Tentang Kak Dylan

Elgard pergi tak lama setelah Managernya datang dan menghabiskan pesanan Elgard. Dia melambaikan tangan sebagai pamitan dari jauh.

Aku pulang pukul 17.15, bersama dengan teman-temanku lainnya dan Kak Dylan, seniorku. Kami mampir di sebuah tempat makan. Sebab, Kak Dylan akan mentraktir kami. Ini hari ulang tahunnya.

Kak Dylan duduk di sebelahku, merangkulku. "Sekar, besok kamu dapet shift apa?" Tanyanya sambil memberikan segelas bir padaku.

"Shift dua, kak" Jawabku sambil mendorong gelas itu ke arah teman di sebelahku.

"Shift dua? Bagus lah, nanti malam bisa istirahat. Jangan terlalu lelah. Berapa usiamu?" Tanya sambil mengosok rambutku dan merangkul temanku di sisi kirinya.

"19 Kak"

"19?! Ehh? Ku kira dah 20. Aku tidak tau kamu paling kecil disini. Paman! Ada jus apa saja hari ini?!" Kak Dylan tiba-tiba mengangkat tangan kanannya.

Paman pemilik kedai mendatangi kami. "Hari ini, ada jus mangga, alpukat, jeruk, sama apel" Jawab Paman pemilik kedai.

Kak Dylan melihat ke arahku, "Mau jus apa?" Tanyanya.

"Eh? Uh,... Jus apel saja" Aku tidak menyangka Kak Dylan akan langsung memesan jus.

"Kalian semua dah 20 tahun, kan?" Tanya Kak Dylan kepada rekanku yang lain.

Mereka rata-rata lahir 2003. Mereka sudah berusia 20 tahun saat ini. Kurasa, Kak Dylan tak ingin merasa tak enak sudah memberi kami bir.

Kami memesan makanan di bawah harga makanan yang Kak Dylan pesan. Ini sebagai sifat sopan kami. Tahun ini, Kak Dylan berusia 26 tahun. Dia masih menjomblo dan sering di ejek oleh anak-anak saat kami bertemu.

Sebenarnya, Kak Dylan memiliki wajah dengan paras diatas rata-rata. Dia memiliki tinggi 180, garis rahang yang tegas, wajah Kak Dylan sudah seperti maskot cafe kami. Meski begitu, Kak Dylan tidak pernah mau melayani pelangan. Dia lebih suka di dapur dan tidak masalah menjadi model promosi Cafe. Baik itu membagi brosur, ataupun menjadi ambasador di Instagram.

Banyak dari pelangan yang ku layani, menanyakan dimana Kak Dylan. Kami selalu menjawab hal yang sama. Dia sedang di Shift berikutnya atau di Shift sebelumnya. Tidak jarang, Kak Dylan juga mendapatkan bingkisan kecil, seperti cokelat dan surat pernyataan dari beberapa pelangan. Kak Dylan tidak pernah menerimanya. Dia, selalu menyuruh kami memakan pemberiannya dan menyobek surat-surat itu.

Kak Dylan, menjaga hatinya. Ada yang bilang, dia menyukai seorang gadis yang merupakan teman masa kecilnya. Hingga saat ini. Astaga, betapa beruntungnya dia. Namun, hari ini aku dan anak-anak lain mengetahui suatu kebenaran.

Kak Dylan mabuk, saat kami bermain game. Dia menjadi pengantiku saat aku tak bisa menyelesaikan game. Maafkan aku.

Kak Dilan tertidur di sana. Kami melanjutkan game, tapi aku tidak ikut karena merasa bersalah kapada Kak Dylan. Kak Dylan tiba-tiba menelengkan kepalanya, dengan posisi pipi kiri yang bertumpu di meja. Dia melihat ke arahku. Matanya berlinang.

"Eh? Kenapa menangis?" Aku terkejut, memberikan tisu padanya.

Anak-anak lain masih belum menyadarinya. Kak Dylan memegang tanganku di bawah meja. "Aku sedih" Ucapnya.

Tangannya begitu berkeringat. Terasa lembab. Aku merasa tidak nyaman.

"Eh? Kenapa sedih?" Tanyaku sekali lagi, menahan rasa tak nyaman di dadaku.

"Dia menikah lusa yang lalu?"

"HAH?!" Anak-anak lain langsung menoleh. Padahal suara Kak Dylan begitu lirih.

"Siapa yang menikah, Kak?!" Mereka meninggalkan game yang kami mainkan.

Aku tak bisa melepaskan tanganku dari genggaman tangannya yang erat. Dia kembali duduk dengan dekat, bibirnya terlihat mewek dan berkedut. Air matanya mulai bercucuran. "Temanku yang kusukai sejak dulu, menikah dengan orang lain...." Ucapnya sambil merangkul orang di sebelah kanannya.

Astaga, beruntung aku di kirinya.

Kami semua menghibur Kak Dylan. Kemudian, dua anak lainnya mengantarkan Kak Dylan pulang, meski dia memaksa untuk pulang sendiri.

Aku kembali berjalan seorang diri. Jalan cukup sepi. Gongongan anjing terdengar saling bersautan dari rumah ke rumah. Aku membuka ponselku. Cahaya ponsel di gelapnya jalan membuat mataku sedikit mengsayu.

