Sandra pamit pulang ke rumahnya usai Tony memberikan kabar jika ia baik-baik saja. Wajah Sandra kembali muram, ketika berdiri memandangi pemandangan tambang batu mulia di balik jendela rumah susunnya.
"Aku akan kembali ke Sentra Video Games untuk menemukanmu, Colosseum Blue. Kau menggunakan nama lain untuk menutupi jati dirimu ya? Apa yang kau sembunyikan?" guman Sandra menyipitkan mata mencurigai sosok penguasa Distrik 2 tersebut.
Selama satu hari penuh, Distrik yang terkena imbas dari serangan para mutan diliburkan dari segala aktivitas.
Para User yang tewas karena tragedi tersebut dimakamkan di Hall of Heroes. Sedang para warga sipil, dimakamkan secara masal di tiap Distrik yang terkena dampak dari penyerangan tragis tersebut.
Sandra kembali bekerja di hari Rabu. Ternyata, insiden tersebut menjadi topik panas di tambang batubara.
Namun, Sandra memilih untuk menyimak dan mendengarkan gosip yang beredar selama makan siang.
"Ya itu benar. Matteo Corza anak tunggal dari Presiden Morlan dan isterinya yang telah meninggal bernama Aurora. Ibu Matteo saat itu menjabat sebagai Menteri Keindahan Great Ruler. Semua bangunan futuristik adalah karyanya. Dia insinyur yang hebat," ucap Qiyo-wanita berambut hitam ikal-menjelaskan.
"Namun, sebuah insiden terjadi. Hanya saja, sepertinya pihak Pemerintah menyembunyikan tragedi naas yang menewaskan Aurora saat itu," sahut wanita pekerja lain bernama Gora.
"Lalu bagaimana namanya bisa menjadi Colosseum Blue?" tanya Sandra kini ikut dalam obrolan.
"Itulah yang menjadi pertanyaan besar. Kami juga baru tahu hal ini. Banyak rumor dan gosip beredar. Aku kira, mereka orang berbeda, tapi ternyata sama," sahut Nega menegaskan.
"Kau tahu dari mana?" tanya Sandra yang semakin ingin tahu.
"Sebelumnya, suamiku bekerja sebagai petugas kebersihan di Gedung Pemerintahan. Ia pernah melihat sosok Matteo Corza ketika bersama para Perwira yang akan melakukan pengetesan robot generasi baru. Lalu ia dipindahkan ke Distrik 2 dan bertugas sebagai teknisi permainan di Sentra Video Games, dan pernah bertemu dengan Colosseum Blue. Suamiku terkejut karena mereka mirip," jawab Nega.
"Apakah mereka kembar?" celetuk Woly menduga. Ternyata, semua orang berpikiran demikian.
Sepulangnya dari bekerja, Sandra langsung menuju ke Distrik 2. Ia tak menduga, jika tempat itu malah semakin ramai usai insiden penyerangan para mutan di Great Ruler.
Ternyata, Colosseum Blue dianggap sebagai pahlawan bagi penduduk negara besar tersebut.
Namun, sosok pria itu tak ditampilkan di layar besar pada dinding bangunan megah Distrik 2, dan hanya robot B-One yang dipamerkan.
Pidato dari pria yang dijuluki Malaikat Langit tersebut ditonton oleh para pengunjung sebelum memasuki Gerbang Sentra Video Games.
"Ya. Para mutan itu ditemukan oleh Komandan Akira dan timnya dalam Gerbang Kermogal, Distrik 5. Para mutan itu dikurung dalam sebuah sangkar khusus berkeamanan tinggi. Namun, entah apa yang terjadi, sangkar itu terbuka dan para mutan berhasil lolos hingga menyerang pasukan penjaga sampai ke Colosseum. Tim Keamanan Great Ruler sedang menyelidiki kasus ini. Dikhawatirkan, ada pemberontak dari kubu mantan Presiden Morlan yang bersembunyi, dan mengawasi gerak-gerik kita. Oleh karena itu, diharapkan kepada seluruh warga Great Ruler, jika mendapati hal aneh atau mencurigakan terhadap suatu tempat atau gerak-gerik seseorang, segera laporkan ke pos keamanan terdekat yang berada di seluruh Distrik. Terima kasih," ucap robot B-One yang disusul tepuk tangan meriah para pendengarnya.
Namun, Sandra terlihat tak tertarik. Dendamnya akan kelalaian Matteo Corza saat itu, membuatnya nekat untuk mencari Colosseum Blue di wilayah kekuasaannya.
Saat mata Sandra sibuk memindai sekitar mencoba mencari sosoknya, ia dikejutkan oleh Roboto yang mendatanginya dengan suara ramah.
"Hai, kita bertemu lagi, Mrs. Sandra. Apa kau ingin melanjutkan permainan ke Level 2?" tanya Roboto menawarkan bantuannya lagi.
