BAB 07 - Aku Buta Huruf

Subuh pertama di tanah kelahiran istrinya, tidak pernah Azkara duga jika dia akan berada di posisi ini. Yogya adalah tempat pulang impian sebelum Azkara bertemu Megumi, sang kekasih yang merupakan gadis keturunan Jepang.

Siapa sangka, setelah perjalanan panjang dan Azkara dipaksa mengubur mimpi tentang Yogya, kini Tuhan mempertemukannya dengan Shanum. Seorang gadis yang mungkin lebih pantas disebut bidadari di sana seketika menjadi istrinya.

Bukan hal mudah bagi Azkara melupakan Yogya kala itu. Dia yang kalah sebelum berperang, ditikung secara ugal-ugalan di tengah prosesnya memperbaiki diri.

Beruntungnya, apa yang dulu Azkara usahakan tidak berhenti tatkala sang pujaan justru menjadi istri Om-nya. Niatnya sudah berubah, sedikit banyak Azkara belajar untuk bekalnya sebagai manusia.

Walau dia akui bukan Hamba yang baik, jauh dari kata sempurna bahkan layak disebut pendosa. Akan tetapi, Azkara masih ingat kodratnya sebagai manusia yang nanti akan kembali ke tanah.

Kadar keimanan Azkara tidak dapat dikatakan sangat baik, Azka mengakui banyak sekali kurangnya. Akan tetapi, tentang Agama bukan berarti dia buta, otak Azka tidak sebrutal penampilannya.

Karena itu, Azkara sengaja berdiri paling belakang, padahal dia datang duluan. Tidak masalah sekalipun terpisah jauh dengan mertuanya, Azka tidak peduli. Toh dari dulu dia sudah terbiasa berhadapan dengan banyak orang, didikan papanya luar biasa keras dan tegas.

Azkara tidak dilahirkan sebagai pecundang, tapi tidak juga diajarkan untuk menjadi si paling berkuasa. Sejak kecil sang papa sudah membekali Azkara dengan ilmu yang mungkin saja tidak dia dapatkan di sekolah.

Jangan bersikap langit, tetap merendah, tapi bukan berarti rela diinjak. Selagi tidak diusik jangan mengusik, dan jika sudah diusik buatlah lawan sampai tidak dapat berkutik, begitu prinsip hidupnya.

"Ehm ... kamu kenapa tidak ikut Abi maju saja?" Selesai menunaikan shalatnya, Azkara masih mendapat pertanyaan dari sang mertua.

"Kakiku luka, Abi, sengaja ambil posisi paling pojok kanan agar tidak bersentuhan dengan yang lain," ungkap Azka beralasan.

"Ah iya, syukurlah jika alasannya hanya karena itu."

Azkara mengangguk, sebenarnya alasan pria itu tidak sepenuhnya berbohong, akan tetapi tidak seratus persen jujur. Salah-satu penyebab utama kenapa dia enggan maju ke depan karena merasa tidak pantas saja.

Terlebih lagi, beberapa orang tampak menatap aneh kepadanya. Khawatir jika kehadirannya hanya mengurangi kekhusyukan jamaah lain, Azka memilih menepi saja.

"Abi, boleh aku tanya sesuatu?"

"Silakan, apa itu?"

Mereka berdua sampai berhenti, seolah akan membahas sesuatu yang sangat amat penting, Azkara menarik napas dalam-dalam sebelum melontarkan pertanyaannya.

"Kenapa Abi tidak marah?"

"Marah? Marah untuk apa?"

Azkara agak ragu lantaran khawatir jawaban dari sang mertua akan mengecewakan hatinya.

"Kehadiranku merusak nama baik Abi, nama baik Shanum juga ... akan tetapi, kenapa Abi tidak marah padaku? Semalam hanya membentak biasa, tidak benar-benar marah."

Kiyai Habsyi menghela napas panjang. "Lalu seharusnya Abi bagaimana, Azka?"

