BAB 18 - Katakan Saja

Zavia yang bicara, tapi Azkara yang kena getahnya. Naf-su makan Azkara bukan sekadar berkurang saja, tapi benar-benar sudah tidak ada. Kebetulan, nasi di piringnya turut terkena cipratan air keramat dari mulut sang mama yang menjadikan alasan Azkara berhenti makan semakin kuat.

"Nih, Ka."

Azkara meraih tisu yang diberikan Zavia dengan sedikit kasar. Walau sebenarnya tidak dapat disalahkan, tapi tetap saja kekesalan pria itu mendarah daging. Sebenarnya, Azka sudah tidak memiliki ha-srat untuk mengenalkan Shanum karena sudah bisa menerka apa reaksi Mama Mikhayla.

Jika tidak terkejut, maka tidak akan percaya dan menganggapnya tengah mengarang cerita. Karena itulah, Azka tidak segera bercerita dan justru diwakili Zavia, kakak kandungnya.

"Ja-jadi ini oleh-oleh buat Mama?!" tanya Mama Mikhayla lagi-lagi menatap tak percaya ke arah Shanum.

Azka yang telanjur badmood tak segera menjawab dan masih membersihkan wajahnya. Air yang dia terima tidaklah sedikit, banyak sekali bahkan sampai bajunya ikutan kena.

Kendati demikian, cemberutnya Azkara tidak akan dia pusingkan. Wanita itu beralih pada wanita cantik yang tampak bingung di hadapannya.

Cukup lama Mama Mikhayla memandangi Shanum. Matanya mengerjap pelan, dia beranjak berdiri dengan jemari yang perlahan mendekat dan kini mendarat tepat di pipi menantunya.

"Ini Asli?" gumam Mikhayla begitu usai menoel pipi Shanum. Sesaat kemudian dia menoleh ke arah sang suami yang sejak tadi berdiri tak jauh dari mereka. "Pa, coba sini deh," pinta Mama Mikhayla dengan sedikit memaksa.

Mau tidak mau, Papa Evan turut melangkahkan kakinya dan mengikuti apa keinginan istrinya.

"Apa, Sayang?"

"Kamu lihat, dia manusia, 'kan?" tanya Mikhayla yang berhasil membuat dentingan sendok bersatu padu dari anggota keluarga lainnya.

Bukan hanya Azkara yang terkejut, tapi Renaga dan Opa Mikhail juga demikian. Saking terkejutnya, sendok di tangan mereka jatuh ke lantai dalam waktu bersamaan.

Jika yang lain hanya terkejut tentang pernikahan dan agak sedikit tidak percaya jika wanita cantik itu adalah istri Azkara, Mama Mikhayla justru lebih parah. Bukan hanya tidak percaya sang putra memiliki istri spek bidadari surga, tapi wanita itu sampai mengira menantunya bukan manusia.

Beruntung saja Papa Evan tidak ikut-ikutan gila malam ini. Dia hanya menggeleng pelan dan meminta sang istri untuk duduk tenang.

"Ada-ada saja ...putra kita manusia, mana mungkin jodohnya kupu-kupu," bisik Papa Evan sembari menggeleng pelan.

Istrinya yang bersikap demikian, tapi Papa Evan yang merasa tak enak hati. Dia menghela napas panjang, menatap menantunya penuh makna sebelum kemudian mengulas senyum hangat.

"Maaf ya, Mamamu memang begini ... terlalu berlebihan dalam berekspresi, Papa harap kamu bisa terbiasa, Shanum."

"Hem?"

Setelah sejak tadi dibuat malas dengan sikap mamanya, detik ini Azkara dibuat bingung sebingung-bingungnya dengan sikap hangat sang papa.

Tidak hanya Azka, tapi semua yang ada di sana saling menatap dan menerka-nerka isi pikiran Evan. Jika Opa Mikhail yang bersikap hangat mungkin bisa dipahami, tapi untuk pria sangar satu ini beda cerita.

