BAB 12 - Mau Berbuka Apa?

Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu sekejab, berakhir sangat lama lantaran Azkara nekat mendorong motornya hingga ke rumah. Padahal, ada beberapa orang yang menawarkan bantuan, tapi Azka beralasan pantang merepotkan menolak hingga Shanum juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Alhasil, begitu tiba di kediaman mertuanya Azkara kelelahan. Tenggorokannya mendadak kering persis ikan yang loncat dari kolam. Shanum kasihan, tapi hendak bagaimana? Mana mungkin disuguhkan air minum sebagai pereda hausnya.

Kipas angin di kamar Shanum sudah paling kencang, tapi Azka masih merasa gerah. Pakaiannya juga sampai dilepas, akan tetapi seolah tidak berpengaruh apa-apa.

"Celananya coba ganti pakai ini." Shanum yang sejak tadi melihat seberapa resahnya Azkara menawarkan celana pendek untuk sang suami segera.

Walau yang dicari bukan celana, Azka tetap meraihnya. Sudah pasti dia tidak akan keluar, Azkara melepas celana tepat di hadapan Shanum yang seketika memalingkan muka.

Sama sekali tidak ada malu-malunya. Hingga selesai, pria itu kembali tiduran di lantai dengan harapan tubuhnya akan bisa diajak kerja sama.

"Panasnya," gumam Azkara seraya memejamkan mata.

Sebenarnya bukan cuaca hari ini yang panas, toh masih termasuk pagi dan panasnya normal, buktinya Shanum biasa saja. Akan tetapi, berhubung Azkara mendorong motor tersebut cukup lama dia haus, hal itulah yang membuatnya merasa gerah.

Sementara sang suami mencoba meredakan panas yang luar biasa menyiksanya, Shanum kembali melanjutkan kegiatannya. Sejak tadi dia segera bersiap, begitu tahu bahwa besok akan ikut Azkara pulang, Shanum tidak ingin menyia-nyiakan waktunya.

Dia masih memilah-milah pakaian di lemari. Mana yang sekiranya pantas dibawa, mana yang lebih baik ditinggal. Semuanya dia tata di atas tempat tidur lebih dulu, hingga setelah semua tertata, Shanum baru ingat akan kopernya berada di atas lemari dan itu cukup tinggi.

Kendati demikian, dia tidak ingin mengganggu ketenangan Azkara. Terlebih lagi saat ini sang suami memejamkan mata. Atas inisiatif sendiri, Shanum mengangkat kursi sebagai sarana untuk meraih kopernya tersebut.

"Aduh, kok masih susah ... masa harus minta tolong Abi," gumam Shanum sembari terus berusaha sekuat tenaga.

Saat itulah, kursi yang menjadi tempatnya berdiri tiba-tiba bergerak hingga tubuhnya kehilangan keseimbangan.

Hampir jatuh, tapi sejurus kemudian Azkara yang sejak tadi memantau kegiatan sang istri berhasil memeluk tubuhnya tepat waktu. Dada wanita itu sampai naik turun, bibirnya sampai pucat lantaran terkejut.

"Kalau tidak bisa lebih baik minta tolong," ucap Azkara belum juga melepaskan pelukannya.

"A-aku pikir kamu tidur." Begitu jawab Shanum sembari melepaskan diri dari pelukan sang suami dan berusaha menghindari tatapan pemilik wajah tampan itu.

Caranya melepaskan diri tetap lucu di mata Azkara. Hanya dengan melihat, senyum tipisnya seketika terbit. "Kan bisa dibangunkan, Num."

Shanum tidak lagi menjawab, dia hanya menunggu Azkara mengambilkan koper itu untuknya. Entah kenapa, berdekatan dengan Azkara seolah membuat jantung Shanum tidak bisa diajak kerja sama.

Entah karena dia tidak terbiasa berdekatan dengan lawan jenis atau karena penampilan Azkara saat ini, tapi yang jelas gugupnya tidak dapat didefinisikan.

