Patah Hati

"Jadi aku dibuat tameng mbak Sasha ? Terus dia membunuh mbak Sisil? Ya Allah, jahat banget ..." ucap Tami yang tinggal di rumah Brigjen Rayyan dan Anala Baskara sementara saat pihak kepolisian hendak menangkap Sasha.

Seiya mengangguk.

"Ya ampun ... Aku benar-benar tidak habis pikir, kak Seiya ..." bisik Tami.

"Yang penting kamu aman disini dan selamat..." ucap Anala sambil mengelus rambut hitam Tami.

"Tapi Bu Anala, apakah benar saya hampir mati?" Tami menatap wanita cantik berhijab itu.

"Iya... Maaf ya Tami, tapi itu kenyataannya..." jawab Anala.

"Sekarang kamu beristirahat dulu, Tami, karena besok kamu harus datang ke kantor polisi buat memberikan kesaksian dan itu bakalan capek" ucap Seiya.

Tami pun mengangguk.

"Mbak Ida, tolong Tami diantar ke kamar tamu. Biar dia istirahat..." ucap Anala ke asisten rumah tangga kediaman Rayyan.

"Njih Bu. Yuk, mbak Tami. Istirahat dulu ..." ajak wanita paruh baya itu lembut. Ida merasa kasihan dengan gadis polos itu yang menjadi alibi si pembunuh karena tadi dia mendengarkan cerita dari Seiya. Wanita bertubuh gempal itu sudah ikut dengan Anala sejak Seiya berumur lima tahun dan selama itu sudah mendengar banyak cerita kasus kejahatan dari ndoronya. Tapi yang ini membuatnya kesal, karena dia tidak habis pikir ada seorang gadis membunuh saudara kembarnya dan membuat fitnah ke gadis lain.

"Terima kasih Bu Ida..." senyum Tami saat diantarkan ke kamar tamu.

"Sama-sama mbak Tami. Yang sabar ya..." balas Ida yang dijawab anggukan oleh Tami.

***

Polda Metro Jaya Jakarta

Shea, Yudho dan Alfie berada di kantor Irjen Dean Thomas dan Brigjen Rayyan setelah Sasha digelandang ke sel. Shea yang melihat Sasha tampak dingin seolah tidak salah apa-apa, merasa gemas dan menoleh ke arah Sisil yang juga marah kepada saudara kembarnya.

"Untung dia di sel sendirian..." seringai Shea yang sudah melepaskan wig hitamnya dan menjadi wajah boneka ciri khasnya.

"Mau kamu apain, Shea ?" tanya Alfie.

"Kerjain lah ! Kesal aku tadi Indomie nya belum abis ! Kapan lagi boleh makan mie instan pakai telur dan rawit demi totalitas akting ?" jawab Shea membuat Yudho cekikikan karena tahu, di rumah Shea hanya boleh makan mie instan sebulan dua kali.

Alfie menoleh sebal ke Shea. "Malah mikirin Indomie ... Nanti kamu aku ajak makan di warmindo !"

Shea langsung memeluk Alfie. "Terimakasih wahai Alfie... Jangan bilang ke bonyok ( bokap nyokap ) ya?"

"Dasar !" balas Alfie dengan nada sayang. Bagi Alfie, Shea itu seperti saudara perempuannya karena hanya beda beberapa bulan saja.

"Apa rencana kamu Shea ?" tanya Yudho.

Shea hanya tersenyum smirk.

***

Irjen Dean Thomas dan Brigjen Rayyan menatap judes ke putra dan keponakan mereka yang tampak asyik melihat dari layar monitor di ruang kerja mereka. Shea sendiri sudah memasang kamera kancing di sel tempat Sasha ditahan sendirian berkat bantuan Aiptu Steven yang dimintai tolong.

"Kalian bertiga nggak pulang?" tanya Irjen Dean Thomas.

"Sebentar Papa ... Aku dan Shea hendak melakukan mental breakdowns..." senyum Alfie.

"Siapa yang kamu kirim kesana Shea?" tanya Brigjen Rayyan.

"Mbak Sisil yang mau konfrontasi..." jawab Shea. "Dan pak Longga, dan pak Sakera ..."

Kedua Oom Shea itu mendelik. "Whaaaatttt?"

***

Sasha melihat sel berukuran 4x4 yang entah mengapa hanya dia sendirian disini. Apa tidak ada penjahat wanita jadi aku sendirian? Sasha merasa bingung bagaimana polisi tahu rencananya hendak membunuh Tami ? Apa tiga cowok itu reserse? Tapi mereka masih remaja...

Sasha berusaha untuk tidur namun sebuah suara membuatnya berjaga-jaga. Sasha melihat pintu penjaga sel terbuka dan polisi disana malah asyik nonton pertandingan sepak bola. Gadis itu berjalan menuju teralis besi dan berusaha melihat situasi disana. Dua polisi yang berjaga itu masih asyik nonton tv sambil makan kacang.

