BAB 09 - Sangat Peka

Shock-nya Azkara bertahan cukup lama. Jujur saja dia penasaran, selama di kamar mandi yang ada di otaknya hanya Shanum. Kemana wanita itu membelinya? Apa dia tidak malu? Bagaimana pandangan penjual kepada Shanum dan masih banyak lagi.

Dia yang awalnya berniat mandi asal basah karena tidak suka air dan memar di tubuhnya, mendadak sangat lama karena sambil melamun. Bahkan, jika pintu tidak diketuk dari luar mungkin Azkara akan semakin lama lagi.

"Ck, ganggu saja," gumam Azka tak suka begitu tahu siapa orang yang mengetuk pintu kamar mandi dari luar.

Tidak lain dan tidak bukan, dia adalah Sabila. Dari suaranya Azkara sangat tahu, karena itu sejak dari dalam kamar mandi dia sudah memasang wajah datar mengikuti suasana hatinya.

"Oh, Kakak rupanya ... kupikir abi." Suara Sabila seketika melemah, dia juga sempat tersenyum sebelum kemudian menundukkan pandangan di depan Azkara.

Cara caper-nya terlalu receh, Azka tak tertarik untuk melihatnya lebih lama. Tanpa kata, pria itu berlalu meninggalkan Sabila yang mengepalkan tangan sembari memandangi pemilik tubuh atletis dengan handuk yang menutupi pinggang hingga bawah lutut.

Hingga Azkara benar-benar menghilang dari pandangan, Sabila terus saja menatapnya. Lehernya bahkan sampai sakit, dan itu disadari setelah cukup lama Azkara berlalu pergi.

Di sisi lain, Azkara yang merasa risih dan sangat terganggu akan kehadiran adik iparnya di depan pintu kamar mandi bergegas masuk ke kamar segera. Begitu tiba di sana, Azka sudah disambut oleh Shanum yang baru saja selesai menata barang belanjaannya.

Cukup banyak yang dia beli, bukan pakaian dalam saja, tapi juga ada kaos oblong, kemeja dan celana di sana. Kebetulan sekali, Azkara tidak meminta akan tetapi sang istri justru menyiapkan segalanya.

"Baru pulang?" tanya Azka basa-basi.

"Iya, yang punya toko baru buka jadi aku nunggu dulu," jelas Shanum seadanya dan hanya diangguki Azkara sebagai jawaban.

"Mas baru selesai mandi?" Shanum mendongak, sengaja menatap wajah Azkara demi menghindari roti sobek di hadapannya.

"Iya, mandinya pelan-pelan ... badanku sakit semua."

Azka bercerita tanpa diminta, entah hanya sekadar membangun suasana agar tidak kaku atau memang sudah bersedia memberitahukan apa yang tengah dia rasa, Shanum tidak tahu juga.

"Coba kulihat." Shanum mendekat, memerhatikan beberapa luka kecil dan memar di tubuh Azka. Baik di bagian depan maupun belakang dan hal itu baru dia lihat pagi ini.

Semalam hanya luka di kaki, di wajah memang ada tapi tidak begitu parah. Yang parah justru di bagian dada dan punggungnya, jika diperhatikan lebih teliti, Azkara persis korban penganiayaan.

"Kenapa bisa separah ini? Kamu diap_"

"Sssshhh ... jangan dipegang, sakit." Azka meringis begitu Shanum menyentuh pundaknya.

Tidak heran kenapa tadi malam sampai terduduk lemas dan memohon untuk diizinkan tetap di kamar ini dengan alasa takut mati, nyatanya memar yang Azkara alami tak main-main.

Kaos oblong dan jaket Azka semalam juga sudah Shanum lihat keadaannya. Dan, ya memang ada robekan di bagian punggung dan dadanya. Entah dikeroyok sebrutal apa sampai membekas begitu banyak.

"Kamu sering berantem sampai begini ya?" tanya Shanum penasaran.

