Pukul 04.00 jihan sudah mempersiapkan kebutuhan danu untuk berangkat ke manado dengan jam keberangkatan pagi, sebelum ke kantor jihan meminta izin untuk masuk telat karen akan mengantarkan danu ke bandara pagi itu. sesampainya di bandara danu masih menunggu jam keberangkatan jihan terus memeluk suaminya itu dengan manja
" mas, jangan macem macem yaa di sana,jangan lupa makan yang teratur,air putih yang banyak,telepon aku terus awas kalo enggak" ucap jihan dengan manjanya
" haha iyaa sayang iyaa,aku cuma ke Manado kok ga ke luar negeri"
"ihh tetap ajah mas jauh dari istri kan"
" iyaa iyaa okee siap ratuku" ucap danu sembari mencium kening jihan dan memeluknya erat.
" jangan lupa oleh oleh yaa hehehehe"
" hemmm okee siap,oia sabtu jadi nginep di rumah ibu kan?"
"yaa jadi"
"hati hati bawa mobilnya kalo malas pesan taxi online ajah,terus.."
"terus kalo ibu nyindir aku, cuekin ajah klo udah gak kuat pergi ajah gitu kan" ucap jihan memotong ucapan danu
" hahaha udah hafal, maafin ibu yaa aku juga kadang kesel ma ibu"
" heumm mau gimana lagi mas, aku cuma bisa terima ajah mau marah bagaimana pun dia ibumu ibuku juga"
" yaudah mas berangkat yaa hati hati selama mas gak ada di rumah jangan keluyuran, tidurnya jangan malam malam kalo ga enak badan ga fit cepet-cepet minum obat minum vitamin okeee" ucap danu sembari mencium pipi dan kening istrinya itu jihan hanya menjawab dengan senyum dan anggukan
setelah kepergian danu jihan langsung menuju tempat kerjanya
"jihan..ssstt jihaan" Ale mencubit pipi jihan
" apaan sih ale,lu tuh tiap hari ada ajah gangguin gue kenapa sih" ucap jihan ia kadang kesal pada ale temannya itu yang selalu mengganggu dengan tingkah konyolnya itu.
" kita nonton yu, balik gawe"
" gak ah, gue langsung balik,"
"dihh laki lu kan lagi di manado"
"terus, gue harus bebas keluyuran gitu?? dih sorry yaa"
" hahaaha jihan jihan eh jangan percaya banget ma suami lu dia juga di luaran mah genit juga kayak gue tapi lu nya ajah gak tau bahkan mungkin lebih bejad dari gue" jihan terdiam mendengar ucapan ale ia merasa kesal
"HEH..!!!, lu bisa diem ga lo ga capeknya lu godain gue lo ajak bini lo ajah deh ajak seneng seneng jangan ajak gue," suara jihan menggema seisi ruangan semua terdiam menatap jihan, Ale hanya tersenyum ketir
"baper lu han,gue cuma ngomong gitu kok sewot"
" ya jelas gue sewot lah lu jelekin suami gue kok memangnya lu kenal suami gue gak kan??' ucap jihan dengan kesal Nita segera menghampiri Jihan
" ssstt..udah udah gak enak ini di kantor" ucap Nita pada Jihan
" dia duluan yang mulai bukan gue!!" ucap jihan seraya menunjuk wajah ale dan berlalu pergi
"hadeuh Lee lu kenapa sih le"
"gue cuma becanda Nita lo tau kan gue kek gimana"
"timing nya ga tepat kita lagi fokus kerja apalagi jihan lagi di kejar banget buat konsep event nanti udah deh lu jgn bikin Jihan tambah stress" ucap Nita semua mata seolah menyalahkan ale
Biru hanya menggeleng kan kepalanya melihat tingkah seniornya itu,sementara itu jihan terus mengutak-atik ponselnya ia menghubungi Danu suaminya itu namu tak terhubung sama sekali
