BAB 04 - First Time

Mata Azka masih mengikuti pergerakan sang istri. Selesai mengembalikan perlengkapan P3K ke tempatnya, Shanum tidak lagi kembali ke tempat tidur, melainkan hendak berlalu keluar kamar hingga membuat Azka spontan memanggil namanya.

"Ke-kenapa, Mas? Apa masih ada yang dibutuhkan?" tanya Shanum sedikit bergetar karena cara Azka memanggilnya memang agar mengejutkan.

"Mau kemana?"

"Masak buat sahur." Shanum menjawab dengan begitu lembut, tentu dengan tatapan yang tak fokus karena memang belum terbiasa dengan kehadiran seorang pria di kamarnya.

"Jam segini? Bukannya masih lama?" Azkara mengernyitkan dahi, dia menatap ke arah jam dinding yang terpampang di depannya.

Masih jam 01:30. Sementara yang Azka ketahui, sahur masih beberapa jam lagi, rasanya terlalu cepat jika bangun sekarang.

"Supaya tidak terlambat, Mas." Begitu jawab Shanum sebelum kemudian beranjak pergi.

"Bentar!! Aawwh mana sakit lagi." Dia bermaksud untuk berdiri, tapi luka di kakinya justru terasa sangat menyakitkan setelah Shanum obati hingga membuatnya sulit berdiri.

Saat itulah, Shanum ternyata berbalik dan menopang tubuh tinggi Azkara. Tindakan spontan yang Shanum lakukan, hal itu terjadi mungkin karena dia menyaksikan sendiri bagaimana Azkara yang terlihat lemas dan terduduk setelah sempat berlagak layaknya pembunuh ke dalam kamarnya.

"Mau ke kamar kecil?"

Azkara menggeleng, dia ingin ikut sebenarnya. Mimpi apa Azkara bersedia ikut repot-repot dini hari menenami sang istri masak untuk sahur? Biasanya, ikut makannya saja dia enggan, bahkan dibangunkan dengan toa kematian juga tidak mempan.

"Terus mau ngapain? Mata kamu merah, apa tidak sebaiknya tidur saja?"

"Kamu masaknya sendirian? Aku temani ya?" Alih-alih menjawab, Azkara justru balik bertanya, kebiasaan dan mungkin hingga kiamat tidak akan bisa diubah.

Dan, Shanum yang agaknya tidak terlalu mempermasalahkan itu mengangguk saja karena memang benar adanya dia sendirian. Dahulu saja sewaktu masih kuliah, jika dia pulang ke rumah, maka semua pekerjaan rumah sementara menjadi tanggung jawabnya.

Jelas saja saat ini berlaku hal sama. Dari hal kecil sampai besar, semuanya tanggung jawab Shanum. Sabila yang notabennya anak manja jelas tidak sudi direpotkan, sementara Umi Martika sudah pasti lepas tangan.

Kendati demikian, lagi dan lagi Shanum tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Dia suka melakukan segala hal yang nantinya akan bermanfaat, menyiapkan makanan untuk orang yang berpuasa adalah ladang pahala, itu saja prinsipnya.

Terlebih lagi, jika Sabila ikut memasak maka ada saja perselisihan yang berakhir menyakiti hati Shanum. Karena itulah, Shanum lebih memilih melakukan segala sesuatu sendirian.

Pun ketika ada sosok suami yang kini menemaninya, Shanum tidak bersedia dibantu dan hanya meminta Azkara duduk manis di meja makan sementara dia memasak.

"Kamu yakin tidak mau dibantu?" tawar Azka sekali lagi sembari memandangi sang istri yang kini fokus berperang dengan peralatan dapurnya.

"Yakin, aku terbiasa sendiri."

Jika perempuan lain hanya basa-basi, lain halnya dengan Shanum. Sudah berapa kali Azkara menawarkan bantuan dan jawabannya tetap sama.