Azka yang mendengar pertanyaan sang istri hanya tersenyum tipis. Sudah dia duga jika Shanum akan bertanya, tapi ternyata lebih cepat dari yang dia duga.

"Dulu iya, sekarang tidak lagi ... tapi semalam sial saja," jelas Azkara mengambil cerita singkatnya.

Dia tidak akan menceritakan secara jelas kronologinya. Bukan hal mudah bagi pria berusia 28 tahun itu untuk bercerita yang sekaligus membuka jati dirinya. Bukan tidak mau, akan tetapi terlalu cepat bagi Shanum untuk tahu.

"Sial?"

"Iya, kamu tahu hari sial tidak ada di kalender, 'kan?"

"Iya sih, memang ... tapi boleh aku tahu kenapa bisa dikejar-kejar seperti semalam?" Azkara sudah berusaha mengalihkan pembicaraan.

Akan tetapi, sang istri yang ternyata tetap memiliki rasa ingin tahu berani melontarkan bertanya lebih dalam. Sudah pasti Azka tidak bersedia menjawab pertanyaan sang istri, setelah gagal dengan cara halus, Azkara mengalihkan pembicaraan dengan topik yang berbeda.

"Nanti saja aku ceritakan ... ehm senjataku kamu simpan dimana?" tanya Azkara sukses membuat Shanum kembali bergidik dibuatnya.

"A-ada, Mas, di bawah ranjang," jawab Shanum gelagapan.

Beberapa saat Azkara pandangi, Shanum tidak lagi berani menatapnya. Perlahan, Azka meraih pergelangan tangannya dan detik itu juga Shanum merinding sebadan.

"Kamu kenapa? Takut?" tanya Azkara begitu lembut, seketika itu juga Shanum menggeleng dan menarik paksa tangannya.

"Aku tunggu di luar, Mas bisa pilih mau pakai baju yang mana ... aku tidak tahu sukanya apa, semoga ukurannya pas," pungkas Shanum berlalu pergi meninggalkan Azkara yang lagi-lagi tersenyum miring lantaran merasa terhibur dengan reaksi istrinya.

"Menggemaskan, penakut sekali ternyata."

.

.

Setelah berhasil membuat sang istri lagi-lagi ketakutan, Azkara keluar dengan penampilan yang tampak lebih segar sesuai umurnya. Semua yang Shanum beli pas dan nyaman di tubuhnya. Pilihan Azkara jatuh pada kemeja biru muda dan celana hitam yang membuat kharismanya semakin terpancar.

Lengan kemeja yang dilipat hingga siku dan memperlihatkan lengan kekar nan putihnya seketika membuat orang-orang yang melihatnya lupa bagaimana penampilan Azkara tadi malam, terutama istrinya.

"Sudah siap?" tanya Shanum kali ini tidak lagi terlihat takut, dia bahkan sempat mengulas senyum tatkala menyerahkan helm untuk Azkara.

"Kita pakai motor?" Kening Azkara berkerut, dia menatap sekeliling berharap ada mobil, tapi kendaraan lain yang tersisa hanya sepeda.

"Iya, kenapa, Mas?"

"Tidak apa-apa ... biar aku yang_"

"Eeh jangan, biar aku saja, badan kamu masih sakit semua nanti makin sakit," ucap Shanum masih begitu perhatian walau sempat Azka takut-takuti beberapa saat lalu.

"Yakin?"

"Yakin, sudah ayo buruan ... keburu ramai, hari ini banyak yang berobat biasanya," desak Shanum dan ternyata berhasil membuat Azkara ikut naik.

Akan tetapi, bukan berarti dia mengikuti perintah Shanum. Pria itu memang naik, tapi dia yang memegang stang motornya hingga posisi Shanum persis anak TK hendak diantar ayahnya.

Kebetulan ukuran tubuh mereka lumayan jauh hingga Azka masih mampu mengemudikan motornya dengan leluasa sekalipun Shanum duduk di depan.