Sejak dahulu mereka ketahui, Papa Evan tidak seramah itu pada orang baru, apalagi sampai bersikap hangat. Dan lagi, sejak tadi baik Azka maupun Zavia belum ada yang menyebut tentang Shanum sedikit saja, tapi barusan dengan jelas Papa Evan menyebut nama Shanum.

"Papa tahu nama istriku?" tanya Azkara basa-basi.

"Menebak saja, itu di bros benar namanya bukan?"

Shanum menunduk, memang benar dia menggunakan bros bertuliskan namanya, akan tetapi sama sekali dia tidak menduga jika papa mertuanya akan sejeli itu.

"Ah, iya benar Shanum namanya," sahut Azka terlihat kikuk, walau memang benar perkara nama mungkin bisa menerka dari bros yang Shanum kenakan, tapi tetap saja Azkara merasa sikap hangat papanya terlalu janggal.

Seketika, pikiran Azka tergantikan. Bukan lagi perihal sebal ketidakpercayaan keluarganya, tapi kini sudah berubah menjadi kecurigaan terhadap papanya.

.

.

"Shanum? Shanum apa lengkapnya, Sayang?" Mikhayla yang kini sudah sedikit lebih tenang mencoba bertanya pada menantunya.

"Shanum Qoruta Ayun, Ma."

"Masya Allah!!"

BRAK!!

Lagi, baru saja tenang dan suasana agak sedikit serius, Mikhayla kembali berulah. Geprakan di meja makan sukses membuat jantung yang lainnya nyut-nyutan.

"Mama kenapa lagi?"

"Namanya bagus sekali ... Mama jadi penasaran siapa orang tuamu, pasti di rumahnya manggil Abi-umi, 'kan?" terka Mama Mikhayla yang membuat Shanum tertawa tanpa sengaja.

Setelah berjam-jam tegang dan canggung walau telah diperlakukan baik, ini adalah kali pertama Shanum memperlihatkan giginya bahkan Azka ikut terpesona.

"Benar, Ma, abiku bernama Haikal Ali Habsyi ... bukan siapa-siapa, hanya pernah menjadi seorang tenaga pengajar di pondok pesantren Al-Hikmah dan saat ini sebagai guru ngaji di masjid dekat rumah, ehm lalu mendiang umiku adalah seorang mantan juru masak di pesantren yang sama dengan tempat Abi mengajar, namanya Nafisa."

Tanpa sedikit pun merasa keberatan, Shanum menjelaskan sedikit tentang keluarganya dan hal itu juga turut didengar oleh Azka. Karena memang dia belum mendengar penjelasan tersebut secara langsung dari sang istri.

"Oouh maaf ya, jadi umimu sudah berpulang?"

"Hem, benar, Ma."

Mikhayla mengangguk mengerti, sedikit menyesal karena beberapa saat lalu sampai mengiranya bukan dari golongan manusia.

"Hidupmu pasti sangat berat bukan?"

"Begitulah, Ma, semua ada jalannya," sahut Shanum kemudian tersenyum getir.

"Maaf sekali lagi jika pertanyaannya membuatmu sedih, Azka sama sekali tidak pernah bercerita tentang kamu sebelumnya ... karena itu Mama penasaran."

Merasa terlalu lancang, Mama Mikhayla menyampaikan permintaan maafnya. Sama sekali dia tidak menduga jika menantunya akan bersedih setelahnya.

"Kamu nih sebabnya, sudah Mama bilang apa-apa cerita!! Ini tidak!! Mama itu apa sih bagi kamu? Patung Iya?!" penyesalan barusan seketika berubah menjadi kekesalan dan Azkara lagi-lagi kena getahnya.

"Bu-bukan salah Mas Azka, Ma, sangat wajar jika tidak pernah cerita karena sejujurnya aku belum_mmpph!!"

Niat hati ingin membela sang suami di hadapan mertuanya, mulut Shanum seketika dipaksa bungkam oleh pria tersebut.