Padahal, sekalipun memang tidak dapat diandalkan di dapur, tapi untuk sekadar memotong kangkung atau kupas bawang putih Azkara mampu.

Akan tetapi hendak bagaimana lagi? Istrinya memang tidak suka dibantu, bahkan ketika Azkara hendak membersihkan cabai agar kehadirannya berguna saja tidak diizinkan.

Entah karena memang tidak mau dibantu atau takut padanya, Azkara tidak tahu juga. Yang jelas, saat ini dia diminta duduk manis bahkan disuguhkan teh hangat dan cemilan di atas meja agar Azkara betah.

Suasana di tempat ini sangat berbeda. Azkara bisa merasakan ketenangan yang cukup sulit dia temukan sebelumnya. Dapur yang tenang, dingin tanpa AC dan tampilannya cukup sederhana.

Azkara menyeruput teh hangat pertama yang dibuat wanita berstatus istri untuknya. Rasanya terlalu manis untuk Azkara yang anti gula, dia sampai memejamkan mata tapi tidak protes sama sekali.

"*Ck, kenapa makin ngantuk*?" Azkara membatin.

Maksud hati minum teh ialah demi menghilangkan rasa kantuk yang menyerangnya. Akan tetapi, belum setengah dia masuk ke perutnya, lagi-lagi pria itu menguap hingga membuatnya sebal sendiri.

Dan, pemandangan itu tak sengaja tertangkap oleh istrinya. Shanum mengulas senyum tanpa sengaja. Melihat Azka yang susah payah mengusir kantuk bahkan sesekali memijat pangkal hidungnya itu membuat Shanum yang tengah repot-repotnya merasa terhibur.

"Mas ...."

"Hem iya?" Azka terlihat sangat mengantuk, tapi ketika dipanggil responnya cepat sekali. "Kenapa?" tanya Azka kemudian.

"Kalau ngantuk ke kamar saja, nanti aku bangunkan," ucap Shanum tanpa melepaskan tatapannya dari Azkara.

Sejak awal sudah Shanum katakan untuk tetap tidur di kamar saja. Akan tetapi, Azkara keras hati dan tetap pada pilihannya untuk menemani sang istri.

"Tidak, aku tidak mengantuk." Sudah jelas-jelas mengantuk, bahkan wajahnya sampai terlihat begitu kusut, tapi Azka masih ngotot hingga Shanum mengalah.

.

.

Selang beberapa waktu pasca meminta Azka untuk tidur, Shanum berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Masih sama seperti kemarin, menu makan sahur malam ini cukup beragam demi menyesuaikan selera anggota keluarganya.

Shanum menyajikannya ke meja, dan baru beberapa langkah menuju meja maka, senyum wanita itu lagi-lagi terbit tatkala menyaksikan Azkara sudah tertidur dengan berbantalkan lengan di atas meja.

"Katanya tidak ngantuk, tahu-tahu tepar gimana ceritanya."

Masih Shanum ingat jelas bagaimana ngototnya Azka ketika diminta tidur, dan nyatanya kali ini justru tumbang bahkan bisa mendengkur pelan di meja makan.

"Mas," panggil Shanum pelan-pelan seraya menepuk pundaknya.

Jika sedang memejamkan mata begitu, suaminya begitu meneduhkan. Jujur saja hati Shanum menghangat, berbanding terbalik dengan sosok Azka yang menodongkan bellati tepat di wajahnya semalam.

"*Astaghfirullah*." Merasa terlalu lancang lantaran memandangi wajah Azka, Shanum seketika beristighfar sembari menggeleng pelan.

"Mas ... Mas Azka." Shanum sedikit meninggikan suaranya dan beralih menepuk wajah Azkara karena di pundak seperti tidak berguna.

Tidurnya seperti mati suri, matanya lengket sekali bahkan ketika Shanum mencoba mencubit pelan tetap tidak bereaksi. Merasa kehilangan cara, Shanum lagi-lagi mengguncang bahu Azkara.