"Kopermu besar juga ya."

"Iya, dulu bawaanku banyak soalnya," sahut Shanum seadanya, hanya demi agar Azkara tidak diabaikan saja.

"Tidak perlu dibawa semua, tinggalkan beberapa mana tahu nanti kita mudik ke sini," ucap Azkara kini ikut bergabung di sisi Shanum yang mulai memasukkan barang-barangnya.

Sejak tadi dia sibuk lantaran kepanasan, sampai tidak sadar jika sang istri tengah menggelar semua abaya dan perlengkapan lainnya, termasuk yang merupakan privasi sang istri.

"Kamu berencana mudik nanti?" tanya Shanum yang kemudian Azkara angguki.

"Aku suka suasana di sini ... kalau bukan karena takut Mama jantungan, aku pulangnya tahun depan saja," ujar Azkara dan hal itu berhasil membuat mata Shanum membulat sempurna.

"Kenapa begitu?"

"Betah saja." Singkat, padat dan sangat amat jelas jawaban Azkara.

Akan tetapi, hal itu agak sedikit aneh bagi Shanum. "Kamu benar-benar betah, Mas?"

"Iya, kenapa pertanyaanmu begitu?"

"Syukurlah kalau betah, aku pikir kamu tertekan di sini," ungkap Shanum mengulas senyum.

Jujur saja, dia sebenarnya khawatir Azka tertekan di rumahnya. Hal itu mengingat kejadian yang mereka alami mungkin dinilai memalukan bagi beberapa orang.

"Tidak ada alasan aku tidak betah, di sini nyaman walau airnya dingin," ungkap Azkara berasalan, padahal di manapun tempatnya bagi Azka air akan tetap dingin.

Shanum yang mengira jawaban itu normal mengangguk saja, mungkin di rumah Azkara mandi pakai air hangat, begitu pikirnya.

Usai membantu Shanum bersiap, Azka lagi-lagi mengeluh dan kali ini bukan karena haus dan panas, tapi lapar.

.

.

"Shanum, magrib masih lama ya?" tanya Azkara terdengar luar biasa lemah seolah, saking laparnya.

"Masih, kenapa, Mas? Sakit kepala?"

"Sakit semuanya, aku lapar ... apa tidak boleh puasa setengah hari saja?"

"Heih?" Shanum mengerjap pelan, pertanyaan Azkara tak ubahnya bak anak TK yang baru belajar puasa.

"Lapar saja?"

"Iya, kamu tahu sendiri semalam aku makan sahurnya sedikit," seloroh Azkara seakan paling menderita, padahal itu akibat ulahnya sendiri.

"Tahan ya, baca Surah Yasin coba," ucap Shanum menghampiri sang suami yang lagi-lagi persis paus terdampar di pinggir pantai.

"Lapar begini suruh baca Yasin, mana sanggup, Shanum."

"Bisa, coba dulu ...."

"Aku tidak bisa ngaji," ucapnya lagi-lagi beralasan dan hal itu tetap Shanum tanggapi dengan sebegitu sabarnya.

"Ada latinnya, Mas, masih bisa."

Shanum mecoba menuntunnya dengan berbagai cara. Akan tetapi, pendirian Azka untuk menolak cukup keras bahkan baca Bismillah saja seakan tidak sanggup.

"Yakin tidak mau coba?"

"Tidak, nyerah beneran."

"Ya sudah, sabar saja kalau begitu ... enam jam lagi paling," ucap Shanum mencoba menyabarkan sang suami.

"Nanti bukanya pakai apa?" Setelah sejak tadi mengeluh lapar, kali ini Azkara mulai bisa diajak kerja sama.

"Kamu biasanya pakai apa?" Bukan bermaksud membalas etika Azkara, tapi dia hanya ingin memastikan apa yang disukai suaminya.

"Random sih, seperti menu berbuka biasa saja."