"angkat kek,sesibuk itu ya," ucap jihan air matanya mulai mengambang di pelupuk matanya
" ehemmm nih" ucap Biru seraya menyodorkan tissue pada jihan
"thanks" Jihan menyeka air matanya
" percaya ajah sama suami lu mbak lu kan yang lebih tau suami lu kayak gimana iya kan"
"iyaa, gue cuma takut dan coba memastikan ajah kalo ucapan Ale itu ga bener buat suami gue tapi dia gak angkat telepon dari gue"
"mbak itu cuma,rasa takut lu aja,rasa khawatir karena ucapan mas ale kan"
"haaaaahhh," jihan menarik nafasnya dalam dalam
" jujur iya gue takut dan khawatir dengan jabatan suami gue saat ini gue takut banyak cewek di luar sana yang menggoda"
"tapi apa semua pernah terbukti suami mbak di goda?" tanya biru jihan hanya menggelengkan kepalanya saja
"dia gak pernah macam macam bahkan gue sepenuhnya percaya"
" itu mbak sudah dapat jawabannya, mbak harus percaya dengan pasangan mbak,udah itu ajah"
" iyaa,thanks yaa tadi gue kesel banget"
" sama sama mbak yaudah gue masuk dulu ya mbak"
"ehh biru kita tukeran meja kerja dulu boleh gak gue males deket Ale "
"boleh, aku di tempat mbak yaa"
" iyaa makasih yaa biru" ucap jihan biru hanya tersenyum meninggalkan jihan
"bocah ,tapi dia bisa mikir dewasa, kok gue bisa langsung curiga gini yaa sama mas danu setelah dengar ucapan ale" bisik jihan dalam hatinya
Hari Sabtu pun tiba di Jihan bersiap menuju kediaman mertuanya Jihan rencana akan bermalam di sana sesampainya Diana Siska dan ketiga anaknya sudah lebih dulu datang Jihan segera berbaur dengan keluarga Danu.
" Eh Kinan nginep juga" tanya Jihan pada Kinan calon istri Ndaru adik bungsu dari Danu
" Enggak mbak aku habis antar cake buat besok aku izin gak ikut kumpul mau cek design undangan mbak sama mas Ndaru"
" Ohh begitu"
" Mbak Jihan mbak Siska aku pamit yaa" ucap Kinan
"Laah aku baru datang kamu kok udah pulang ajah"
" Heheh maaf mbak aku gak bisa lama lama"
" Oh yaudah hati hati yaa" ucap Jihan seraya memeluk Kinan
" Makasih kuenya ya nan, " ucap Siska
" Iya mbak sama sama"
Kinan pun berlalu pergi meninggalkan kediaman mertuanya itu, Jihan melihat ke sekeliling nanum ia tak mendapati ibu mertuanya itu
" Ibu lagi ga ada lagi keluar katanya sih ke rumah temen ngaji nya," ucap Siska seolah ia tahu Jihan mencari ibu mertuanya
" Ouh gituh" ucap Jihan sembari menarik nafasnya dalam dalam
" Mbak aku ke kamar dulu yaa"
" Iya sana istirahat habis ashar kita rame rame mulai iris iris dan bikin kue biar besok gak keteteran"
" Oh iyaa mbak" ucap Jihan iapun pergi menuju kamarnya a merebahkan tubuhnya ia mencoba menelepon Danu siang itu
📞
"Halo mas"
" Ya sayang, kamu udah di rumah ibu"
" Udah kok ini baru sampai, cuma ibu lagi gak ada lagi keluar"
" Kalo ga nyaman di kamar ajah yaa"
" Hehh iya iyaa, ada mbak Siska kok, ibu minta kita semua buat masak sendiri buat arisan besok"
" Hadehh, padahal bisa catering tapi selalu ajah ngerepotin menantu"
" Gak apa apa mas" aku ,nur sama mbak siska kok yang masak nya"
" Yasudah kamu udah makan belom?"