"Mas, bangun ... bentar lagi sahur." Entah sudah percobaan ke berapa, yang jelas Shanum tidak berhenti berusaha.

Dia berharap sebelum anggota keluarganya yang lain terbangun, Azka sudah lebih dulu. Karena itulah dia berusaha terus menerus. Akan tetapi, alih-alih terbangun Azkara justru menggengam tangan Shanum hingga mata wanita itu membulat seketika.

Tak hanya sampai di sana, Azkara tiba-tiba mencium tangan sang istri sembari meracau tak jelas, tapi tidak mampu Shanum dengar dengan baik.

Di saat yang sama, Sabila keluar dari kamar hingga Shanum panik seketika. Dia berusaha melepaskan genggaman tangan Azkara, tapi bukannya lepas malah semakin erat dan semua itu tertangkap jelas di mata Sabila.

"Ehm Sabila?" Shanum begitu kaku, sementara Sabila terus menatap risih pasangan pengantin itu.

"Enak ya? Sekarang masak ditemenin sama pacarnya," sarkas Sabila sembari menarik kursi tepat di hadapan Azkara.

"Sabila sudah berapa kali kukatakan, aku dan Mas Azka tidak pernah mengenal sebelumnya, apalagi pacaran."

"Masa? Itu buktinya nempel-nempel, apa masuk akal cowok senempel itu kalau belum kenal sebelumnya?"

.

.

- **To Be Continued** -

Terpopuler

Comments

Nurjannah Rajja

Nurjannah Rajja

Pak kiyai istri dapat dari comberan ya- pastinya dulu dia fitnah pak Kiyai terus pak kiyai terpaksa nikahin dia... kelakuan begitu.

2024-05-07

7

anita

anita

azka ini pawangnya si mami pakek teflon cb aja shanum pukul kepala si azka pakek teflon kyak mama mikhaila

2024-05-08

1

Siti Sopiah

Siti Sopiah

Sabila nanti kau bisa gila kalau tau siapa Azkara sebenarnya.dan.beruntung shanum