"Apapun, minimal memukulku atau lainnya," ungkap Azkara yang memang benar bingung kenapa sang mertua begitu baik padanya.

"Abi merasa tidak punya alasan untuk marah ... kau tidak menyakiti Shanum, dan sejak awal Abi menatap matamu Abi tidak yakin kau sehina itu."

"Berarti Abi percaya kami tidak berzina?"

Kiyai Habsyi mengangguk, tentang hal itu dia memang percaya dan yakin betul putrinya masih suci, begitu juga dengan pria yang berada di depannya ini.

"Kalau percaya, kenapa kami dipaksa menikah? Abi bahkan memutuskan pinangan Gus Faaz ... bukankah ini agak aneh?"

"Jadi kau meyesal menikahi Shanum?"

Gleg

Agaknya Azkara terlalu lancang, tadi malam posisi Kiyai Habsyi sangat sulit, dia tidak punya pilihan lain dan hal semacam itu tidak seharusnya Azkara tanyakan sekarang.

"Bukan begitu, Abi, maksud_"

"Abi tanya sekali lagi, kau menyesal menikahi Shanum?" tanya Kiyai Habsyi sekali lagi dan dari suaranya seolah terdengar sangatlah sakit.

"Tidak, tidak sama sekali," tegas Azkara tanpa ragu.

Jawaban yang sangat Kiyai Habsyi harapkan, setelah tadi hampir marah kini pria itu menepuk pundak Azkara beberapa kali.

"Bagus!! Buktikan jika memang tidak menyesal," pungkas Kiyai Habsyi berlalu lebih dulu.

Azkara yang ditinggal lagi dan lagi dihampiri segudang pertanyaan. Setelah dibuat bingung oleh sang istri, kini mertuanya juga membingungkan karena memang pasca akad keadaan seolah berbalik dan Azkara merasa sangat diterima sekalipun di mata orang lain dia adalah sampah.

.

.

Tidak ingin terlalu sakit kepala dengan pertanyaan yang terus membelenggu otaknya, Azkara bergegas masuk ke dalam rumah dengan langkah pelan.

Kemampuannya mengendap-endap dan berjalan tanpa menimbulkan suara memang tidak perlu diragukan. Khawatir kehadirannya mengganggu ibu mertua yang katanya sakit kepala sebelah, Azkara sampai terus begitu hingga memasuki kamar istrinya.

Baru saja berhasil membuka setengah pintunya, jantung Azkara dibuat berdegub tak karu-karuan tatkala mendengar lantunan ayat suci yang lolos dari bibir Shanum.

Tak pernah dia merasa setenang ini, ketika bicara saja istrinya lemah lembut, tak heran sewaktu melantunkan kalamullah jantung si pendengar seakan berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Saking indahnya, Azka sampai sama sekali tidak bersuara dan menunggu Shanum selesai dengan sendirinya. Sama sekali Azkara tak sadar, senyumnya sudah terbit sejak tadi.

Sengaja Azkara duduk di tepian tempat tidur dengan mata yang terus tertuju pada sang istri. Hingga cukup lama menikmati, tiba dimana Shanum berhenti lantaran sadar akan kehadirannya.

"Mas? Sudah lama pulangnya?" Azkara tidak menjawab, hanya mengulas senyum tipis saat sang istri bertanya.

"Kenapa berhenti?"

Alih-alih menjawab sesuai pertanyaan, Azkara justru balik bertanya. Beruntungnya, sang istri tidak secerewet sang mama yang bicara harus ada aturannya.

"Mau ngaji bareng?" tawar Shanum sengaja bergeser menyisakan tempat untuk Azkara agar sang suami mengerti jika ajakannya tidak bercanda.

"Kamu saja ... aku yang dengerin."

"Kenapa gitu?"

Azka terdiam beberapa saat, dia memandangi sang istri yang menatapnya sepolos itu. "Aku belum bisa ngaji," jawabnya tanpa melepaskan sang istri dari pandangan demi memastikan reaksinya.