"Mas, kok posisinya gini?" tanya Shanum berdegub tak karu-karuan karena punggungnya tak lagi berjarak dengan dada Azka.

"Mau duduk di depan atau belakang?" tanya Azka memberikan dua pilihan, jarak mereka begitu dekat sampai Shanum bisa mendengar walau mengenakan penutup kepala.

"Belakang saj_"

"Telat, dari tadi harusnya," ucap Azka memotong ucapan Shanum dan mulai melajukan kuda besi dengan kecepatan sedang.

"Heh? Mas, serius ... masa beg_"

"Aawwh, Shanum diam!! Jangan banyak gerak." Azkara gelagapan tatkala Shanum menggerakkan tubuhnya. "Nanti kita jatuh," lanjutnya kemudian demi menyembunyikan fakta bahwa tubuhnya sangat peka terhadap rangsang.

.

.

- To Be Continued -

...Azkara : Berbukalah dengan yang manis, selamat berbuka puasa para penduduk bumi❣️...

Terpopuler

Comments

nenk 'yLa

nenk 'yLa

seketika lgsung d byangin shanum dduk d depan persis tk yg d antar ayah y k skolah🤣🤣

2024-04-22

0

Ririn Satkwantono

Ririn Satkwantono

kyk pelajaran kk author... ciri2 mkhluk hidup.. peka trhdap rangsang🤣🤣🤣

2024-05-07

0

U_Lee

U_Lee

hadehhh yg katanya peka terhadap rangsangan... Rangsangan apa cobak, bisikin dong biar si Shanum gak denger?😂 Si Azka mah sekarang hobinya godain istrinya yg polos & pemalu... padahal si Shanum lulusan luar negeri, mungkin karena ajaran abunya jadi wanita Soleha bukan solehot... si Sabila gak tau malu banget jadi orang, udah kemarin nuduh sembarangan sekarang malah terpesona sama lelaki yg dituduh kemarin...