Sasha pun berbalik hendak ke kursi besi untuk tidur namun dirinya terpekik saat melihat Sisil duduk disana.

"Astagaaaa! Ini hanya halusinasi... Ini hanya halusinasi..." bisik Sasha berulang sembari memejamkan matanya.

"Apakah kamu yakin ini hanya halu mu ..."

Sasha melongo. "Hah ..."

"Aku tidak habis pikir ... Kenapa kamu tega membunuh aku ..."

"Tega? Tega ? Kamu yang tega ! Kamu yang meninggalkan aku bersama ibu b@ngs@t itu ! Bagaimana bisa ayah memisahkan kita ! Seharusnya aku bersama kalian ! Bukan aku ikut ibu tidak tahu diuntung itu dan jadi miskin !" teriak Sasha.

"Tapi itu rumah ayah yang diberikan pada ibu ..."

"Benar tapi aku tidak pegang uang sebanyak kamu ! Sementara kamu ? Punya banyak uang, punya ayah dan kamu tinggal di rumah yang lebih besar ... Lingkungan mewah ! Sedangkan aku ? Uang jajan aku saja ditilep ibu !" Sasha mengeluarkan uneg-unegnya.

"Ayah yang memiliki hak memilih siapa yang dibawa ..."

"Tapi kenapa harus kamu ? Kenapa bukan aku ?"

Sisil menatap tajam ke Sasha. "Karena ayah tahu kamu orang jahat ... Dan itu terbukti bukan ? Bagaimana jahatnya kamu, tega membunuh aku dengan tanganmu sendiri, tega hendak membunuh Tami ... Dapatnya apa ?"

"Iya ! Aku memang sudah lama benci sama kamu ! Ayah selalu sayang sama kamu ! Maka aku mempersiapkan semuanya ! Ditambah ayah dan ibu cerai ... Kamu yang dibawa ayah ! Bukan aku ! Aku benci kau Sisil ! Aku benci kau ! Jika aku harus mengulang lagi, aku akan terus membunuh kamu !" ucap Sasha emosi.

***

Semua orang di ruang kerja Irjen Dean Thomas melongo mendengar ucapan Sasha.

"Ini bukan sekedar rebutan baju tapi lebih dalam dari itu ..." gumam Irjen Dean Thomas.

"Dia psikopat, Papa ... Mana ada saudara tega menyakiti saudaranya apalagi dia perempuan dan kembar..." ucap Alfie.

"Tapi ini tidak bisa dibawa ke pengadilan Shea ..." Brigjen Rayyan menatap ke Shea.

"Aku tahu Oom tapi setidaknya ini menjadi modal besok interogasi..." jawab Shea.

***

Sisil menggelengkan kepalanya merasa sedih mendengar ucapan kembarannya yang ternyata sangat-sangat membencinya. Sisil tidak tahu apa salahnya hingga Sasha sangat membencinya sedemikian rupa.

"Baiklah ... Aku tidak akan mengganggu kamu lagi Sasha. Aku akan kembali ke alamku karena sudah waktunya kamu mempertanggungjawabkan semua perbuatan kamu ..." jawab Sisil sendu.

"Aku tidak terbukti sebagai pembunuh kamu Sisil... Paling aku hanya terbukti sebagai pelaku penganiayaan pada Tami meskipun bukan Tami... Hukuman aku paling sepuluh tahun... " jawab Sasha jumawa.

"Jangan senang dulu Sasha... Karena kamu akan terkejut apa yang sudah polisi dapatkan..." Sisil menyentuh bahu Sasha. "Kamu akan dihukum seumur hidup... Dan akan aku pastikan hidup kamu tidak akan tenang di penjara..."

***

Ruang Kerja Irjen Dean Thomas

"Mbak Shea ..."

Shea pun menoleh. "Bagaimana mbak Sisil?"

"Aku mau pamitan... " jawab Sisil dengan nada sedih karena merasa patah hati mendapatkan kebencian sedemikian rupa dari saudara kembarnya.

"Maaf ya mbak ... Atas semuanya ..." jawab Shea.

Sisil menggelengkan kepalanya. "Terima kasih sudah mau membantu aku ... Pak Longga, pak Sakera ... Terima kasih..."

Sisil pun berjalan ke arah cahaya putih dan tanpa sadar air mata Shea mengalir. Dia bisa merasakan bagaimana terlukanya perasaan Sisil memiliki saudara seperti itu. Yudho yang melihat Shea emosi, langsung memeluk gadis itu.

***

Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Terpopuler

Comments

~AruN~

~AruN~

awas jangan pake modus yaaaa, Yudh 🤭

2024-04-24

1

ellyana imutz

ellyana imutz

cerita ny miris banget mcm kisah nyata yg jls ada d sekitar kita...hny krn iri dan dengki jd tega bunuh saydara sebdiri...luar biasa keren crita author ni ..semangat berkarya

2024-04-24

1

Jenong Nong

Jenong Nong

sasha sakit jiwa....❤❤🙏🙏

2024-04-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!