"Belajar, ayo sini," ajak Shanum menepuk sisi kosong di sebelahnya.

Tidak perlu dirayu sampai dua kali, Azkara duduk tepat di sisi sang istri dan tampak siap dengan pelajaran yang akan diberikan.

"Mas ngajinya pakai Iqra atau_"

"Iqra," jawab Azka cepat dan detik itu juga Shanum beranjak untuk mencari segala sesuatu yang diperlukan.

"Terakhir Iqra berapa?" Shanum bertanya layaknya yang datang benar-benar muridnya.

"Iqra satu," jawab Azka sempat membuat mata Shanum terbelalak, tapi hanya sebentar.

"Di huruf apa, Mas?"

Bukannya menjawab, Azkara justru senyum-senyum sendiri melihat kepolosan Shanum. "Huruf yang seperti angka satu huruf apa itu, aku lupa."

"Alif?"

"Iya kali aku kurang tahu juga, buta huruf hijaiyah soalnya," sahut Azkara sekenanya dan lagi-lagi memandangi wajah ayu guru ngaji yang Azkara pastikan tidak akan menjambak rambutnya andai salah.

.

.

- To Be Continued -

...Azka : Tebak-tebak buah manggis, siapa yang pernah jadi guru ngaji saya🙏...

...Selamat sahur semua, jangan lupa sajennya❣️...

Terpopuler

Comments

Bunda SalVa

Bunda SalVa

modusnya Azka pura2 gak ngerti huruf Hijaiyah biar bisa mandangi wajah Shanum lebih lama 😅😅 padahal kmrn jawab sighat ijab aja fasih dan lancar....dasar keturunan Megantara pinter bener cari kesempatan 😄😄😄😄

2024-04-03

76

Deasy Dahlan

Deasy Dahlan

salut buat shanum... Dan abi tidak ada sikap marah dan kata kata yang kasar terhadap azkara.... itulah... Islam...

2024-04-30

0

Kiki Rizkia Apriliani

Kiki Rizkia Apriliani

mlh ngekek aq baca smpe.sini..Shanum the best alus banget bhsane g ngejek mua ngajari dr awal