2024-04-03

51

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 - Namanya Azkara
2 BAB 02 - Mahar Tak Biasa
3 BAB 03 - Suami Sungguhan?
4 BAB 04 - First Time
5 BAB 05 - Dia Halal Bagiku
6 BAB 06 - Pemandangan Pagi
7 BAB 07 - Aku Buta Huruf
8 BAB 08 - Takdir Huruf Ba
9 BAB 09 - Sangat Peka
10 BAB 10 - Oleh-Oleh Buat Mama
11 BAB 11 - Kita Sahabat ~ Azkara
12 BAB 12 - Mau Berbuka Apa?
13 BAB 13 - Sayang Bangetlah ~ Shanum
14 BAB 14 - Jangan Memancingku
15 BAB 15 - Dia dari Surga?
16 BAB 16 - April Mop?
17 BAB 17 - First Impressions
18 BAB 18 - Katakan Saja
19 BAB 19 - Qadarullah
20 BAB 20 - Pertama Dan Terakhir
21 BAB 21 - Thanks Ya, Cantik.
22 BAB 22 - Bawel
23 BAB 23 - Tidur Jam Berapa
24 BAB 24 - 7 Hari 7 Malam
25 BAB 25 - Sempurnakan Aku ~ Shanum
26 BAB 26 - You're The First
27 BAB 27 - Istriku Yang Cantik
28 BAB 28 - Bukan Bayi!!
29 BAB 29 - Mas Sayang Aku?
30 BAB 30 - Dia Yang Tak Sama
31 BAB 31 - Aku Sudah Menikah ~ Azkara
32 BAB 32 - Mas Bukan Nabi
33 BAB 33 - Shanum, Istriku.
34 BAB 34 - Kejutan Di Hari Raya
35 BAB 35 - Obatnya Cuma Satu ~ Azkara
36 BAB 36 - Jangan Meragukan Tuhan
37 BAB 37 - Di Bawah Kemilau Senja
38 BAB 38 - Tak Terungkap
39 BAB 39 - Debu di Padang Pasir
40 BAB 40 - Janji ~ Shanum
41 BAB 41 - Pergilah.
42 BAB 42 - Kamu Membenciku?
43 BAB 43 - Harus Pindah
44 BAB 44 - Tanam Tomat
45 BAB 45 - Cantikan Yang Ini
46 BAB 46 - Megumi Namanya ~ Azkara
47 BAB 47 - Telanjur Malu
48 BAB 48 - Potong Religius
49 BAB 49 - Anda Mencintainya?
50 BAB 50 - Terbawa Mimpi
51 BAB 51 - Aku Tidak Terbiasa
52 BAB 52 - Janji ~ Azkara
53 BAB 53 - Lebih Masuk Akal
54 BAB 54 - Azkara Itu Penyayang
55 BAB 55 - Kampungan
56 BAB 56 - Amit-Amit • Azkara
57 BAB 57 - Hargai Usahanya
58 BAB 58 - Kamu Bahagia?
59 BAB 59 - Hukum Aku
60 BAB 60 - Satu Sama
61 BAB 61 - Aku Lapar ~ Azkara
62 BAB 62 - Biarkan Saja
63 BAB 63 - Sayangnya Mas • Azkara
64 BAB 64 - Allah Sebaik-Baiknya Pelindung
65 BAB 65 - Marah Padaku
66 BAB 66 - Salah Sasaran
67 BAB 67 - Aku Mencintainya, Setengah Mati.
68 BAB 68 - Segampang Itu
69 BAB 69 - Hari H (Happy)
70 BAB 70 - Curahan Hati Abi
71 BAB 71 - Tidak Pernah Terencana
72 BAB 72 - Deritanya Dibuat Sendiri
73 BAB 73 - Ngelunjak
74 BAB 74 - Tak Tertolong
75 BAB 75 - Bebas
76 BAB 76 - Hanya Ingin Membahagiakanmu ~ Azkara
77 BAB 77 - Aku Datang • Saka
78 BAB 78 - Sama Iyanya ~ Asraf
79 BAB 79 - Terlalu Aneh
80 BAB 80 - Couvade Syndrome?
81 BAB 81 - Hijrah Itu Mudah, Tapi Yang Sulit Istiqomah.
82 BAB 82 - Ujian/Azab?
83 BAB 83 - Kangen
84 BAB 84 - Aku Mau Bicara • Azkara
85 BAB 85 - Aku Selalu Mencintaimu, Shanum.
86 BAB 86 - Aku Tahu Dia Dimana ~ Saka
87 BAB 87 - Pendosa ~ Azkara
88 BAB 88 - Aku di Sini, Untukmu.
89 BAB 89 - Tidak Jadi Duda.
90 BAB 90 - Ikhtiar Sama-Sama
91 BAB 91 - Pikirkan Nasibmu - Papa Evan
92 BAB 92 - Aku Tidak Peduli ~ Shanum
93 BAB 93 - Tidak Kurestui - Azkara
94 BAB 94 - Tak Tepat Waktu ~ Shanum
95 BAB 95 - Dia Perlu Tahu ~ Saka
96 BAB 96 - Biarlah Seperti Ini ~ Azkara
97 BAB 97 - Tentang Ikhlas
98 BAB 98 - Bukan Azka Wilantara
99 BAB 99 - My Heaven
100 BAB 100 - Terlalu Nyata
101 BAB 101 - Berkatmu ~ Shanum
102 BAB 102 - Ketakutan Azkara
103 BAB 103 - Maaf ~ Azkara
104 BAB 104 - Risih ~ Azkara
105 BAB 105 - Tidak Di-ACC
106 BAB 106 - Marahnya Sungguhan? ~ Shanum
107 BAB 107 - Ngidam/Nyiksa?
108 BAB 108 - Sangsi - Hudzai
109 BAB 109 - Secinta Itu ~ Azkara
110 BAB 110 - Pakmil Meresahkan.
111 BAB 111 - 22 Minggu Lagi - Azkara
112 Promo Karya Baru - Istri Kecil Sang Direktur
113 BAB 112 - Seperti Anak Bawang.
114 BAB 113 - Untaian Doa Asraf
115 BAB 114 - Pesan Terakhir Azkara
116 BAB 115 - Tergores Sembilu
117 BAB 116 - Sudah Selesai?
118 BAB 117 - Janji (Lagi)
119 BAB 118 - Tidak Ramah
120 BAB 119 - Kangen Banget (Shanum)
121 BAB 120 - Seperti Permintaannya ~ Pak Akmal
122 BAB 121 - Sombong Sekali
123 BAB 122 - Sang Pendosa
124 BAB 123 - Sedikit Tentang Arga
125 BAB 124 - Air Mata Sang Pendosa
Episodes

