ILUSTRASI
SOURCE : GOOGLE
------ back to Story :
Sorak-sorai kegembiraan para pendukung kubu Presiden Roman begitu riuh terdengar di Colosseum.
Mereka juga mengelu-elukan kemampuan B-One serta User yang mengendalikannya. Colosseum Blue membungkuk hormat sebagai tanda terima kasih.
Robot tersebut kembali ke dalam pintu gerbang tempat ia di tempatkan. Bangkai dari mutan tersebut diangkut oleh robot pembersih arena untuk selanjutnya dibakar.
Wakil Presiden Lala sebagai pembawa acara pada pertandingan hari itu terlihat tegang. Wanita berambut putih panjang tersebut sudah memiliki hasil keputusan dari Dewan Pengadilan.
Suasana riuh berubah hening seketika, saat Wakil Presiden Lala mengangkat kedua tangannya ke atas dengan wajah datar.
"Aku ucapkan terima kasih kepada seluruh warga Great Ruler yang telah memeriahkan Adu Tanding pada hari ini. Hanya saja, ini bukan pertandingan persahabatan, melainkan sebuah hukuman. Dengan ini, Dewan Pengadilan mengumumkan hasil dari kesepakatan antara kedua belah pihak. The Great Ruler, akan–"
BLUARRR!!
Pidato Wakil Presiden Lala terhenti, karena suara ledakan dahsyat sampai menggetarkan tempat mereka berada di Colosseum. Orang-orang panik dan saling memandang. Mereka terlihat bingung dengan apa yang terjadi.
Tiba-tiba, "AAKKKKK!!!"
Suara lengkingan seperti burung gagak terdengar memekakkan telinga. Layar pada monitor yang terpampang di dinding Colosseum berganti dengan tampilan Distrik 5 yang mengalami penyerangan.
Mata semua orang terbelalak, dan ketakutan menyelimuti Great Ruler.
Para mutan yang dikurung oleh Presiden Morlan terlepas. Mereka menyerang para robot yang menjaga Distrik 5 dari segala jenis ancaman.
Di saat yang sama, ketika para penjaga keamanan mulai bergerak ke ruang Simulasi untuk menghentikan serangan tersebut, Presiden Morlan mengambil kesempatan untuk meloloskan diri.
"Aku akan kembali untuk mengambil Great Ruler! Tanah ini, dan seluruh isinya adalah milikku! Kekuasaanmu tak akan bertahan lama, Roman! Kalian semua akan binasa di tanganku! Hahahahaha!" tawa Morlan lantang, saat para mutan miliknya menerobos dinding Colosseum dan masuk ke arena.
Para penonton histeris dan ketakutan. Mata Roman terbelalak, dan sang Presiden berlari ke arah Lala–isteri–untuk menyelamatkannya dari para mutan yang ingin menyerangnya.
Beruntung, dinding arena cukup tinggi sehingga para mutan tak bisa naik ke atas.
Drone yang berada di sekitar dinding Colosseum mulai menembakkan senjata untuk membunuh para mutan.
Morlan dan timnya berhasil melarikan diri atas bantuan dari para penjaga yang melakukan pemberontakan.
Suasana kacau-balau. Alarm berbunyi nyaring di seluruh Distrik dan meminta kepada para warga agar tak keluar dari kediaman mereka.
Bahkan, Apartemen tempat tinggal Eliz dan Sandra, langsung tertutup pada bagian luar dengan pelindung lapis baja. Suasana gelap seketika di dalam gedung hunian para warga Great Ruler.
PIP!
Sandra dan Eliz yang ketakutan di dalam ruang tengah kembali bernafas lega, saat lampu penerangan di rumah susun itu kembali menyala terang.
Layar televisi menayangkan wajah Presiden Roman yang meminta semua warganya untuk tetap tenang sampai kerusuhan berhasil diatasi.
"Ya, Tuhan. Bagaimana dengan nasib Tony, Sandra? Tony ada di Colosseum! Para mutan itu berada di sana!" tangis Eliz menderu, tak bisa menutupi kekhawatirannya.
Sandra berusaha menenangkan sahabat karibnya itu. Meski mereka sudah dilindungi oleh baja tebal yang melapisi bangunan tinggi tersebut, tapi suara ledakan dan tanah berguncang begitu hebat terasa. Ketakutan kembali melanda hati semua warga Great Ruler.
Cukup lama kekacauan itu terjadi, meski mereka tak tahu keadaan di luar sana seperti apa, tapi waktu sudah menunjukkan pukul 3 siang.