2024-05-20

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 - Namanya Azkara
2 BAB 02 - Mahar Tak Biasa
3 BAB 03 - Suami Sungguhan?
4 BAB 04 - First Time
5 BAB 05 - Dia Halal Bagiku
6 BAB 06 - Pemandangan Pagi
7 BAB 07 - Aku Buta Huruf
8 BAB 08 - Takdir Huruf Ba
9 BAB 09 - Sangat Peka
10 BAB 10 - Oleh-Oleh Buat Mama
11 BAB 11 - Kita Sahabat ~ Azkara
12 BAB 12 - Mau Berbuka Apa?
13 BAB 13 - Sayang Bangetlah ~ Shanum
14 BAB 14 - Jangan Memancingku
15 BAB 15 - Dia dari Surga?
16 BAB 16 - April Mop?
17 BAB 17 - First Impressions
18 BAB 18 - Katakan Saja
19 BAB 19 - Qadarullah
20 BAB 20 - Pertama Dan Terakhir
21 BAB 21 - Thanks Ya, Cantik.
22 BAB 22 - Bawel
23 BAB 23 - Tidur Jam Berapa
24 BAB 24 - 7 Hari 7 Malam
25 BAB 25 - Sempurnakan Aku ~ Shanum
26 BAB 26 - You're The First
27 BAB 27 - Istriku Yang Cantik
28 BAB 28 - Bukan Bayi!!
29 BAB 29 - Mas Sayang Aku?
30 BAB 30 - Dia Yang Tak Sama
31 BAB 31 - Aku Sudah Menikah ~ Azkara
32 BAB 32 - Mas Bukan Nabi
33 BAB 33 - Shanum, Istriku.
34 BAB 34 - Kejutan Di Hari Raya
35 BAB 35 - Obatnya Cuma Satu ~ Azkara
36 BAB 36 - Jangan Meragukan Tuhan
37 BAB 37 - Di Bawah Kemilau Senja
38 BAB 38 - Tak Terungkap
39 BAB 39 - Debu di Padang Pasir
40 BAB 40 - Janji ~ Shanum
41 BAB 41 - Pergilah.
42 BAB 42 - Kamu Membenciku?
43 BAB 43 - Harus Pindah
44 BAB 44 - Tanam Tomat
45 BAB 45 - Cantikan Yang Ini
46 BAB 46 - Megumi Namanya ~ Azkara
47 BAB 47 - Telanjur Malu
48 BAB 48 - Potong Religius
49 BAB 49 - Anda Mencintainya?
50 BAB 50 - Terbawa Mimpi
51 BAB 51 - Aku Tidak Terbiasa
52 BAB 52 - Janji ~ Azkara
53 BAB 53 - Lebih Masuk Akal
54 BAB 54 - Azkara Itu Penyayang
55 BAB 55 - Kampungan
56 BAB 56 - Amit-Amit • Azkara
57 BAB 57 - Hargai Usahanya
58 BAB 58 - Kamu Bahagia?
59 BAB 59 - Hukum Aku
60 BAB 60 - Satu Sama
61 BAB 61 - Aku Lapar ~ Azkara
62 BAB 62 - Biarkan Saja
63 BAB 63 - Sayangnya Mas • Azkara
64 BAB 64 - Allah Sebaik-Baiknya Pelindung
65 BAB 65 - Marah Padaku
66 BAB 66 - Salah Sasaran
67 BAB 67 - Aku Mencintainya, Setengah Mati.
68 BAB 68 - Segampang Itu
69 BAB 69 - Hari H (Happy)
70 BAB 70 - Curahan Hati Abi
71 BAB 71 - Tidak Pernah Terencana
72 BAB 72 - Deritanya Dibuat Sendiri
73 BAB 73 - Ngelunjak
74 BAB 74 - Tak Tertolong
75 BAB 75 - Bebas
76 BAB 76 - Hanya Ingin Membahagiakanmu ~ Azkara
77 BAB 77 - Aku Datang • Saka
78 BAB 78 - Sama Iyanya ~ Asraf
79 BAB 79 - Terlalu Aneh
80 BAB 80 - Couvade Syndrome?
81 BAB 81 - Hijrah Itu Mudah, Tapi Yang Sulit Istiqomah.
82 BAB 82 - Ujian/Azab?
83 BAB 83 - Kangen
84 BAB 84 - Aku Mau Bicara • Azkara
85 BAB 85 - Aku Selalu Mencintaimu, Shanum.
86 BAB 86 - Aku Tahu Dia Dimana ~ Saka
87 BAB 87 - Pendosa ~ Azkara
88 BAB 88 - Aku di Sini, Untukmu.
89 BAB 89 - Tidak Jadi Duda.
90 BAB 90 - Ikhtiar Sama-Sama
91 BAB 91 - Pikirkan Nasibmu - Papa Evan
92 BAB 92 - Aku Tidak Peduli ~ Shanum
93 BAB 93 - Tidak Kurestui - Azkara
94 BAB 94 - Tak Tepat Waktu ~ Shanum
95 BAB 95 - Dia Perlu Tahu ~ Saka
96 BAB 96 - Biarlah Seperti Ini ~ Azkara
97 BAB 97 - Tentang Ikhlas
98 BAB 98 - Bukan Azka Wilantara
99 BAB 99 - My Heaven
100 BAB 100 - Terlalu Nyata
101 BAB 101 - Berkatmu ~ Shanum
102 BAB 102 - Ketakutan Azkara
103 BAB 103 - Maaf ~ Azkara
104 BAB 104 - Risih ~ Azkara
105 BAB 105 - Tidak Di-ACC
106 BAB 106 - Marahnya Sungguhan? ~ Shanum
107 BAB 107 - Ngidam/Nyiksa?
108 BAB 108 - Sangsi - Hudzai
109 BAB 109 - Secinta Itu ~ Azkara
110 BAB 110 - Pakmil Meresahkan.
111 BAB 111 - 22 Minggu Lagi - Azkara
112 Promo Karya Baru - Istri Kecil Sang Direktur
113 BAB 112 - Seperti Anak Bawang.
114 BAB 113 - Untaian Doa Asraf
115 BAB 114 - Pesan Terakhir Azkara
116 BAB 115 - Tergores Sembilu
117 BAB 116 - Sudah Selesai?
118 BAB 117 - Janji (Lagi)
119 BAB 118 - Tidak Ramah
120 BAB 119 - Kangen Banget (Shanum)
121 BAB 120 - Seperti Permintaannya ~ Pak Akmal
122 BAB 121 - Sombong Sekali
123 BAB 122 - Sang Pendosa
124 BAB 123 - Sedikit Tentang Arga
125 BAB 124 - Air Mata Sang Pendosa
126 BAB 125 - Tabur Tuai
127 BAB 126 - Mbinlu (Mobil Biru)
Episodes