"Jangan katakan apapun, Please ... kamu mau aku dihajar sampai mereka tahu yang sebenarnya?" bisik Azka begitu pelan, tapi masih bisa terdengar oleh Shanum yang kini mengangguk pelan.

"Azkara kenapa ditutup mulutnya?"

"Hem? Tidak, ada nyamuk tadi gigir bibir istriku," jawabnya pandai sekali beralasan.

"Alasan, bilang saja ada yang dirahasiakan," celetuk Zavia seketika aktif kembali dan membuat Azkara mengepalkan tangan sekuat tenaga.

"Sependapat, pasti ada sesuatu yang dirahasiakan."

Deg

Opanya sudah ikut bicara, dan Azkara seketika panas dingin karena kalau sampai sang istri jujur tentang semua yang terjadi, besar kemungkinan dia akan dihajar habis-habisan.

"Ayo Shanum, katakan apa yang tadi ingin kamu katakan ... jangan takut padanya. Di luar mungkin preman, tapi di rumah statusnya tidak lebih dari anak manja yang mandi dan makan saja harus Mama upah."

"Shiitt!! Bunuh saja aku, Ma, bunuuuh."

.

.

- To Be Continued -

Terpopuler

Comments

U_Lee

U_Lee

Wkwkwkk Naahh loohh bener2 dah kartu As si Azka dibongkar semua...😂 Diluar jadi preman kalo di rumah jadi anak manja, mandi sama makan harus di kasih upah...😅 pasti si Shanum syok tuh karena awal ketemu si Azka dlm keadaan gak baik a.k.a si Azka kayak penjahat kelas elit yg suka pake baju brand... emang bener dah kalo sekali ada yg nyerang ama omongan pedas satunya lagi ikutan juga udah tenang eehh malah ada yg ngomporin lagi... sabar Azka, yakin aja si Shanum bukan tipe istri yg suka julid juga ttg suaminya...🤭

2024-04-07

68

nenk 'yLa

nenk 'yLa

papa evan sprti y udh mulai menyelidiki ttg shanum mka y bisa se hangat itu.. tp entahlah cma tebakan saja..