"Yes. Oh, wait. Roboto. Bagaimana caranya aku bisa bertemu dengan Tuan Colosseum Blue? Well, aku salah satu fans-nya. Dia keren sekali saat pertandingan kemarin," tanya Sandra dengan senyum terkembang.
"Sayang sekali. Tuan Colosseum sibuk sampai tahun depan. Jadwalnya padat karena banyak urusan yang harus ia selesaikan."
Sandra menghembuskan nafas pelan. Ia tahu diri jika dirinya bukan seseorang yang memiliki pengaruh dalam Pemerintahan, sehingga Colosseum pasti tak tertarik untuk bertemu dengannya.
Terlebih, ia yakin jika pria itu tak mengenalinya. Dendamnya kepada Matteo, membuatnya nekat ingin menyibak siapa Colosseum Blue sebenarnya.
'Kenapa Presiden Roman memanggil nama Colosseum dengan panggilan Matteo? Apakah kebetulan? Jika benar mereka kembar, lalu kabar yang mengatakan jika anak dari mantan Presiden Morlan hanya satu, itu hanya sebuah kebohongan?' tanya Sandra dalam hati yang kini diliputi kebimbangan.
"Ingin bermain, Mrs. Sandra?" tanya Roboto yang membuyarkan pikiran wanita cantik itu.
"Oh, yes. Of course. Ayo bermain. Aku suka permainan di tempat ini," jawab Sandra dengan senyum terkembang.
Sandra akhirnya memainkan sebuah permainan yang ternyata memicu adrenalinnya. Ia menjadi seorang pembalap motor liar yang melewati gang-gang sempit, terjal, dan curam untuk memenangkan tiap ronde.
Namun lagi-lagi, baru ronde pertama, Sandra sudah gugur. Ia terkejut tiap kali bertemu tikungan tajam dan membuatnya menabrak dinding.
Motor yang ia kendarai terasa begitu nyata karena benturan dan suara bising dari motor lawan, berikut keadaan dalam simulasi permainan, membuatnya serasa di tempat tersebut.
Helm khusus yang dipakainya, membuat jantungnya berdebar karena ia seperti menaiki motor tersebut dengan terpaan angin kencang menghempaskan tubuh rampingnya.
"Oh, wah," ucap Sandra saat turun dari motor dengan tubuh gemetaran sembari melepaskan helm.
"Anda tidak apa-apa, Mrs. Sandra?" tanya Roboto mendekat.
"Itu mengerikan. Aku tak pernah mengendarai motor sebelumnya. Aku hanya pernah menonton dari film zaman dulu. Benda itu sangat beresiko. Tak ada pelindung keselamatan tambahan dan bisa membuat tubuh hancur. Bagaimana bisa motor menjadi kendaraan pilihan nomor satu setelah mobil sebagai kendaraan pribadi?" tanya Sandra terheran-heran saat teringat akan sebuah artikel yang menyebutkan jika mobil urutan kedua setelah motor.
"Entahlah, Mrs. Sandra. Roboto tak memiliki data untuk menjawab pertanyaanmu itu. Roboto bisa menanyakan ke Tuan Colosseum."
Mata Sandra melebar. Ia langsung berdiri dan menatap Roboto seksama. 'Ah, sebuah pertanyaan yang tak bisa dijawab oleh robot. Dengan begitu, secara tak langsung, Roboto bisa menanyakan hal ini padanya. Aku bisa menggunakan siasat ini untuk mencari tahu siapa Colosseum Blue sebenarnya,' batin Sandra. Tanpa ia sadari, senyum tipis terbit di bibirnya.
"Apa Anda ingin mencoba permainan lainnya, Mrs. Sandra?" tanya Roboto memecah pemikirannya lagi.
"Mm, sepertinya, kita lanjutkan besok saja. Tempat ini semakin malam malah semakin ramai. Apa orang-orang tidak beristirahat?" tanya Sandra heran karena banyak pengunjung yang terus memasuki kawasan wahana video games.
"Mulai hari ini, Sentra Video Games buka 24 jam."
"What?!" pekik Sandra dengan mata melotot, dan Roboto hanya menunjukkan senyumnya.
Sandra tak mau memikirkan hal ini lebih jauh karena ia sungguh lelah. Sandra mengakhiri permainannya dan memilih pulang.
Namun, Sandra penasaran dengan hasil pertanyaannya yang ia ajukan pada Roboto, apakah mendapat jawaban dari Colosseum atau tidak. Wanita cantik itu tak sabar menunggu hari esok.
Keesokan harinya, usai bekerja, Sandra bergegas menuju ke Distrik 2 untuk menemui Roboto.
Sayangnya, robot itu belum mendapatkan jawaban dari Colosseum, meski ia sudah menyampaikan pertanyaannya melalui pesan khusus kepada majikannya itu.