Updated 125 Episodes

1
BAB 01 - Namanya Azkara
2
BAB 02 - Mahar Tak Biasa
3
BAB 03 - Suami Sungguhan?
4
BAB 04 - First Time
5
BAB 05 - Dia Halal Bagiku
6
BAB 06 - Pemandangan Pagi
7
BAB 07 - Aku Buta Huruf
8
BAB 08 - Takdir Huruf Ba
9
BAB 09 - Sangat Peka
10
BAB 10 - Oleh-Oleh Buat Mama
11
BAB 11 - Kita Sahabat ~ Azkara
12
BAB 12 - Mau Berbuka Apa?
13
BAB 13 - Sayang Bangetlah ~ Shanum
14
BAB 14 - Jangan Memancingku
15
BAB 15 - Dia dari Surga?
16
BAB 16 - April Mop?
17
BAB 17 - First Impressions
18
BAB 18 - Katakan Saja
19
BAB 19 - Qadarullah
20
BAB 20 - Pertama Dan Terakhir
21
BAB 21 - Thanks Ya, Cantik.
22
BAB 22 - Bawel
23
BAB 23 - Tidur Jam Berapa
24
BAB 24 - 7 Hari 7 Malam
25
BAB 25 - Sempurnakan Aku ~ Shanum
26
BAB 26 - You're The First
27
BAB 27 - Istriku Yang Cantik
28
BAB 28 - Bukan Bayi!!
29
BAB 29 - Mas Sayang Aku?
30
BAB 30 - Dia Yang Tak Sama
31
BAB 31 - Aku Sudah Menikah ~ Azkara
32
BAB 32 - Mas Bukan Nabi
33
BAB 33 - Shanum, Istriku.
34
BAB 34 - Kejutan Di Hari Raya
35
BAB 35 - Obatnya Cuma Satu ~ Azkara
36
BAB 36 - Jangan Meragukan Tuhan
37
BAB 37 - Di Bawah Kemilau Senja
38
BAB 38 - Tak Terungkap
39
BAB 39 - Debu di Padang Pasir
40
BAB 40 - Janji ~ Shanum
41
BAB 41 - Pergilah.
42
BAB 42 - Kamu Membenciku?
43
BAB 43 - Harus Pindah
44
BAB 44 - Tanam Tomat
45
BAB 45 - Cantikan Yang Ini
46
BAB 46 - Megumi Namanya ~ Azkara
47
BAB 47 - Telanjur Malu
48
BAB 48 - Potong Religius
49
BAB 49 - Anda Mencintainya?
50
BAB 50 - Terbawa Mimpi
51
BAB 51 - Aku Tidak Terbiasa
52
BAB 52 - Janji ~ Azkara
53
BAB 53 - Lebih Masuk Akal
54
BAB 54 - Azkara Itu Penyayang
55
BAB 55 - Kampungan
56
BAB 56 - Amit-Amit • Azkara
57
BAB 57 - Hargai Usahanya
58
BAB 58 - Kamu Bahagia?
59
BAB 59 - Hukum Aku
60
BAB 60 - Satu Sama
61
BAB 61 - Aku Lapar ~ Azkara
62
BAB 62 - Biarkan Saja
63
BAB 63 - Sayangnya Mas • Azkara
64
BAB 64 - Allah Sebaik-Baiknya Pelindung
65
BAB 65 - Marah Padaku
66
BAB 66 - Salah Sasaran
67
BAB 67 - Aku Mencintainya, Setengah Mati.