Eliz tak bisa berhenti berdoa dan berharap, agar Tony baik-baik saja. Hingga akhirnya, wajah Wakil Presiden Lala muncul di layar televisi dan membuat perasaan cemas seakan sirna.
"Nasib baik untuk kita semua. Diharapkan kepada seluruh warga The Great Ruler agar tak meninggalkan rumah," ucapnya dengan senyum terkembang. "Pelindung gedung akan di non-aktifkan. Namun, semua pintu masuk dan keluar dari gedung tetap terkunci, sampai proses pembersihan selesai."
Sandra dan Eliz bernafas lega. Silau dari cahaya matahari mulai tampak setelah baja pelindung di jendela rumah itu terbuka.
Sandra mendatangi jendela dan melihat, langit siang hari dari Pertambangan Batu Mulia di hadapannya seperti tak terkena dampak dari penyerangan.
Kecemasan Sandra lenyap, karena para mutan tak berhasil menerbos ke Distrik pemukiman warga.
"Sandra! Cepat kemari! Hasil keputusan Dewan Pengadilan akan dibacakan!" panggil Eliz lantang dari tempatnya dengan antusias.
Sandra kembali ke ruang keluarga dan duduk di sebelah kawan karibnya itu. Dua perempuan cantik terlihat gelisah, menunggu pembacaan keputusan oleh Wakil Presiden Lala, di mana Presiden Morlan dan timnya, ternyata sudah berada di luar gerbang The Great Ruler dengan robot Level D mengarahkan moncong senjata ke orang-orang tersebut.
"Keputusan Dewan Pengadilan dan disetujui oleh 70% dari warga The Great Ruler. Dengan ini menyatakan, jabatan Morlan Corza dan seluruh tim dari Divisi Sains Biologi-Evolusi dicabut! Ancaman yang dilakukan saat serangan terjadi, menyembunyikan hasil ciptaan dari Dewan Tertinggi dan dinyatakan ilegal, serta pembantaian kepada sipil yang bermukim di Great Ruler, dengan ini memutuskan, pengusiran tidak terhormat kepada orang-orang yang disebutkan! Kalian dianggap bukan penduduk The Great Ruler lagi! Keputusan ini mutlak dan disahkan oleh Pejabat Pemerintah The Great Ruler!" seru Wakil Presiden Lala dari depan pintu gerbang terluar negara super power tersebut.
Nafas Morlan menderu. Kedua tangan orang-orang itu diborgol. Mereka terlihat begitu marah, dan wajah kebencian tampak jelas di raut para ilmuwan Biologi itu.
"Seperti yang kukatakan tadi. Aku akan datang dan merebut tempat ini lagi. Pengusiranku hanya sebuah awal. Semua akan kuakhiri, dengan kembalinya diriku sebagai penguasa tunggal," ucapnya bengis penuh penekanan.
Wakil Presiden Lala yang didampingi oleh Roman dan Dewan tertinggi di Great Ruler menyaksikan kepergian orang-orang itu yang berjalan meninggalkan rumah mereka–dulunya.
Meski demikian, terlihat jelas kesedihan dari wajah orang-orang yang ditinggalkan, terlebih para keluarga orang-orang yang tergabung dalam kubu Presiden Morlan.
Roman menatap kepergian saudara kembarnya dengan wajah sendu dan terlihat begitu berusaha untuk tak meneteskan air mata.
Matteo Corza–putera tunggal Presiden Morlan–juga terlihat begitu sedih karena kepergian sang ayah dari sisinya, meski pria itu menjanjikan akan kembali untuk menuntut balas.
"Kau kembali bukan untukku, Ayah. Kau kembali untuk berkuasa. Kau tak berubah. Kaulah mutan sebenarnya selama ini, bukan makhluk-makhluk mengerikan itu," ucap Matteo kepada sang ayah saat Morlan dan timnya tertangkap oleh pasukannya, ketika hendak melarikan diri melalui Gerbang Kermogal Distrik 5.
Sayangnya, Morlan tak berkata apapun, dan hanya memandangi robot B-One yang berdiri tegap di hadapannya dengan wajah tanpa ekspresi.
Matteo begitu sedih. Sang ayah terlihat tak peduli padanya, bahkan di saat terakhir, ketika mereka masih bisa berbicara.
***
jangan lupa dukungannya ya~ like dan komen😍 lele padamu💋💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Wati_esha
Tq update nya.
2023-11-22
1
Wati_esha
Ambisinya yang begitu besar untuk berkuasa menghilangkan hubungan darah yang kental.
2023-11-22
1
Wati_esha
Itu artinya keadaan sudah berhasil diatasi oleh Great Ruler.
2023-11-22
0