harga dirimu bner2 habis az d dpan shanum mw mandi n mkan aja harus ad upah y🤣🤣

2024-04-22

0

Erna Susanti

Erna Susanti

klu punya ilmu ngilang Azka pasti langsung CLING, hilang dech😃😃😃

2024-05-10

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 - Namanya Azkara
2 BAB 02 - Mahar Tak Biasa
3 BAB 03 - Suami Sungguhan?
4 BAB 04 - First Time
5 BAB 05 - Dia Halal Bagiku
6 BAB 06 - Pemandangan Pagi
7 BAB 07 - Aku Buta Huruf
8 BAB 08 - Takdir Huruf Ba
9 BAB 09 - Sangat Peka
10 BAB 10 - Oleh-Oleh Buat Mama
11 BAB 11 - Kita Sahabat ~ Azkara
12 BAB 12 - Mau Berbuka Apa?
13 BAB 13 - Sayang Bangetlah ~ Shanum
14 BAB 14 - Jangan Memancingku
15 BAB 15 - Dia dari Surga?
16 BAB 16 - April Mop?
17 BAB 17 - First Impressions
18 BAB 18 - Katakan Saja
19 BAB 19 - Qadarullah
20 BAB 20 - Pertama Dan Terakhir
21 BAB 21 - Thanks Ya, Cantik.
22 BAB 22 - Bawel
23 BAB 23 - Tidur Jam Berapa
24 BAB 24 - 7 Hari 7 Malam
25 BAB 25 - Sempurnakan Aku ~ Shanum
26 BAB 26 - You're The First
27 BAB 27 - Istriku Yang Cantik
28 BAB 28 - Bukan Bayi!!
29 BAB 29 - Mas Sayang Aku?
30 BAB 30 - Dia Yang Tak Sama
31 BAB 31 - Aku Sudah Menikah ~ Azkara
32 BAB 32 - Mas Bukan Nabi
33 BAB 33 - Shanum, Istriku.
34 BAB 34 - Kejutan Di Hari Raya
35 BAB 35 - Obatnya Cuma Satu ~ Azkara
36 BAB 36 - Jangan Meragukan Tuhan
37 BAB 37 - Di Bawah Kemilau Senja
38 BAB 38 - Tak Terungkap
39 BAB 39 - Debu di Padang Pasir
40 BAB 40 - Janji ~ Shanum
41 BAB 41 - Pergilah.
42 BAB 42 - Kamu Membenciku?
43 BAB 43 - Harus Pindah
44 BAB 44 - Tanam Tomat
45 BAB 45 - Cantikan Yang Ini
46 BAB 46 - Megumi Namanya ~ Azkara
47 BAB 47 - Telanjur Malu
48 BAB 48 - Potong Religius
49 BAB 49 - Anda Mencintainya?
50 BAB 50 - Terbawa Mimpi
51 BAB 51 - Aku Tidak Terbiasa
52 BAB 52 - Janji ~ Azkara
53 BAB 53 - Lebih Masuk Akal
54 BAB 54 - Azkara Itu Penyayang
55 BAB 55 - Kampungan
56 BAB 56 - Amit-Amit • Azkara
57 BAB 57 - Hargai Usahanya
58 BAB 58 - Kamu Bahagia?
59 BAB 59 - Hukum Aku
60 BAB 60 - Satu Sama
61 BAB 61 - Aku Lapar ~ Azkara
62 BAB 62 - Biarkan Saja
63 BAB 63 - Sayangnya Mas • Azkara