Updated 127 Episodes

1
BAB 01 - Namanya Azkara
2
BAB 02 - Mahar Tak Biasa
3
BAB 03 - Suami Sungguhan?
4
BAB 04 - First Time
5
BAB 05 - Dia Halal Bagiku
6
BAB 06 - Pemandangan Pagi
7
BAB 07 - Aku Buta Huruf
8
BAB 08 - Takdir Huruf Ba
9
BAB 09 - Sangat Peka
10
BAB 10 - Oleh-Oleh Buat Mama
11
BAB 11 - Kita Sahabat ~ Azkara
12
BAB 12 - Mau Berbuka Apa?
13
BAB 13 - Sayang Bangetlah ~ Shanum
14
BAB 14 - Jangan Memancingku
15
BAB 15 - Dia dari Surga?
16
BAB 16 - April Mop?
17
BAB 17 - First Impressions
18
BAB 18 - Katakan Saja
19
BAB 19 - Qadarullah
20
BAB 20 - Pertama Dan Terakhir
21
BAB 21 - Thanks Ya, Cantik.
22
BAB 22 - Bawel
23
BAB 23 - Tidur Jam Berapa
24
BAB 24 - 7 Hari 7 Malam
25
BAB 25 - Sempurnakan Aku ~ Shanum
26
BAB 26 - You're The First
27
BAB 27 - Istriku Yang Cantik
28
BAB 28 - Bukan Bayi!!
29
BAB 29 - Mas Sayang Aku?
30
BAB 30 - Dia Yang Tak Sama
31
BAB 31 - Aku Sudah Menikah ~ Azkara
32
BAB 32 - Mas Bukan Nabi
33
BAB 33 - Shanum, Istriku.
34
BAB 34 - Kejutan Di Hari Raya
35
BAB 35 - Obatnya Cuma Satu ~ Azkara
36
BAB 36 - Jangan Meragukan Tuhan
37
BAB 37 - Di Bawah Kemilau Senja
38
BAB 38 - Tak Terungkap
39
BAB 39 - Debu di Padang Pasir
40
BAB 40 - Janji ~ Shanum
41
BAB 41 - Pergilah.
42
BAB 42 - Kamu Membenciku?
43
BAB 43 - Harus Pindah
44
BAB 44 - Tanam Tomat
45
BAB 45 - Cantikan Yang Ini
46
BAB 46 - Megumi Namanya ~ Azkara
47
BAB 47 - Telanjur Malu
48
BAB 48 - Potong Religius
49
BAB 49 - Anda Mencintainya?
50
BAB 50 - Terbawa Mimpi
51
BAB 51 - Aku Tidak Terbiasa
52
BAB 52 - Janji ~ Azkara
53
BAB 53 - Lebih Masuk Akal
54
BAB 54 - Azkara Itu Penyayang
55
BAB 55 - Kampungan
56
BAB 56 - Amit-Amit • Azkara
57
BAB 57 - Hargai Usahanya
58
BAB 58 - Kamu Bahagia?
59
BAB 59 - Hukum Aku
60
BAB 60 - Satu Sama
61
BAB 61 - Aku Lapar ~ Azkara
62
BAB 62 - Biarkan Saja
63
BAB 63 - Sayangnya Mas • Azkara
64
BAB 64 - Allah Sebaik-Baiknya Pelindung
65
BAB 65 - Marah Padaku
66
BAB 66 - Salah Sasaran
67
BAB 67 - Aku Mencintainya, Setengah Mati.
68
BAB 68 - Segampang Itu