Sandra terlihat kecewa, tapi ia tetap bersabar sembari menyelesaikan Level 2 permainan video games-nya.
"Oke, aku siap," ucap Sandra sudah duduk di sebuah motor sport berwarna hitam dan memposisikan diri layaknya pembalap pada zaman dahulu lengkap dengan helm.
PIP!
"Extreme Bike Race starts in 3 ... 2 ... 1, go!"
Sandra segera melaju motornya kencang. Ia mulai terbiasa menggunakan pengendali untuk mengendalikan motor sport-nya tersebut.
Meskipun ia masih belum berani melaju dengan kecepatan tinggi, tapi Sandra terlihat fokus untuk bisa memenangkan ronde pertama tersebut.
"Sorry! You lost. Want to try again?" tanya mesin Simulasi permainan.
"Yes. Roboto, aku akan tetap berada di sini sampai memenangkan games ini, tak peduli sampai pukul berapa," pintanya garang.
"Baik," jawab Roboto menyiapkan Simulasi permainan lagi.
Kali ini, Sandra lebih sigap. Ia terlihat siap untuk memenangkan ronde pertama tersebut di mana ia mulai menyadari satu stategi untuk mengalahkan para pembalap dari komputer.
Ia harus lebih cepat, lebih gesit dan menghindari tabrakan agar poin yang telah terkumpul tak hilang.
"Are you ready?" tanya mesin Simulasi.
"Yes," jawabnya mantab.
Sandra kembali melaju kencang dan kali ini ia lebih yakin dalam mengambil keputusan. Ia sudah hafal dengan rute dari jalanan yang harus ia tempuh, di mana letak tikungan tajam biasanya ia gagal karena menabrak. Kini, ia telah siap dengan mengurangi tekanan gas sebelum berbelok.
Jantung Sandra berdebar ketika mendapati tikungan tajam itu bahkan kakinya sampai turun seakan ia memijak jalanan aspal tersebut, tapi usahanya berhasil saat ia melakukannya bersamaan dengan membelokkan kemudi motornya.
Ternyata, gerakan apik dari Sandra membuat beberapa para pengunjung tertarik. Sandra membungkukkan tubuhnya saat melaju kencang dan mengikuti gerakan motor saat berbelok.
Para penonton yang melihat rute perjalanan Sandra di layar monitor ruang simulasi dari wahana bermain itu sampai melongo dan ikut tegang, seakan mereka yang sedang berkendara.
Hingga akhirnya, Sandra berhasil masuk ke posisi 3 setelah berhasil menyalip para pembalap komputer.
Ia bisa merasakan tangannya sampai berkeringat dingin dan perutnya mendadak lapar. Namun, Sandra tetap fokus karena garis finis tinggal di depan mata.
"Sedikit lagi, lebih kencang, lebih kencang, Sandra!" pekiknya pada dirinya sendiri memotivasi.
NGENGGG!!
"Yes! You win and get first place! Congratulation!" seru mesin Simulator yang mendendangkan sebuah lagu lawas 'We are a champions dari Queens'. Senyum Sandra merekah dan beberapa orang mengagumi kemampuan wanita cantik itu karena berhasil lolos di babak pertama.
"Anda siap di babak kedua?" tanya mesin Simulator.
"Yes, I'm ready," jawabnya dengan senyuman.
Kali ini, Sandra mengemudikan sebuah motor type trail. Sandra mengikuti instruksi komputer saat diperkenalkan beberapa bagian yang akan dipergunakannya untuk mengendalikan laju motor.
"Oke, ini hampir sama dengan motor sport tadi. Aku rasa, aku bisa mengatasinya," ucapnya terlihat gugup.
Roboto kembali menekan tombol 'Start'. Kali ini, medan yang ia tempuh lebih membahayakan. Sandra menyamakan dengan wilayah yang selalu menjadi pemandangannya karena mirip dengan lokasi pertambangan batu mulia.
Sandara terlihat begitu berhati-hati dalam berbelok, menambah kecepatan saat mendaki dan menuruni jalanan terjal yang licin.
Hingga tiba-tiba ia bertemu jalanan yang penuh dengan kerikil, dan ....
BRUKK!!
"Agh!"
Sandra terlempar dari motornya seakan ia sungguh berada di sana. Orang-orang yang berada tempat tersebut terkejut karena Sandra memegangi lengannya yang seperti cedera karena menghantam lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Wati_esha
Sakit juga ya, tangannya?
2023-11-24
0
Wati_esha
😲😲😲👏👏👏👏👏👏👏👏👏
2023-11-24
0
Dewi
Mungkin orang yang hidup jauh di masa depan nanti akan menanyakan hal yang sama seputar kendaraan yang dipakai di era ini. Paradoks
2022-12-02
1