64 BAB 64 - Allah Sebaik-Baiknya Pelindung
65 BAB 65 - Marah Padaku
66 BAB 66 - Salah Sasaran
67 BAB 67 - Aku Mencintainya, Setengah Mati.
68 BAB 68 - Segampang Itu
69 BAB 69 - Hari H (Happy)
70 BAB 70 - Curahan Hati Abi
71 BAB 71 - Tidak Pernah Terencana
72 BAB 72 - Deritanya Dibuat Sendiri
73 BAB 73 - Ngelunjak
74 BAB 74 - Tak Tertolong
75 BAB 75 - Bebas
76 BAB 76 - Hanya Ingin Membahagiakanmu ~ Azkara
77 BAB 77 - Aku Datang • Saka
78 BAB 78 - Sama Iyanya ~ Asraf
79 BAB 79 - Terlalu Aneh
80 BAB 80 - Couvade Syndrome?
81 BAB 81 - Hijrah Itu Mudah, Tapi Yang Sulit Istiqomah.
82 BAB 82 - Ujian/Azab?
83 BAB 83 - Kangen
84 BAB 84 - Aku Mau Bicara • Azkara
85 BAB 85 - Aku Selalu Mencintaimu, Shanum.
86 BAB 86 - Aku Tahu Dia Dimana ~ Saka
87 BAB 87 - Pendosa ~ Azkara
88 BAB 88 - Aku di Sini, Untukmu.
89 BAB 89 - Tidak Jadi Duda.
90 BAB 90 - Ikhtiar Sama-Sama
91 BAB 91 - Pikirkan Nasibmu - Papa Evan
92 BAB 92 - Aku Tidak Peduli ~ Shanum
93 BAB 93 - Tidak Kurestui - Azkara
94 BAB 94 - Tak Tepat Waktu ~ Shanum
95 BAB 95 - Dia Perlu Tahu ~ Saka
96 BAB 96 - Biarlah Seperti Ini ~ Azkara
97 BAB 97 - Tentang Ikhlas
98 BAB 98 - Bukan Azka Wilantara
99 BAB 99 - My Heaven
100 BAB 100 - Terlalu Nyata
101 BAB 101 - Berkatmu ~ Shanum
102 BAB 102 - Ketakutan Azkara
103 BAB 103 - Maaf ~ Azkara
104 BAB 104 - Risih ~ Azkara
105 BAB 105 - Tidak Di-ACC
106 BAB 106 - Marahnya Sungguhan? ~ Shanum
107 BAB 107 - Ngidam/Nyiksa?
108 BAB 108 - Sangsi - Hudzai
109 BAB 109 - Secinta Itu ~ Azkara
110 BAB 110 - Pakmil Meresahkan.
111 BAB 111 - 22 Minggu Lagi - Azkara
112 Promo Karya Baru - Istri Kecil Sang Direktur
113 BAB 112 - Seperti Anak Bawang.
114 BAB 113 - Untaian Doa Asraf
115 BAB 114 - Pesan Terakhir Azkara
116 BAB 115 - Tergores Sembilu
117 BAB 116 - Sudah Selesai?
118 BAB 117 - Janji (Lagi)
119 BAB 118 - Tidak Ramah
120 BAB 119 - Kangen Banget (Shanum)
121 BAB 120 - Seperti Permintaannya ~ Pak Akmal
122 BAB 121 - Sombong Sekali
123 BAB 122 - Sang Pendosa
124 BAB 123 - Sedikit Tentang Arga
125 BAB 124 - Air Mata Sang Pendosa
126 BAB 125 - Tabur Tuai
Episodes