2024-04-25

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 - Namanya Azkara
2 BAB 02 - Mahar Tak Biasa
3 BAB 03 - Suami Sungguhan?
4 BAB 04 - First Time
5 BAB 05 - Dia Halal Bagiku
6 BAB 06 - Pemandangan Pagi
7 BAB 07 - Aku Buta Huruf
8 BAB 08 - Takdir Huruf Ba
9 BAB 09 - Sangat Peka
10 BAB 10 - Oleh-Oleh Buat Mama
11 BAB 11 - Kita Sahabat ~ Azkara
12 BAB 12 - Mau Berbuka Apa?
13 BAB 13 - Sayang Bangetlah ~ Shanum
14 BAB 14 - Jangan Memancingku
15 BAB 15 - Dia dari Surga?
16 BAB 16 - April Mop?
17 BAB 17 - First Impressions
18 BAB 18 - Katakan Saja
19 BAB 19 - Qadarullah
20 BAB 20 - Pertama Dan Terakhir
21 BAB 21 - Thanks Ya, Cantik.
22 BAB 22 - Bawel
23 BAB 23 - Tidur Jam Berapa
24 BAB 24 - 7 Hari 7 Malam
25 BAB 25 - Sempurnakan Aku ~ Shanum
26 BAB 26 - You're The First
27 BAB 27 - Istriku Yang Cantik
28 BAB 28 - Bukan Bayi!!
29 BAB 29 - Mas Sayang Aku?
30 BAB 30 - Dia Yang Tak Sama
31 BAB 31 - Aku Sudah Menikah ~ Azkara
32 BAB 32 - Mas Bukan Nabi
33 BAB 33 - Shanum, Istriku.
34 BAB 34 - Kejutan Di Hari Raya
35 BAB 35 - Obatnya Cuma Satu ~ Azkara
36 BAB 36 - Jangan Meragukan Tuhan
37 BAB 37 - Di Bawah Kemilau Senja
38 BAB 38 - Tak Terungkap
39 BAB 39 - Debu di Padang Pasir
40 BAB 40 - Janji ~ Shanum
41 BAB 41 - Pergilah.
42 BAB 42 - Kamu Membenciku?
43 BAB 43 - Harus Pindah
44 BAB 44 - Tanam Tomat
45 BAB 45 - Cantikan Yang Ini
46 BAB 46 - Megumi Namanya ~ Azkara
47 BAB 47 - Telanjur Malu
48 BAB 48 - Potong Religius
49 BAB 49 - Anda Mencintainya?
50 BAB 50 - Terbawa Mimpi
51 BAB 51 - Aku Tidak Terbiasa
52 BAB 52 - Janji ~ Azkara
53 BAB 53 - Lebih Masuk Akal
54 BAB 54 - Azkara Itu Penyayang
55 BAB 55 - Kampungan
56 BAB 56 - Amit-Amit • Azkara
57 BAB 57 - Hargai Usahanya
58 BAB 58 - Kamu Bahagia?
59 BAB 59 - Hukum Aku
60 BAB 60 - Satu Sama
61 BAB 61 - Aku Lapar ~ Azkara
62 BAB 62 - Biarkan Saja
63 BAB 63 - Sayangnya Mas • Azkara
64 BAB 64 - Allah Sebaik-Baiknya Pelindung
65 BAB 65 - Marah Padaku
66 BAB 66 - Salah Sasaran
67 BAB 67 - Aku Mencintainya, Setengah Mati.
68 BAB 68 - Segampang Itu
69 BAB 69 - Hari H (Happy)
70 BAB 70 - Curahan Hati Abi
71 BAB 71 - Tidak Pernah Terencana
72 BAB 72 - Deritanya Dibuat Sendiri
73 BAB 73 - Ngelunjak
74 BAB 74 - Tak Tertolong
75 BAB 75 - Bebas
76 BAB 76 - Hanya Ingin Membahagiakanmu ~ Azkara
77 BAB 77 - Aku Datang • Saka
78 BAB 78 - Sama Iyanya ~ Asraf
79 BAB 79 - Terlalu Aneh
80 BAB 80 - Couvade Syndrome?
81 BAB 81 - Hijrah Itu Mudah, Tapi Yang Sulit Istiqomah.
82 BAB 82 - Ujian/Azab?
83 BAB 83 - Kangen
84 BAB 84 - Aku Mau Bicara • Azkara
85 BAB 85 - Aku Selalu Mencintaimu, Shanum.
86 BAB 86 - Aku Tahu Dia Dimana ~ Saka
87 BAB 87 - Pendosa ~ Azkara
88 BAB 88 - Aku di Sini, Untukmu.
89 BAB 89 - Tidak Jadi Duda.
90 BAB 90 - Ikhtiar Sama-Sama
91 BAB 91 - Pikirkan Nasibmu - Papa Evan
92 BAB 92 - Aku Tidak Peduli ~ Shanum
93 BAB 93 - Tidak Kurestui - Azkara
94 BAB 94 - Tak Tepat Waktu ~ Shanum
95 BAB 95 - Dia Perlu Tahu ~ Saka
96 BAB 96 - Biarlah Seperti Ini ~ Azkara
97 BAB 97 - Tentang Ikhlas
98 BAB 98 - Bukan Azka Wilantara
99 BAB 99 - My Heaven
100 BAB 100 - Terlalu Nyata
101 BAB 101 - Berkatmu ~ Shanum
102 BAB 102 - Ketakutan Azkara
103 BAB 103 - Maaf ~ Azkara
104 BAB 104 - Risih ~ Azkara
105 BAB 105 - Tidak Di-ACC
106 BAB 106 - Marahnya Sungguhan? ~ Shanum
107 BAB 107 - Ngidam/Nyiksa?
108 BAB 108 - Sangsi - Hudzai
109 BAB 109 - Secinta Itu ~ Azkara
110 BAB 110 - Pakmil Meresahkan.
111 BAB 111 - 22 Minggu Lagi - Azkara
112 Promo Karya Baru - Istri Kecil Sang Direktur
113 BAB 112 - Seperti Anak Bawang.
114 BAB 113 - Untaian Doa Asraf
115 BAB 114 - Pesan Terakhir Azkara
116 BAB 115 - Tergores Sembilu
117 BAB 116 - Sudah Selesai?
118 BAB 117 - Janji (Lagi)
119 BAB 118 - Tidak Ramah
120 BAB 119 - Kangen Banget (Shanum)
121 BAB 120 - Seperti Permintaannya ~ Pak Akmal
122 BAB 121 - Sombong Sekali
123 BAB 122 - Sang Pendosa
124 BAB 123 - Sedikit Tentang Arga
125 BAB 124 - Air Mata Sang Pendosa
126 BAB 125 - Tabur Tuai
Episodes