" Sudah mas, tadi sebelum ke sini aku cari makan dulu di luar, mas udah makan belom"
" Belom ini lagi nunggu catering ajah males keluar soalnya agak sulit cari masakan halal disini "
" Ouh begitu, yaudah mas hati hati ya di situ,"
" Yaa kamu juga, jangan di ambil hati sama omongan ibu nanti "
" Haha iya iyaa udah ya mas"
Jihan menutup teleponnya ia menarik nafasnya dalam dalam,
Sore harinya Siska,Jihan nur, dan Zahra anak pertama Siska ikut membantu mempersiapkan bahan untuk masakan esok hari Jihan melirik ibu mertuanya yang tengah asyik di dapur sendirian dengan senyum yang tersungging di bibirnya ia terus mengaduk sesuatu dalam panci
"Mbak ibu bikin apa sih kok kayaknya seneng amat"
" Ga tahu, habis dari rumah temennya itu ibu langsung eksekusi dapur tuh ga boleh ada yang bantu"
" Iya nur juga ga boleh bantu" ucap nur, tiba tiba ibu ikut duduk bersama ia tak banyak bicara tetap tersenyum
" Jihan sudah makan belom ?"
" Ah sudah Bu," ucap Jihan ia agak terkejut tak biasanya ibu mertuanya itu menanyakan Jihan ia selalu asyik dengan Siska
" Nanti malem kita beli makan ajah ya,Jihan mau makan apa pesan ajah Siska juga sis ,anak anak sekalian nur kamu juga "
" Iya Bu" ucap nur
" Danu berapa hari di Manado Han"
" Satu Minggu Bu"
" Kalo di rumah sendirian disini ajah sama ibu,selama mas Danu pergi"
" Heum iya Bu, insyaallah,"
"Kejauhan Bu dari rumah ini ke kantor Jihan kasian nyetirnya capek Jihan nya" ucap siska
" Iya juga sih, yaudah seenaknya Jihan ajah kalo gitu" ucap ibu, Jihan hanya diam
" Jujur dengan sikap ibu begini kok gue malah takut yaa,ada apa ini" bisik hati Jihan
Malam harinya jihan sudah mulai merebahkan tubuhnya tiba tiba seseorang mengetuk pintu kamar Jihan dengan hati hati, Jihan pun bangun dari tempat tidur dan membukakan pintu
" Ibu,"
" Belom tidur kan" ucapnya sembari memegang gelas ukuran besar berisikan cairan berwarna kuning
" Belom Bu, belom bisa tidur"
"Oh. Ini minum ini masih anget habiskan yaa" ucap ibu
" Oh iya, Bu makasih nanti Jihan minum"
" Sekarang, ibu mau lihat!"
Deg... Seketika raut wajah ibu berubah menjadi seperti biasa wajah yang ketus pada Jihan
" Iya Bu," satu gelas berukuran besar harus Jihan minum
"Habiskan" ucapnya dengan tegas
Terasa sangat pahit namun Jihan harus tetap minum , perutnya seketika mual namun harus Jihan tahan
"Besok pagi ibu bikinin lagi,"
" Maaf Bu, itu ramuan apa?"
" Ga usah banyak tanya,ikuti ajah, biar cepet hamil" ucap ibu dengan ketus, Jihan hanya terdiam, melihat ibu mertuanya pergi tanpa basa basi
Jihan memegangi perutnya yang merasa mual, ia mencoba memejamkan matanya keesokan paginya sama halnya seperti semalam ketika Jihan membuka mata ibu sudah berada di hadapannya dengan membawa ramuan yang menurut nya bisa menyuburkan kandungan
" Maaf Bu apa ga seharusnya makan dulu"
" Loh ini memang gak usah makan dulu keadaan perut kosong, ayo di minum jamu ini sudah banyak yg berhasil bikin yang susah punya anak bisa dan berhasil hamil" ucapnya tanpa ekspresi
Jihan meraih gelas itu ia ingin menolak namun tak kuasa ia hanya bisa mengikuti keinginan ibu mertuanya itu,
" Nah,begitu habiskan setelah ini sarapan dan bantu ibu di dapur yaa" ucapnya sembari meninggalkan Jihan Jihan hanya diam ia merasa mual dan berlari ke kamar mandi ia memuntahkan segala isis dalam perut nya
" Nek banget, pengen nolak tapi ah, sudahlah," ucap Jihan ia terus saja memuntahkan semuanya
Ia tak pernah bisa menolak keinginan ibu Danu karena ibu Danu sangat keras dan terlihat tak senang bila ada yang menolaknya maka itu Jihan selalu menuruti walaupun ia sendiri merasa kesulitan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments