Bab 17.

Dua pria yang sudah siap akan bertarung itu, saling menatap dengan tajam, menunggu wasit memberi aba-aba untuk memulai mereka maju ke depan.

"Mulai!!" teriak wasit dengan lantang.

Senyuman Bryan langsung merekah, dengan setengah berlari, ia menghampiri Hendrik ke tengah ring.

"Hiaaaa...!!" Bryan berteriak melayangkan tinjunya pada Hendrik.

Dengan reflek Hendrik mengayunkan kakinya, dan tepat mengenai rusuk Bryan, saat menyambut lawannya itu di tengah ring, dengan tinju Bryan yang mengayun ke arah wajahnya.

Brukkk!

Tubuh Bryan terpental beberapa langkah ke belakang, nyaris keluar ring, yang kemudian ambruk ke lantai ring.

Sorak kegembiraan pendukung Hendrik, kembali terdengar begitu riuhnya, membuat suasana dua kubu yang berbeda, jadi memanas.

Pihak Bryan terlihat mengepalkan tangan, menahan rasa kesal dan marah.

Mereka tidak puas, dengan pertarungan di atas ring tersebut, terlalu cepat sekali Hendrik membuat lawannya tumbang.

Sepertinya ada yang salah, menurut mereka Hendrik berbuat curang, kenapa Hendrik bisa melihat titik yang tepat, mengalahkan lawannya.

Belum dua menit, Hendrik berhasil menumbangkan dua lawannya, sungguh tidak masuk akal!

"Kami ingin diulang kembali, di mulai dari jarak dekat!!"

"Dia bermain curang!!"

"Iya, ulang kembali!!"

"Dia menipu kita semua, ulang kembali!!"

Teriakan dari pihak lawan berteriak, tidak terima Hendrik bisa sekali pukul, mengalahkan lawannya.

Mendengar apa yang di keluhkan pihak lawan, Asisten Hendrik beserta bawahannya yang lain, tidak terima di katakan Hendrik bermain curang.

"Semua melihat dengan jelas, Hendrik tidak bermain curang! apa matamu sudah rabun! sedari tadi tidak bisa melihat dengan jelas, apa yang terjadi diatas ring?!" teriak Asisten Hendrik dengan wajah yang merah padam, karena emosi.

"Dia bermain curang!!" teriak pihak lawan.

"Curang dari mana, klienmu yang bodoh! terlalu percaya diri!!" teriak bawahan Hendrik.

"Baik! ulang lagi!!" tiba-tiba Hendrik berteriak dengan lantang.

Semua diam, dan melihat ke arah Hendrik yang berdiri dengan tenang di tengah ring.

Bryan perlahan bangkit dari lantai ring, ia mengelap darah yang keluar dari sudut bibirnya.

"Apa kau ingin mengulang lagi?" tanya Hendrik pada lawannya itu, dengan nada tanpa emosi, tapi tatapan mata dinginnya terlihat tajam menatap Bryan.

"Iya! ulang kembali!!" teriak pendukung Bryan dari bawah ring.

Bryan perlahan mendekati Hendrik, dan berdiri tiga langkah di depan Hendrik.

"Aku mengaku kalah!" ujarnya dengan suara serak, karena rusuknya yang terasa sakit.

Semua pendukung Bryan, yang mendengar perkataan pria itu, terkejut, dan merasa kecewa karena Bryan tidak ingin mengambil kesempatan ke dua.

Akhirnya Hendrik dinyatakan menang, dan kembali terdengar suara yang begitu riuh dari pendukung Hendrik.

Mereka tertawa senang, akhirnya Bryan tidak berani untuk melawan Hendrik kembali.

Wasit pun menyatakan Hendrik menang, dari hasil penilaian yang di berikan juri.

Kemudian wasit mengatakan, akan melanjutkan pertarungan berikutnya, setelah Hendrik beristirahat dalam sepuluh menit, untuk merilekskan otot-ototnya yang tegang.

Dengan langkah cepat, Hendrik bergegas turun dari ring, lalu berjalan menuju tempat duduk Jane.

Hendrik meraih tangan Jane, dan membawanya pergi dari aula arena boxing tersebut, diikuti oleh semua bawahannya.

Jane diam saja mengikuti langkah kaki Hendrik, keluar dari sana menuju sebuah pintu.

Seorang anak buah Hendrik membuka pintu tersebut, lalu Hendrik masuk terlebih dahulu bersama Jane.

Ternyata ruangan itu tempat istirahat khusus pemain boxing.

Hendrik membawa Jane duduk, pada bangku panjang tanpa sandaran.

Begitu mereka masuk ke dalam ruang istirahat, pintu terbuka lagi, "Maaf, aku terlambat, tadi macet di jalan!"

Seorang pria masuk dengan nafas tersengal, sepertinya terburu-buru untuk sampai ke ruang istirahat tersebut.

"Suruh dia pergi!" sahut nada datar Hendrik pada anak buahnya.

Anak buah Hendrik sedikit bingung, dengan nada perintah Hendrik, karena pria itu tukang pijat untuk Hendrik.

"Bukankah anda perlu dipijat? kenapa menyuruhnya untuk pergi?" tanya bawahan Hendrik bingung.

"Kau tidak dengar apa yang kukatakan?" sahut Hendrik menatap tajam bawahnya tersebut.

Bawahan Hendrik yang lain, dengan cepat langsung membuka pintu ruang istirahat, dan mempersilahkan pria yang baru datang tadi untuk keluar.

"Eh, ada apa? Hendrik... bukankah kau harus dipijat, seperti biasanya?" tanya pria tukang pijat itu, dengan tatapan heran memandang Hendrik.

"Keluar!" perintah bawahan Hendrik, tanpa menunggu Hendrik menjawab pria itu.

Hendrik melirik tangannya, yang masih memegang tangan Jane, ia tidak memperdulikan pertanyaan pria itu.

"Keluar!" bawahan Hendrik mendorong tubuh pria tukang pijat tersebut, lalu menutup pintu dengan cepat.

"Apakah kau terkejut?" tanya Hendrik pelan pada Jane, ia tidak tahan lagi melihat sikap diam Jane.

"Sedikit!" jawab Jane dengan nada pelan juga.

Sudut bibir Hendrik bergerak, ia tersenyum kecil mendengar jawaban Jane.

Hendrik menatap bawahannya, yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka duduk.

"Jaga diluar, jangan biarkan siapapun masuk, waktu istirahat dimajukan lima menit!" sahut Hendrik kepada bawahannya.

"Baik, Tuan!" jawab mereka serentak.

Lalu mereka keluar dari ruang istirahat tersebut.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Desi Forever

Desi Forever

dikit ya

2024-04-16

0

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒖 𝒂𝒋𝒂 𝒏𝒊𝒉 𝒕𝒉𝒐𝒓

2024-04-13

0

Sri Ayuu

Sri Ayuu

dikit amat tambahan cerita nyaaaa
aisshhh bikin penasaran, sekuat itu Hendrik si pria dingin wow gimana ntar saat malam pertama dengan Jane pasti wow banget tuh

2024-04-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!