Updated 126 Episodes

1
BAB 01 - Namanya Azkara
2
BAB 02 - Mahar Tak Biasa
3
BAB 03 - Suami Sungguhan?
4
BAB 04 - First Time
5
BAB 05 - Dia Halal Bagiku
6
BAB 06 - Pemandangan Pagi
7
BAB 07 - Aku Buta Huruf
8
BAB 08 - Takdir Huruf Ba
9
BAB 09 - Sangat Peka
10
BAB 10 - Oleh-Oleh Buat Mama
11
BAB 11 - Kita Sahabat ~ Azkara
12
BAB 12 - Mau Berbuka Apa?
13
BAB 13 - Sayang Bangetlah ~ Shanum
14
BAB 14 - Jangan Memancingku
15
BAB 15 - Dia dari Surga?
16
BAB 16 - April Mop?
17
BAB 17 - First Impressions
18
BAB 18 - Katakan Saja
19
BAB 19 - Qadarullah
20
BAB 20 - Pertama Dan Terakhir
21
BAB 21 - Thanks Ya, Cantik.
22
BAB 22 - Bawel
23
BAB 23 - Tidur Jam Berapa
24
BAB 24 - 7 Hari 7 Malam
25
BAB 25 - Sempurnakan Aku ~ Shanum
26
BAB 26 - You're The First
27
BAB 27 - Istriku Yang Cantik
28
BAB 28 - Bukan Bayi!!
29
BAB 29 - Mas Sayang Aku?
30
BAB 30 - Dia Yang Tak Sama
31
BAB 31 - Aku Sudah Menikah ~ Azkara
32
BAB 32 - Mas Bukan Nabi
33
BAB 33 - Shanum, Istriku.
34
BAB 34 - Kejutan Di Hari Raya
35
BAB 35 - Obatnya Cuma Satu ~ Azkara
36
BAB 36 - Jangan Meragukan Tuhan
37
BAB 37 - Di Bawah Kemilau Senja
38
BAB 38 - Tak Terungkap
39
BAB 39 - Debu di Padang Pasir
40
BAB 40 - Janji ~ Shanum
41
BAB 41 - Pergilah.
42
BAB 42 - Kamu Membenciku?
43
BAB 43 - Harus Pindah
44
BAB 44 - Tanam Tomat
45
BAB 45 - Cantikan Yang Ini
46
BAB 46 - Megumi Namanya ~ Azkara
47
BAB 47 - Telanjur Malu
48
BAB 48 - Potong Religius
49
BAB 49 - Anda Mencintainya?
50
BAB 50 - Terbawa Mimpi
51
BAB 51 - Aku Tidak Terbiasa
52
BAB 52 - Janji ~ Azkara
53
BAB 53 - Lebih Masuk Akal
54
BAB 54 - Azkara Itu Penyayang
55
BAB 55 - Kampungan
56
BAB 56 - Amit-Amit • Azkara
57
BAB 57 - Hargai Usahanya
58
BAB 58 - Kamu Bahagia?
59
BAB 59 - Hukum Aku
60
BAB 60 - Satu Sama
61
BAB 61 - Aku Lapar ~ Azkara
62
BAB 62 - Biarkan Saja
63
BAB 63 - Sayangnya Mas • Azkara
64
BAB 64 - Allah Sebaik-Baiknya Pelindung
65
BAB 65 - Marah Padaku
66
BAB 66 - Salah Sasaran
67
BAB 67 - Aku Mencintainya, Setengah Mati.
68