69
BAB 69 - Hari H (Happy)
70
BAB 70 - Curahan Hati Abi
71
BAB 71 - Tidak Pernah Terencana
72
BAB 72 - Deritanya Dibuat Sendiri
73
BAB 73 - Ngelunjak
74
BAB 74 - Tak Tertolong
75
BAB 75 - Bebas
76
BAB 76 - Hanya Ingin Membahagiakanmu ~ Azkara
77
BAB 77 - Aku Datang • Saka
78
BAB 78 - Sama Iyanya ~ Asraf
79
BAB 79 - Terlalu Aneh
80
BAB 80 - Couvade Syndrome?
81
BAB 81 - Hijrah Itu Mudah, Tapi Yang Sulit Istiqomah.
82
BAB 82 - Ujian/Azab?
83
BAB 83 - Kangen
84
BAB 84 - Aku Mau Bicara • Azkara
85
BAB 85 - Aku Selalu Mencintaimu, Shanum.
86
BAB 86 - Aku Tahu Dia Dimana ~ Saka
87
BAB 87 - Pendosa ~ Azkara
88
BAB 88 - Aku di Sini, Untukmu.
89
BAB 89 - Tidak Jadi Duda.
90
BAB 90 - Ikhtiar Sama-Sama
91
BAB 91 - Pikirkan Nasibmu - Papa Evan
92
BAB 92 - Aku Tidak Peduli ~ Shanum
93
BAB 93 - Tidak Kurestui - Azkara
94
BAB 94 - Tak Tepat Waktu ~ Shanum
95
BAB 95 - Dia Perlu Tahu ~ Saka
96
BAB 96 - Biarlah Seperti Ini ~ Azkara
97
BAB 97 - Tentang Ikhlas
98
BAB 98 - Bukan Azka Wilantara
99
BAB 99 - My Heaven
100
BAB 100 - Terlalu Nyata
101
BAB 101 - Berkatmu ~ Shanum
102
BAB 102 - Ketakutan Azkara
103
BAB 103 - Maaf ~ Azkara
104
BAB 104 - Risih ~ Azkara
105
BAB 105 - Tidak Di-ACC
106
BAB 106 - Marahnya Sungguhan? ~ Shanum
107
BAB 107 - Ngidam/Nyiksa?
108
BAB 108 - Sangsi - Hudzai
109
BAB 109 - Secinta Itu ~ Azkara
110
BAB 110 - Pakmil Meresahkan.
111
BAB 111 - 22 Minggu Lagi - Azkara
112
Promo Karya Baru - Istri Kecil Sang Direktur
113
BAB 112 - Seperti Anak Bawang.
114
BAB 113 - Untaian Doa Asraf
115
BAB 114 - Pesan Terakhir Azkara
116
BAB 115 - Tergores Sembilu
117
BAB 116 - Sudah Selesai?
118
BAB 117 - Janji (Lagi)
119
BAB 118 - Tidak Ramah
120
BAB 119 - Kangen Banget (Shanum)
121
BAB 120 - Seperti Permintaannya ~ Pak Akmal
122
BAB 121 - Sombong Sekali
123
BAB 122 - Sang Pendosa
124
BAB 123 - Sedikit Tentang Arga
125
BAB 124 - Air Mata Sang Pendosa
126
BAB 125 - Tabur Tuai
127
BAB 126 - Mbinlu (Mobil Biru)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!