya dengan senyum hangat. "Ini buat kamu. Perkenalkan, namaku Berryl."

Sepintas aku melihat raut muka nya begitu kesal sambil menatap sekaleng minuman yang ku beri.

Duh, apa aku gak sopan ya? batinku. Namun, aku merasa lega saat dia tersenyum kembali dan mengucapkan terimakasih padaku.

Sejak perkenalan yang tidak di sengaja itu, aku dan Kanaya jadi sering bertemu. Bertukar nomor hp hanya untuk sekedar bertanya tentang tugas. Salah satunya tugas majalah sekolah dan juga ekskul yang aku ambil. Karena ternyata Kanaya juga mengambil ekskul yang sama denganku.

Hubungan kami kian akrab. Bahkan kemanapun aku pergi, Kanaya selalu menempel padaku. Dari gosip yang aku dengar, Kanaya ternyata berasal dari kalangan orang berada. Meskipun papa dan mamaku tidak mengenal siapa orang tua Kanaya saat aku menyebut namanya pada mereka.

Kanaya juga sering membeli barang couple branded yang akan di berikan nya padaku. Kami berdua selalu memakai gelang, cincin, topi, dan tas dengan merk yang sama. Meskipun saat itu aku menyadari bahwa kualitas barang yang di berikan nya padaku berbeda dengan kualitas miliknya, aku tau barang-barang yang di beli Kanaya semuanya KW. Hanya saja yang membuat berbeda, miliknya dengan kualitas KW premium, sementara milikku dengan kualitas KW2 alias dibuat dengan bahan murahan dan cepat rusak. Tetapi aku tidak mempermasalahkan hal itu, bagiku mendapatkan teman yang selalu mengingat namaku saja itu sudah sangat menyenangkan.

Bahkan aku rela berbagi apapun dengan sahabat pertamaku ini, misalnya seperti saat Kanaya meminjam cincin ku yang dari brand ternama dengan harga puluhan juta dan di hilangkan begitu saja. Aku tidak mempermasalahkan hal itu, meskipun hal itu selalu terjadi berulang kali.

Aku juga menyadari, Kanaya terkadang terobsesi dengan barang-barang pribadiku yang sudah tentu bukan berasal dari brand kaleng-kaleng. Sebelum meminjam, Kanaya selalu bertanya dari mana aku mendapatkan barang mahal seperti itu. Dan aku selalu memberikan alasan yang sama, di belikan oleh paman dan bibiku.

Padahal faktanya, aku membelinya dengan uang ku sendiri. Ah tidak, lebih tepatnya uang orang tuaku yang tak akan habis tujuh turunan.

Ya, aku Berryl. Anak yang sejak lahir sudah tajir melintir, anak dari orang-orang terpandang yang bernama Bastian dan Sherly. Anak dari seorang pebisnis terbesar di negeri ini, namun selalu memilih hidup mandiri.

Aku menghabiskan masa sekolahku bersama Kanaya dan itu sangat menyenangkan, karena hanya dia lah satu-satunya orang yang mau berteman denganku. Jika ku ingat kembali, semenjak aku berteman dengan Kanaya, aku jadi banyak mendapatkan musuh di sekolah. Banyak orang yang tiba-tiba membenciku, tak segan dari mereka yang berkelompok dengan bersemangat membully ku. Apa ini juga berkaitan dengan Kanaya?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Ryl ...!" Renata menepuk-nepuk wajahku, menyadarkan ku dari lamunan panjang.

"Are you okay?" Renata meletakkan punggung tangannya di kening ku.

"Retak dikit, tapi gak ngaruh wirrr!" jawabku santai.

"Sialan lo!" maki Renata.

"Sebenarnya, gue tuh udah curiga sama Kanaya dan Ibnu, Ryl. Gue tuh pernah mergokin mereka berdua, cuma karena di tempat itu gak ada cctv jadi gue gak punya bukti yang akurat. Gue pengen cerita sama lo dari kemarin, tapi bingung gimana ceritanya. Maafin gue ya, Ryl." Renata menatapku dengan penyesalan di matanya.

"Males gue maafin lo, Ren. Gue kasih rating bintang 1 deh, pelayanan buruk." Aku menatap tajam Renata.

"Sialan lo!" sekali lagi Renata memaki ku.

Aku terkekeh melihat wajah masam nya. "Eh, Amella mana? Bantu suntikin gue dong ini."

"Suntik apaan sih lo? Gak bahaya emang? Amella ....!" tanya Renata yang kemudian memanggil adiknya.

"Vit C doang kok, Ren." jawabku.

"Ya, Mbak Ren?" sahut Amella yang menuju ke ruang tamu.

Renata menunjukku dengan kedua telunjuknya dan Amella pun langsung mengangguk paham.

Amella duduk tepat di hadapanku. Tanganku sibuk merogoh tas, mencari ampoule dan peralatan injeksi yang di berikan oleh pemilik salon.

"Nih, Mell." Aku menyodorkan kedua barang yang ku cari tadi.

Amella mengambil dan membaca dengan teliti kandungan apa saja yang terdapat di ampoule tersebut, mata Amella kemudian memandang tubuhku sambil mengernyitkan dahinya.

"Mbak Berryl, yakin mau pakai ini?" Amella memastikan.

"Yakin dong, biasanya mbak selalu pakai ini. Kan hanya Vit C," jawabku.

"Emang kenapa, Mell?" tanya Renata yang beringsut dari duduknya.

Amella menghela nafas panjang. "Iya, ini memang Vit C mbak. Tapi bukan sekedar Vit C biasa, di dalamnya ada zat kimia aktif yaitu perfluoroalkyl dan polyfluoroalkyl atau disebut juga PFAS. Mbak tau fungsinya untuk apa? untuk menambah berat badan dengan cepat, alias membuat orang jadi obesitas jika di konsumsi dalam jangka panjang."

Aku dan Renata beradu pandang, Renata dan Amella menatap tubuh besar ku.

"Lo dapat rekomendasi injeksi ini dari mana, Ryl?" tanya Renata.

"Kanaya," jawabku singkat.

"Sialan tuh j*lang ...! Mulus banget rencananya!" umpat Renata.

Terjawab sudah pertanyaan yang selalu mengganjal di otakku selama ini. Kenapa bisa bobot tubuhku selalu bertambah meskipun sudah diet dan berolahraga dengan benar.

"Dari dulu gue tuh udah ngefeel banget tau gak sih, Kanaya tuh emang gak tulus temenan sama lo, Ryl? Kayak apa ya, kalau lo lagi natap dia tuh, dia yang kayak senyum gitu. Tapi ketika lo gak natap dia, dia tuh natap lo seakan mau nelan lo hidup-hidup jirr!" ujar Renata berapi-api.

Aku menyandarkan tubuh besar ku di sofa, aku benar-benar terpukul. Bagaimana bisa, sahabatku sendiri memperlakukan aku seperti ini.

Kanaya! apa salahku padamu?!

*

*

*

like & subscribe jangan lupa ya 😘😘😘

Terpopuler

Comments

eliya wati

eliya wati

sahabat emang tidak selamanya benar ..kadang mereka menusuk kita dari belakang....emang bener bener terlaluuuuu

2024-05-08

1

Ke Azhea

Ke Azhea

penyakit hati. mungkin hatinya kanaya udah burik2 warnanya.

2024-05-05

1

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

Bener kan,untung dibaca sama Amel kalau gak kan bahaya bisa dilanjut terus😒

2024-05-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!