"Kolak?" tanya Shanum menebak menu berbuka pria yang dia duga orang kaya itu.

Alih-alih menjawab, Azkara justru terfokus menatap sang istri. "Bosan, tiga hari lalu aku makan kolak."

"Terus maunya apa?" tanya Shanum baik-baik, maksud hatinya selagi siang agar bisa disiapkan.

"Aku mau ini," jawab Azkara tanpa basa-basi menyentuh bibir Shanum dengan jemarinya.

Deg

"Ka-kamu apasih, Mas," ucap Shanum memerah, saking malunya sampai tidak memiliki keberanian menatap wajah sang suami yang kini tertawa pelan. "Baru disentuh sudah panik, kalau sampai benar-benar kucium bagaimana? Pingsan sepertinya."

.

.

- To Be Continued -

...Assalamualaikum, last eps di hari ini. Btw author lihat banyak nickname baru ya ... entah ini penduduk bumi yang lama tapi baru nongol di komentar, atau memang baru ketemu di karya ini. Pokoknya, salam kenal untuk pembaca baru dan untuk pembaca lama salam sayang😚 Terima kasih dukungannya di Azkara, menjelang 20 bab mohon nanti jangan ditumpuk bab ya🤗 Author usaha di sini lebih maksimal dari Zeshan, sehat selalu dan see you esok hari❣️...

Terpopuler

Comments

Attaya Zahro

Attaya Zahro

Berasa kurang mulu kak Des 🤭🤭
Dah ga sabar pengin tau reaksi Shanum kalo tau siapa sebenarnya Azkara 😁😁

2024-04-04

80

anah raditya

anah raditya

salam kenal othor sy pendatang br😊di karya ny othor...oiya Thor seblmny ni kisah orng tuanya Azka judul ny apa ya

2024-05-11

0

~ziaaa~

~ziaaa~

salam kenal KK othor....
maaf...baru Nemu karya kk skrg,,,ternyata bagus banget,,alur dan bahasanya mudah bgt dipahami ☺️