68
BAB 68 - Segampang Itu
69
BAB 69 - Hari H (Happy)
70
BAB 70 - Curahan Hati Abi
71
BAB 71 - Tidak Pernah Terencana
72
BAB 72 - Deritanya Dibuat Sendiri
73
BAB 73 - Ngelunjak
74
BAB 74 - Tak Tertolong
75
BAB 75 - Bebas
76
BAB 76 - Hanya Ingin Membahagiakanmu ~ Azkara
77
BAB 77 - Aku Datang • Saka
78
BAB 78 - Sama Iyanya ~ Asraf
79
BAB 79 - Terlalu Aneh
80
BAB 80 - Couvade Syndrome?
81
BAB 81 - Hijrah Itu Mudah, Tapi Yang Sulit Istiqomah.
82
BAB 82 - Ujian/Azab?
83
BAB 83 - Kangen
84
BAB 84 - Aku Mau Bicara • Azkara
85
BAB 85 - Aku Selalu Mencintaimu, Shanum.
86
BAB 86 - Aku Tahu Dia Dimana ~ Saka
87
BAB 87 - Pendosa ~ Azkara
88
BAB 88 - Aku di Sini, Untukmu.
89
BAB 89 - Tidak Jadi Duda.
90
BAB 90 - Ikhtiar Sama-Sama
91
BAB 91 - Pikirkan Nasibmu - Papa Evan
92
BAB 92 - Aku Tidak Peduli ~ Shanum
93
BAB 93 - Tidak Kurestui - Azkara
94
BAB 94 - Tak Tepat Waktu ~ Shanum
95
BAB 95 - Dia Perlu Tahu ~ Saka
96
BAB 96 - Biarlah Seperti Ini ~ Azkara
97
BAB 97 - Tentang Ikhlas
98
BAB 98 - Bukan Azka Wilantara
99
BAB 99 - My Heaven
100
BAB 100 - Terlalu Nyata
101
BAB 101 - Berkatmu ~ Shanum
102
BAB 102 - Ketakutan Azkara
103
BAB 103 - Maaf ~ Azkara
104
BAB 104 - Risih ~ Azkara
105
BAB 105 - Tidak Di-ACC
106
BAB 106 - Marahnya Sungguhan? ~ Shanum
107
BAB 107 - Ngidam/Nyiksa?
108
BAB 108 - Sangsi - Hudzai
109
BAB 109 - Secinta Itu ~ Azkara
110
BAB 110 - Pakmil Meresahkan.
111
BAB 111 - 22 Minggu Lagi - Azkara
112
Promo Karya Baru - Istri Kecil Sang Direktur
113
BAB 112 - Seperti Anak Bawang.
114
BAB 113 - Untaian Doa Asraf
115
BAB 114 - Pesan Terakhir Azkara
116
BAB 115 - Tergores Sembilu
117
BAB 116 - Sudah Selesai?
118
BAB 117 - Janji (Lagi)
119
BAB 118 - Tidak Ramah
120
BAB 119 - Kangen Banget (Shanum)
121
BAB 120 - Seperti Permintaannya ~ Pak Akmal
122
BAB 121 - Sombong Sekali
123
BAB 122 - Sang Pendosa
124
BAB 123 - Sedikit Tentang Arga
125
BAB 124 - Air Mata Sang Pendosa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!