Bab 10.

Hendrik membawa Jane ke kamar, yang tadi Kepala Pelayan katakan kamar pengantin baru milik mereka berdua.

"Ambil surat KK dan surat lainnya!" kata Hendrik begitu mereka masuk ke dalam kamar.

"Baik!" jawab Jane tanpa bertanya lagi, karena ia tahu untuk apa mengambil surat-surat yang di sebutkan Hendrik.

Setelah Jane mengambil surat-surat yang di perlukan, dan mengganti gaun pengantin dengan pakaian biasa, ia mendekat pada Hendrik.

"Bagaimana dengan lukamu, apakah kita tidak perlu ke rumah sakit?" tanya Jane dengan lembut, lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh perut suaminya itu.

"Setelah kita mengurus surat nikah, kita akan langsung ke rumah sakit!" kata Hendrik pelan, sedari tadi ia berusaha terus menahan sakit.

Tangan Jane yang terulur ingin menyentuh perutnya, dengan pelan ia raih.

"Ayo!" ucapnya, lalu menggenggam tangan Jane keluar dari dalam kamar.

Di depan pintu utama Mansion, sebuah mobil mewah anti peluru sudah menunggu mereka, dan seorang pria berpakaian formal, tengah berdiri di samping mobil menunggu mereka berdua.

Pria itu membuka pintu mobil untuk Hendrik dan Jane, lalu menutup pintu mobil dengan pelan, begitu Hendrik dan Jane masuk ke dalam mobil.

Tidak berapa lama, mobil berhenti di depan sebuah gedung catatan sipil, dan mereka masuk ke dalam gedung untuk mengurus akta nikah mereka.

Dalam waktu sepuluh menit, mereka sudah memegang akta nikah.

Bukk!

Baru saja mereka keluar dari gedung catatan sipil, tiba-tiba seseorang sudah melayangkan tinjunya pada Hendrik.

Takkk!

Tapi, dengan reflek, Hendrik dengan cepat menangkap tangan seseorang yang akan meninju wajahnya.

Lalu memutar tangan orang tersebut, sampai berputar ke balik punggung pria itu.

"Ini di depan umum, kalian sudah tidak sabaran ingin berurusan lagi denganku!" dengan kuat Hendrik mendorong pria tersebut, hingga terjerembab jatuh ke tanah.

Lalu kakinya dengan kuat menendang pria itu, hingga terlempar ke jalan.

Orang-orang yang ada di sekitar tersebut, menjerit terkejut melihat tubuh pria yang terlempar ke jalan.

"Ayo!" ujar Hendrik menarik tangan Jane untuk masuk ke dalam mobil.

Luka pada perut Hendrik semakin terasa sakit, ia merasakan darah kembali keluar dari luka pada perutnya.

Luka yang memanjang, karena pengeroyokan yang di lakukan beberapa teman adik sepupunya, putra dari Paman kandungnya, karena kematian teman mereka.

Hendrik memegang perutnya, yang kembali mengeluarkan darah, dan satu tangannya memegang erat tangan Jane.

Untung Jane menolongnya malam itu, kalau tidak, mungkin sekarang ia sudah mati.

Malam itu, saat tersadar dari pingsannya, ia begitu terkejut melihat dirinya berada di atas tempat tidur asing.

Dan, lebih terkejutnya lagi, ia di tolong seorang gadis, yang tanpa rasa takut membawa dirinya masuk ke dalam apartemen gadis itu.

Karena kesalahan yang tidak ia sengaja, membuat beberapa teman adik sepupunya, putra dari Paman kandungnya, mengeroyok dirinya.

Ternyata keluarga Pamannya sudah lama mengincar dirinya, untuk jatuh ke dalam suatu masalah, dan mengambil alih harta warisan yang di wariskan Kakeknya untuknya.

Dan, yang lebih membuat ia jadi marah lagi, ternyata Pamannya mengetahui surat wasiat lain, yang selama ini tersimpan rapi.

Wasiat perjanjian pernikahan, yang di buat Kakeknya untuk dirinya.

Awalnya Hendrik tidak memperdulikan surat itu, telah diambil Pamannya.

Tetapi saat ia menyelidiki siapa calon mempelai wanitanya, ia tidak bisa untuk tidak memperdulikannya begitu saja.

Calon mempelai wanitanya, ternyata gadis yang menyelamatkan dirinya dari kematian.

Seperti orang hilang akal, ia berlari dari rumah sakit, sembari menahan rasa sakit, untuk segera sampai di Mansion.

Saat ia sampai di Mansion, terjadi pertengkaran, yang membuat ia hampir saja, meninju sampai pingsan sepupunya.

Hendrik berteriak, mengatakan Pamannya sungguh lancang, mengambil hak yang bukan milik sepupunya.

Tapi, mereka malah menekan dirinya, tidak layak menikahi gadis, yang sudah di atur oleh Kakeknya.

Pamannya mengatakan kalau dirinya, monster dan psychopath, yang telah membunuh sahabat sepupunya, Wilson.

Itu akan membuat mempelai yang sudah diatur Kakeknya, nantinya akan ketakutan dan menderita, hidup dengan dirinya.

Hendrik pria yang tertutup, dan tipe pria yang tidak suka banyak bicara, membiarkan saja keluarga Pamannya itu menghina dirinya.

Untung saja Kepala Pelayan sebelumnya, menyebutkan nama dirinya, pada mempelai wanitanya, kalau dirinya lah calon suami gadis itu.

Hendrik memejamkan matanya, untuk memenangkan dirinya, yang masih terbawa emosi.

Bersambung......

Terpopuler

Comments

Siti Fatimah

Siti Fatimah

ini cerita pasti tidak ada baper - baper nya yg ada ketegangan dan perkelahian 🤔

2024-04-10

0

Alif 33

Alif 33

masih menunggu cerita selanjutnya

2024-04-09

0

Ita rahmawati

Ita rahmawati

terbuka dikit² dn makin menarik

2024-04-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!