2024-05-10

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 - Namanya Azkara
2 BAB 02 - Mahar Tak Biasa
3 BAB 03 - Suami Sungguhan?
4 BAB 04 - First Time
5 BAB 05 - Dia Halal Bagiku
6 BAB 06 - Pemandangan Pagi
7 BAB 07 - Aku Buta Huruf
8 BAB 08 - Takdir Huruf Ba
9 BAB 09 - Sangat Peka
10 BAB 10 - Oleh-Oleh Buat Mama
11 BAB 11 - Kita Sahabat ~ Azkara
12 BAB 12 - Mau Berbuka Apa?
13 BAB 13 - Sayang Bangetlah ~ Shanum
14 BAB 14 - Jangan Memancingku
15 BAB 15 - Dia dari Surga?
16 BAB 16 - April Mop?
17 BAB 17 - First Impressions
18 BAB 18 - Katakan Saja
19 BAB 19 - Qadarullah
20 BAB 20 - Pertama Dan Terakhir
21 BAB 21 - Thanks Ya, Cantik.
22 BAB 22 - Bawel
23 BAB 23 - Tidur Jam Berapa
24 BAB 24 - 7 Hari 7 Malam
25 BAB 25 - Sempurnakan Aku ~ Shanum
26 BAB 26 - You're The First
27 BAB 27 - Istriku Yang Cantik
28 BAB 28 - Bukan Bayi!!
29 BAB 29 - Mas Sayang Aku?
30 BAB 30 - Dia Yang Tak Sama
31 BAB 31 - Aku Sudah Menikah ~ Azkara
32 BAB 32 - Mas Bukan Nabi
33 BAB 33 - Shanum, Istriku.
34 BAB 34 - Kejutan Di Hari Raya
35 BAB 35 - Obatnya Cuma Satu ~ Azkara
36 BAB 36 - Jangan Meragukan Tuhan
37 BAB 37 - Di Bawah Kemilau Senja
38 BAB 38 - Tak Terungkap
39 BAB 39 - Debu di Padang Pasir
40 BAB 40 - Janji ~ Shanum
41 BAB 41 - Pergilah.
42 BAB 42 - Kamu Membenciku?
43 BAB 43 - Harus Pindah
44 BAB 44 - Tanam Tomat
45 BAB 45 - Cantikan Yang Ini
46 BAB 46 - Megumi Namanya ~ Azkara
47 BAB 47 - Telanjur Malu
48 BAB 48 - Potong Religius
49 BAB 49 - Anda Mencintainya?
50 BAB 50 - Terbawa Mimpi
51 BAB 51 - Aku Tidak Terbiasa
52 BAB 52 - Janji ~ Azkara
53 BAB 53 - Lebih Masuk Akal
54 BAB 54 - Azkara Itu Penyayang
55 BAB 55 - Kampungan
56 BAB 56 - Amit-Amit • Azkara
57 BAB 57 - Hargai Usahanya
58 BAB 58 - Kamu Bahagia?
59 BAB 59 - Hukum Aku
60 BAB 60 - Satu Sama
61 BAB 61 - Aku Lapar ~ Azkara
62 BAB 62 - Biarkan Saja
63 BAB 63 - Sayangnya Mas • Azkara
64 BAB 64 - Allah Sebaik-Baiknya Pelindung
65 BAB 65 - Marah Padaku
66 BAB 66 - Salah Sasaran
67 BAB 67 - Aku Mencintainya, Setengah Mati.
68 BAB 68 - Segampang Itu
69 BAB 69 - Hari H (Happy)
70 BAB 70 - Curahan Hati Abi
71 BAB 71 - Tidak Pernah Terencana
72 BAB 72 - Deritanya Dibuat Sendiri
73 BAB 73 - Ngelunjak
74 BAB 74 - Tak Tertolong
75 BAB 75 - Bebas
76 BAB 76 - Hanya Ingin Membahagiakanmu ~ Azkara
77 BAB 77 - Aku Datang • Saka
78 BAB 78 - Sama Iyanya ~ Asraf
79 BAB 79 - Terlalu Aneh
80 BAB 80 - Couvade Syndrome?
81 BAB 81 - Hijrah Itu Mudah, Tapi Yang Sulit Istiqomah.
82 BAB 82 - Ujian/Azab?
83 BAB 83 - Kangen
84 BAB 84 - Aku Mau Bicara • Azkara
85 BAB 85 - Aku Selalu Mencintaimu, Shanum.
86 BAB 86 - Aku Tahu Dia Dimana ~ Saka
87 BAB 87 - Pendosa ~ Azkara
88 BAB 88 - Aku di Sini, Untukmu.
89 BAB 89 - Tidak Jadi Duda.
90 BAB 90 - Ikhtiar Sama-Sama
91 BAB 91 - Pikirkan Nasibmu - Papa Evan
92 BAB 92 - Aku Tidak Peduli ~ Shanum
93 BAB 93 - Tidak Kurestui - Azkara
94 BAB 94 - Tak Tepat Waktu ~ Shanum
95 BAB 95 - Dia Perlu Tahu ~ Saka
96 BAB 96 - Biarlah Seperti Ini ~ Azkara
97 BAB 97 - Tentang Ikhlas
98 BAB 98 - Bukan Azka Wilantara
99 BAB 99 - My Heaven
100 BAB 100 - Terlalu Nyata
101 BAB 101 - Berkatmu ~ Shanum
102 BAB 102 - Ketakutan Azkara
103 BAB 103 - Maaf ~ Azkara
104 BAB 104 - Risih ~ Azkara
105 BAB 105 - Tidak Di-ACC
106 BAB 106 - Marahnya Sungguhan? ~ Shanum
107 BAB 107 - Ngidam/Nyiksa?
108 BAB 108 - Sangsi - Hudzai
109 BAB 109 - Secinta Itu ~ Azkara
110 BAB 110 - Pakmil Meresahkan.
111 BAB 111 - 22 Minggu Lagi - Azkara
112 Promo Karya Baru - Istri Kecil Sang Direktur
113 BAB 112 - Seperti Anak Bawang.
114 BAB 113 - Untaian Doa Asraf
115 BAB 114 - Pesan Terakhir Azkara
116 BAB 115 - Tergores Sembilu
117 BAB 116 - Sudah Selesai?
118 BAB 117 - Janji (Lagi)
119 BAB 118 - Tidak Ramah
120 BAB 119 - Kangen Banget (Shanum)
121 BAB 120 - Seperti Permintaannya ~ Pak Akmal
122 BAB 121 - Sombong Sekali
123 BAB 122 - Sang Pendosa
124 BAB 123 - Sedikit Tentang Arga
125 BAB 124 - Air Mata Sang Pendosa
Episodes