Updated 126 Episodes

1
BAB 01 - Namanya Azkara
2
BAB 02 - Mahar Tak Biasa
3
BAB 03 - Suami Sungguhan?
4
BAB 04 - First Time
5
BAB 05 - Dia Halal Bagiku
6
BAB 06 - Pemandangan Pagi
7
BAB 07 - Aku Buta Huruf
8
BAB 08 - Takdir Huruf Ba
9
BAB 09 - Sangat Peka
10
BAB 10 - Oleh-Oleh Buat Mama
11
BAB 11 - Kita Sahabat ~ Azkara
12
BAB 12 - Mau Berbuka Apa?
13
BAB 13 - Sayang Bangetlah ~ Shanum
14
BAB 14 - Jangan Memancingku
15
BAB 15 - Dia dari Surga?
16
BAB 16 - April Mop?
17
BAB 17 - First Impressions
18
BAB 18 - Katakan Saja
19
BAB 19 - Qadarullah
20
BAB 20 - Pertama Dan Terakhir
21
BAB 21 - Thanks Ya, Cantik.
22
BAB 22 - Bawel
23
BAB 23 - Tidur Jam Berapa
24
BAB 24 - 7 Hari 7 Malam
25
BAB 25 - Sempurnakan Aku ~ Shanum
26
BAB 26 - You're The First
27
BAB 27 - Istriku Yang Cantik
28
BAB 28 - Bukan Bayi!!
29
BAB 29 - Mas Sayang Aku?
30
BAB 30 - Dia Yang Tak Sama
31
BAB 31 - Aku Sudah Menikah ~ Azkara
32
BAB 32 - Mas Bukan Nabi
33
BAB 33 - Shanum, Istriku.
34
BAB 34 - Kejutan Di Hari Raya
35
BAB 35 - Obatnya Cuma Satu ~ Azkara
36
BAB 36 - Jangan Meragukan Tuhan
37
BAB 37 - Di Bawah Kemilau Senja
38
BAB 38 - Tak Terungkap
39
BAB 39 - Debu di Padang Pasir
40
BAB 40 - Janji ~ Shanum
41
BAB 41 - Pergilah.
42
BAB 42 - Kamu Membenciku?
43
BAB 43 - Harus Pindah
44
BAB 44 - Tanam Tomat
45
BAB 45 - Cantikan Yang Ini
46
BAB 46 - Megumi Namanya ~ Azkara
47
BAB 47 - Telanjur Malu
48
BAB 48 - Potong Religius
49
BAB 49 - Anda Mencintainya?
50
BAB 50 - Terbawa Mimpi
51
BAB 51 - Aku Tidak Terbiasa
52
BAB 52 - Janji ~ Azkara
53
BAB 53 - Lebih Masuk Akal
54
BAB 54 - Azkara Itu Penyayang
55
BAB 55 - Kampungan
56
BAB 56 - Amit-Amit • Azkara
57
BAB 57 - Hargai Usahanya
58
BAB 58 - Kamu Bahagia?
59
BAB 59 - Hukum Aku
60
BAB 60 - Satu Sama
61
BAB 61 - Aku Lapar ~ Azkara
62
BAB 62 - Biarkan Saja
63
BAB 63 - Sayangnya Mas • Azkara
64
BAB 64 - Allah Sebaik-Baiknya Pelindung
65
BAB 65 - Marah Padaku
66
BAB 66 - Salah Sasaran
67
BAB 67 - Aku Mencintainya, Setengah Mati.
68
BAB 68 - Segampang Itu
69
BAB 69 - Hari H (Happy)
70
BAB 70 - Curahan Hati Abi
71
BAB 71 - Tidak Pernah Terencana
72
BAB 72 - Deritanya Dibuat Sendiri
73
BAB 73 - Ngelunjak
74
BAB 74 - Tak Tertolong
75
BAB 75 - Bebas
76
BAB 76 - Hanya Ingin Membahagiakanmu ~ Azkara
77
BAB 77 - Aku Datang • Saka
78
BAB 78 - Sama Iyanya ~ Asraf
79
BAB 79 - Terlalu Aneh
80
BAB 80 - Couvade Syndrome?
81
BAB 81 - Hijrah Itu Mudah, Tapi Yang Sulit Istiqomah.
82
BAB 82 - Ujian/Azab?
83
BAB 83 - Kangen
84
BAB 84 - Aku Mau Bicara • Azkara
85
BAB 85 - Aku Selalu Mencintaimu, Shanum.
86
BAB 86 - Aku Tahu Dia Dimana ~ Saka
87
BAB 87 - Pendosa ~ Azkara
88
BAB 88 - Aku di Sini, Untukmu.
89
BAB 89 - Tidak Jadi Duda.
90
BAB 90 - Ikhtiar Sama-Sama
91
BAB 91 - Pikirkan Nasibmu - Papa Evan
92
BAB 92 - Aku Tidak Peduli ~ Shanum
93
BAB 93 - Tidak Kurestui - Azkara
94
BAB 94 - Tak Tepat Waktu ~ Shanum
95
BAB 95 - Dia Perlu Tahu ~ Saka
96
BAB 96 - Biarlah Seperti Ini ~ Azkara
97
BAB 97 - Tentang Ikhlas
98
BAB 98 - Bukan Azka Wilantara
99
BAB 99 - My Heaven
100
BAB 100 - Terlalu Nyata
101
BAB 101 - Berkatmu ~ Shanum
102
BAB 102 - Ketakutan Azkara
103
BAB 103 - Maaf ~ Azkara
104
BAB 104 - Risih ~ Azkara
105
BAB 105 - Tidak Di-ACC
106
BAB 106 - Marahnya Sungguhan? ~ Shanum
107
BAB 107 - Ngidam/Nyiksa?
108
BAB 108 - Sangsi - Hudzai
109
BAB 109 - Secinta Itu ~ Azkara
110
BAB 110 - Pakmil Meresahkan.
111
BAB 111 - 22 Minggu Lagi - Azkara
112
Promo Karya Baru - Istri Kecil Sang Direktur
113
BAB 112 - Seperti Anak Bawang.
114
BAB 113 - Untaian Doa Asraf
115
BAB 114 - Pesan Terakhir Azkara
116
BAB 115 - Tergores Sembilu
117
BAB 116 - Sudah Selesai?
118
BAB 117 - Janji (Lagi)
119
BAB 118 - Tidak Ramah
120
BAB 119 - Kangen Banget (Shanum)
121
BAB 120 - Seperti Permintaannya ~ Pak Akmal
122
BAB 121 - Sombong Sekali
123
BAB 122 - Sang Pendosa
124
BAB 123 - Sedikit Tentang Arga
125
BAB 124 - Air Mata Sang Pendosa
126
BAB 125 - Tabur Tuai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!