Aku melihat WhatsApp Khanza. Masih sama.

Aku kembali mengirimkan pesan. [Hari ini, aku baru petama kali di traktir oleh rekan kerjaku. Aku sangat kenyang. Bagaimana kabarmu? Segera telpon ya...] Kirimku padanya.

Aku ingin menangis. Hampir seminggu berlalu. Khanza masih tak ada kabar. Mungkinkah, dia menganti ponselnya? Tapi, kenapa tidak menghubungiku? Dia-kan, hafal dengan nomorku. Ini membuatku sedih.

Aku kembali menangis setiap sebelum tidur. Akibatnya, mataku bengkak di Pagi hari. Aku tidak sabar dengan Minggu depan. Berharap datangnya, Khanza sesuai janjinya. Andai saja dia tidak datang, aku bersumpah aku akan datang ke rumahnya.

Aku seharian menyibukkan diri dengan bersih-bersih rumah. Membantu Ibu Vety. Tapi, semuanya selesai dengan cepat. Aku marah kepada Khanza. Berusaha tidak mengingatnya. Berjalan keluar, melihat tanaman pagar-pagaran Bu Vety yang berantakan.

"Ayo, lupakan Khanza sehari ini saja. Aku akan menendang pantatnya begitu dia membalas Chatku" Aku mengambil pisau besar. Mulai memangkas tanaman itu hingga waktu tak terasa sudah pukul 4 sore.

"Saatnya berangkat kerja" Ucapku sambil berjalan masuk ke dalam rumah untuk mandi sebelum berangkat kerja.

Sampai di tempat kerja....

"GREP! SEKAR!" Tiba-tiba Kak Dylan datang ke arahku dan langsung memegang kedua bahuku.

Aku kaget. Mendongakkan kepalaku untuk melihatnya. "Sekar! Apa aku kemarin mengatakan hal aneh-aneh padamu?!" Kedua mata Kak Dylan terbulat lebar. Dia terlihat berkaca-kaca.

Aku melihat ke arah anak-anak lainnya di belakang Kak Dylan. "Shhhs" Mereka menyuruhku untuk tidak menjawabnya.

Aku membekap mulutku. Melirik ke bawah. "Aku tidak bisa mengatakannya" Jawabku berpura-pura dan melihat ke arah anak lainnya menunjukkan jempol mereka.

"UUAAAA, Ti...daakkk" Kak Dylan langsung menjatuhkan tubuhnya. Menyentuhkan telapak tangannya di atas lantai keramik cafe. "Maafkan aku Sekar. Aku sungguh tidak sadar. Biasanya, aku mengingat apapun yang terjadi. Maafin ya..." Ucapnya sekali lagi.

Salah satu anak Cafe datang. Menepuk pundak Kak Dylan. "Kalau nasi sudah jadi bubur gimana, kak?"

"ARRGGH! Daniel! Jangan berkata aneh!!!" Tegas Kak Dylan sambil langsung berdiri dan mencekik abal-abal.

Aku terkekeh. Menepuk lengan Kak Dylan sebagai balasanku. "Tidak ada hal aneh yang terjadi, Kak. Temen-temen nipu kakak" Jawabku sambil kembali ke tempatku, karena sudah waktunya kerja.

Dengusan terdengar. "ANAK-ANAK SIALAN!" Maki Kak Dylan dengan lirih dan dia terlihat memukul beberapa anak disana dengan celemek yang akan dia kenakan.

Tempat kerjaku, memiliki lingkungan yang ramah. Tak ada satupun dari kami yang berniat melakukan persaingan. Kak Dylan adalah Senior kami yang bertanggung jawab penuh atas kondisi cafe. Ya, itu karena cafe ini akan menjadi miliknya karena cafe ini adalah milik keluarganya.

Selama aku kerja disini, sejak aku sambilan sedari aku baru tiba di desa ini. Setiap ada masalah dengan Cafe, meski itu ulah dari senior lama yang tidak benar, Kak Dylan selalu yang bertangung jawab. Dia sering sekali di maki oleh Ibunya, karena tangung jawabnya di depan kami semua. Kata-kata memalukan sering terdengar menyakitkan hati bagi kami.

Hingga Kak Dylan memutuskan untuk memperbarui cafe. Mulai dari dekorasi, hingga karyawannya. Kak Dylan, sudah mengeluarkan empat Senior yang lebih tua darinya. Yang terpegoki, mengambil uang cafe secara diam-diam, saat dia berada di Shift yang berbeda dengan Kak Dylan.

Di waktu itu, aku masih sambilan disini. Kak Dylan sungguh memulai semuanya dari awal. Membuka lowongan kerja dan memilihnya sendiri. Bos besar (Ibu Kak Dylan) sempat marah, tapi sejak saat itu keuangan Cafe menjadi aman hingga saat ini.

Belajar dari kejadian masa lalu, setiap kali ada masalah, baik itu kehilangan uang (semoga tak pernah mengalaminya) atau kerugian akibat customer yang menipu pemesanan, kami berusaha sebaik mungkin untuk mengantinya, sebelum Kak Dylan mengetahuinya.

Kami semua, meski kami terlihat seolah berhubungan seperti karyawan biasa, tanpa adanya garis posisi. Kami, sangat menghormati Kak Dylan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!