Updated 125 Episodes

1
BAB 01 - Namanya Azkara
2
BAB 02 - Mahar Tak Biasa
3
BAB 03 - Suami Sungguhan?
4
BAB 04 - First Time
5
BAB 05 - Dia Halal Bagiku
6
BAB 06 - Pemandangan Pagi
7
BAB 07 - Aku Buta Huruf
8
BAB 08 - Takdir Huruf Ba
9
BAB 09 - Sangat Peka
10
BAB 10 - Oleh-Oleh Buat Mama
11
BAB 11 - Kita Sahabat ~ Azkara
12
BAB 12 - Mau Berbuka Apa?
13
BAB 13 - Sayang Bangetlah ~ Shanum
14
BAB 14 - Jangan Memancingku
15
BAB 15 - Dia dari Surga?
16
BAB 16 - April Mop?
17
BAB 17 - First Impressions
18
BAB 18 - Katakan Saja
19
BAB 19 - Qadarullah
20
BAB 20 - Pertama Dan Terakhir
21
BAB 21 - Thanks Ya, Cantik.
22
BAB 22 - Bawel
23
BAB 23 - Tidur Jam Berapa
24
BAB 24 - 7 Hari 7 Malam
25
BAB 25 - Sempurnakan Aku ~ Shanum
26
BAB 26 - You're The First
27
BAB 27 - Istriku Yang Cantik
28
BAB 28 - Bukan Bayi!!
29
BAB 29 - Mas Sayang Aku?
30
BAB 30 - Dia Yang Tak Sama
31
BAB 31 - Aku Sudah Menikah ~ Azkara
32
BAB 32 - Mas Bukan Nabi
33
BAB 33 - Shanum, Istriku.
34
BAB 34 - Kejutan Di Hari Raya
35
BAB 35 - Obatnya Cuma Satu ~ Azkara
36
BAB 36 - Jangan Meragukan Tuhan
37
BAB 37 - Di Bawah Kemilau Senja
38
BAB 38 - Tak Terungkap
39
BAB 39 - Debu di Padang Pasir
40
BAB 40 - Janji ~ Shanum
41
BAB 41 - Pergilah.
42
BAB 42 - Kamu Membenciku?
43
BAB 43 - Harus Pindah
44
BAB 44 - Tanam Tomat
45
BAB 45 - Cantikan Yang Ini
46
BAB 46 - Megumi Namanya ~ Azkara
47
BAB 47 - Telanjur Malu
48
BAB 48 - Potong Religius
49
BAB 49 - Anda Mencintainya?
50
BAB 50 - Terbawa Mimpi
51
BAB 51 - Aku Tidak Terbiasa
52
BAB 52 - Janji ~ Azkara
53
BAB 53 - Lebih Masuk Akal
54
BAB 54 - Azkara Itu Penyayang
55
BAB 55 - Kampungan
56
BAB 56 - Amit-Amit • Azkara
57
BAB 57 - Hargai Usahanya
58
BAB 58 - Kamu Bahagia?
59
BAB 59 - Hukum Aku
60
BAB 60 - Satu Sama
61
BAB 61 - Aku Lapar ~ Azkara
62
BAB 62 - Biarkan Saja
63
BAB 63 - Sayangnya Mas • Azkara
64
BAB 64 - Allah Sebaik-Baiknya Pelindung
65
BAB 65 - Marah Padaku
66
BAB 66 - Salah Sasaran
67
BAB 67 - Aku Mencintainya, Setengah Mati.