BAB 68 - Segampang Itu
69
BAB 69 - Hari H (Happy)
70
BAB 70 - Curahan Hati Abi
71
BAB 71 - Tidak Pernah Terencana
72
BAB 72 - Deritanya Dibuat Sendiri
73
BAB 73 - Ngelunjak
74
BAB 74 - Tak Tertolong
75
BAB 75 - Bebas
76
BAB 76 - Hanya Ingin Membahagiakanmu ~ Azkara
77
BAB 77 - Aku Datang • Saka
78
BAB 78 - Sama Iyanya ~ Asraf
79
BAB 79 - Terlalu Aneh
80
BAB 80 - Couvade Syndrome?
81
BAB 81 - Hijrah Itu Mudah, Tapi Yang Sulit Istiqomah.
82
BAB 82 - Ujian/Azab?
83
BAB 83 - Kangen
84
BAB 84 - Aku Mau Bicara • Azkara
85
BAB 85 - Aku Selalu Mencintaimu, Shanum.
86
BAB 86 - Aku Tahu Dia Dimana ~ Saka
87
BAB 87 - Pendosa ~ Azkara
88
BAB 88 - Aku di Sini, Untukmu.
89
BAB 89 - Tidak Jadi Duda.
90
BAB 90 - Ikhtiar Sama-Sama
91
BAB 91 - Pikirkan Nasibmu - Papa Evan
92
BAB 92 - Aku Tidak Peduli ~ Shanum
93
BAB 93 - Tidak Kurestui - Azkara
94
BAB 94 - Tak Tepat Waktu ~ Shanum
95
BAB 95 - Dia Perlu Tahu ~ Saka
96
BAB 96 - Biarlah Seperti Ini ~ Azkara
97
BAB 97 - Tentang Ikhlas
98
BAB 98 - Bukan Azka Wilantara
99
BAB 99 - My Heaven
100
BAB 100 - Terlalu Nyata
101
BAB 101 - Berkatmu ~ Shanum
102
BAB 102 - Ketakutan Azkara
103
BAB 103 - Maaf ~ Azkara
104
BAB 104 - Risih ~ Azkara
105
BAB 105 - Tidak Di-ACC
106
BAB 106 - Marahnya Sungguhan? ~ Shanum
107
BAB 107 - Ngidam/Nyiksa?
108
BAB 108 - Sangsi - Hudzai
109
BAB 109 - Secinta Itu ~ Azkara
110
BAB 110 - Pakmil Meresahkan.
111
BAB 111 - 22 Minggu Lagi - Azkara
112
Promo Karya Baru - Istri Kecil Sang Direktur
113
BAB 112 - Seperti Anak Bawang.
114
BAB 113 - Untaian Doa Asraf
115
BAB 114 - Pesan Terakhir Azkara
116
BAB 115 - Tergores Sembilu
117
BAB 116 - Sudah Selesai?
118
BAB 117 - Janji (Lagi)
119
BAB 118 - Tidak Ramah
120
BAB 119 - Kangen Banget (Shanum)
121
BAB 120 - Seperti Permintaannya ~ Pak Akmal
122
BAB 121 - Sombong Sekali
123
BAB 122 - Sang Pendosa
124
BAB 123 - Sedikit Tentang Arga
125
BAB 124 - Air Mata Sang Pendosa
126
BAB 125 - Tabur Tuai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!