68
BAB 68 - Segampang Itu
69
BAB 69 - Hari H (Happy)
70
BAB 70 - Curahan Hati Abi
71
BAB 71 - Tidak Pernah Terencana
72
BAB 72 - Deritanya Dibuat Sendiri
73
BAB 73 - Ngelunjak
74
BAB 74 - Tak Tertolong
75
BAB 75 - Bebas
76
BAB 76 - Hanya Ingin Membahagiakanmu ~ Azkara
77
BAB 77 - Aku Datang • Saka
78
BAB 78 - Sama Iyanya ~ Asraf
79
BAB 79 - Terlalu Aneh
80
BAB 80 - Couvade Syndrome?
81
BAB 81 - Hijrah Itu Mudah, Tapi Yang Sulit Istiqomah.
82
BAB 82 - Ujian/Azab?
83
BAB 83 - Kangen
84
BAB 84 - Aku Mau Bicara • Azkara
85
BAB 85 - Aku Selalu Mencintaimu, Shanum.
86
BAB 86 - Aku Tahu Dia Dimana ~ Saka
87
BAB 87 - Pendosa ~ Azkara
88
BAB 88 - Aku di Sini, Untukmu.
89
BAB 89 - Tidak Jadi Duda.
90
BAB 90 - Ikhtiar Sama-Sama
91
BAB 91 - Pikirkan Nasibmu - Papa Evan
92
BAB 92 - Aku Tidak Peduli ~ Shanum
93
BAB 93 - Tidak Kurestui - Azkara
94
BAB 94 - Tak Tepat Waktu ~ Shanum
95
BAB 95 - Dia Perlu Tahu ~ Saka
96
BAB 96 - Biarlah Seperti Ini ~ Azkara
97
BAB 97 - Tentang Ikhlas
98
BAB 98 - Bukan Azka Wilantara
99
BAB 99 - My Heaven
100
BAB 100 - Terlalu Nyata
101
BAB 101 - Berkatmu ~ Shanum
102
BAB 102 - Ketakutan Azkara
103
BAB 103 - Maaf ~ Azkara
104
BAB 104 - Risih ~ Azkara
105
BAB 105 - Tidak Di-ACC
106
BAB 106 - Marahnya Sungguhan? ~ Shanum
107
BAB 107 - Ngidam/Nyiksa?
108
BAB 108 - Sangsi - Hudzai
109
BAB 109 - Secinta Itu ~ Azkara
110
BAB 110 - Pakmil Meresahkan.
111
BAB 111 - 22 Minggu Lagi - Azkara
112
Promo Karya Baru - Istri Kecil Sang Direktur
113
BAB 112 - Seperti Anak Bawang.
114
BAB 113 - Untaian Doa Asraf
115
BAB 114 - Pesan Terakhir Azkara
116
BAB 115 - Tergores Sembilu
117
BAB 116 - Sudah Selesai?
118
BAB 117 - Janji (Lagi)
119
BAB 118 - Tidak Ramah
120
BAB 119 - Kangen Banget (Shanum)
121
BAB 120 - Seperti Permintaannya ~ Pak Akmal
122
BAB 121 - Sombong Sekali
123
BAB 122 - Sang Pendosa
124
BAB 123 - Sedikit Tentang Arga
125
BAB 124 - Air Mata Sang Pendosa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!