Eliz memekik dan mengejutkan semua orang yang berada di ruang marketing tersebut. Namun, kehebohannya digantikan dengan siaran langsung yang menayangkan dari Pengadilan Great Ruler.
Mata semua orang teralih. Tayangan tersebut memperlihatkan jalannya persidangan dengan terdakwa Presiden Morlan atas kasus penyerangan serigala mutan ciptaannya ketika serangan terjadi oleh Russ-King beberapa waktu lalu.
Mata Sandra melebar. Ia memutar bangkunya dengan jantung berdebar kencang. Pandangannya terkunci pada sosok Presiden Morlan yang memasang wajah bengis.
Pria itu didudukkan pada sebuah kursi besi dengan sebuah kalung membelenggu leher, pergelangan tangan, dan kaki dari besi berwarna hitam tersebut.
Terdakwa lainnya memakai pakaian serupa yakni berwarna merah, sebagai tanda jika mereka termasuk dalam kategori pelaku kejahatan kelas berat.
Seketika, seluruh warga Great Ruler seakan mematung. Mereka menghentikan aktivitas karena tayangan yang akan menentukan nasib dari salah satu Presiden mereka.
"Presiden Morlan. Para saksi, bukti, dan pengakuan Anda sudah diselidiki oleh tim Pengadilan Great Ruler. Dan kini, saatnya untuk penentuan," ucap Juri Pengadilan membacakan rumusan dari kesimpulan hasil putusan Dewan Pengadilan Tertinggi—Jaksa Helium.
Semua orang tegang seketika. Pria yang ditunjuk sebagai perwakilan para Juri itu duduk di bangku terdepan seorang diri, di mana Pengadilan Great Ruler tak seperti jenis persidangan yang diberlakukan oleh beberapa negara lebih dari seabad yang lalu.
Para cendikiawan hukum generasi baru, merasa hukum yang diterapkan oleh manusia terdahulu bertele-tele dan menyebabkan runtuhnya kepercayaan akan kinerja penegak hukum.
The Great Ruler memiliki hukumnya sendiri dan berbeda dengan negara bertahan lainnya. Semua orang menyimak dengan serius.
Napas Presiden Morlan menderu. Para ilmuwan dan petugas yang terlibat terciptanya mutan tersebut dikumpulkan hingga memadati ruang tahanan persidangan.
"Anda dan seluruh tim yang terlibat, dinyatakan bersalah!"
DOK! DOK! DOK!
Ketukan palu besi santer terdengar. Semua orang tertegun. Mereka kini penasaran dengan keputusan Pengadilan dengan hukuman yang akan diberikan kepada Presiden Morlan. Wajah semua orang tegang menunggu keputusan.
"Hukuman Anda dan seluruh orang yang terlibat adalah ...," ucap Jaksa Helium menggantung seraya melihat layar yang kini menjadi alas mejanya. "Pengasingan."
DOK! DOK! DOK!
"Aku menciptakan makhluk itu untuk melindungi Great Ruler! Kalian tidak buta! Kalian semua melihat jika usahaku berhasil! Para penyerang itu gagal menerobos lebih jauh dan pulang dengan kekalahan. Jika mutanku tak dilepaskan, kalian semua sudah mati!" tegas Morlan membela diri karena tak diperlukan pengacara dalam persidangan ini.
"Sombong sekali! Mutanmu tak bisa dikendalikan seperti ucapanmu! Hewanmu itu membunuh semua prajurit yang seharusnya bertugas untuk menghalau musuh. Kau, tidak percaya pada kemampuan para User yang telah terlatih dan terpilih! Kau egois dan tak memikirkan dampak dari sisi kemanusiaan!" tegas Presiden Roman menentang saudaranya sendiri.
Napas dua pria itu memburu dan saling bertatapan tajam di bangku masing-masing.
Dalam persidangan Great Ruler, hanya diperbolehkan satu orang untuk melakukan pembelaan dari pihak terdakwa jika hal tersebut dilakukan secara berkelompok.
Lalu, satu orang yang lolos seleksi dari Pengadilan, diperbolehkan untuk menjatuhkan terdakwa dengan tuduhan-tuduhannya yang telah disertai bukti dan sejenisnya. Dalam hal ini, Morlan mewakili dari pihak terdakwa, sedang Roman, mewakili dari pihak penuntut.
Sebuah alat detektor kebohongan terpasang di leher terdakwa untuk membuktikan jika pembelaannya benar dan sesuai dengan kenyataan.
Jika alat tersebut mendapati terdakwa berbohong dengan pernyataannya, kejutan listrik akan menyetrum tubuh orang itu hingga pingsan tak sadarkan diri disertai suara alarm peringatan.
Persidangan berakhir dengan putusan orang tersebut bersalah dan dijatuhi hukuman sesuai pasal hukum Great Ruler.
Pengacara tak berlaku di negara ini. Pekerjaan seorang pengacara tak dibutuhkan di Great Ruler sejak diciptakannya alat tersebut.
"Adu tanding. Akan kubuktikan, jika mutanku, bisa dikendalikan dan sangat efektif untuk membunuh para musuh," tegas Presiden Morlan menantang.
Semua pendengar tertegun. Mereka tak menyangka jika adu tanding akan dilakukan sebagai bentuk pembelaan dan pembuktian dari pihak terdakwa.
"Oke. Adu tanding kuterima. Colosseum. Kita akan bertanding di sana," jawab Roman tegas.
Presiden Morlan dan Roman menatap para Dewan Juri. Kesepuluh orang itu berkumpul dan bersiap melakukan vote untuk mengambil keputusan.
Sandra terlihat begitu gugup seakan dia yang berada di Pengadilan tersebut. Matanya tak lepas dari monitor besar yang terpampang jelas menayangkan jalannya persidangan hari itu.
Hingga akhirnya, vote dilakukan dan keputusan telah dibuat. Jaksa Helium siap untuk membacakan hasil hitungan yang dilakukan secara komputerisasi tersebut.
Eliz menyenggol lengan Sandra saat wajah Tony dan Komandan Akira terlihat di layar. Sandra makin gugup karena dua orang yang dikenalnya ikut terlibat dalam pemilihan suara.
"Hasil putusan Dewan Pengadilan. Vote dilakukan oleh 250 orang yang tergabung dari 10 Distrik, 10 Lapisan Divisi Kerja, dan 10 Golongan di Great Ruler sebagai perwakilan dari pemimpin masing-masing wilayah. Dengan ini memutuskan, Adu Tanding diizinkan."
DOK! DOK! DOK!
Para terdakwa terlihat gembira karena mereka masih mendapatkan kesempatan untuk bebas dari hukuman. Pertandingan untuk menentukan nasib Presiden Morlan dan timnya ditentukan esok hari di Colosseum.
Eliz mendadak mengurungkan niat untuk memiliki sebuah usaha. Hatinya tak tenang ketika Tony mengajukan diri sebagai pengendali dari robot Level B generasi terbaru ciptaan Presiden Roman untuk melawan mutan ciptaan Presiden Morlan.
"Tony sudah gila! Benar-benar membuatku sakit kepala!" gerutunya sembari meninggalkan gedung tersebut dan keluar begitu saja.
Sandra ikut cemas. Ia khawatir jika Tony terluka parah bahkan mungkin bisa merenggut nyawanya seperti mendiang suaminya—Rey.
Sandra dan Eliz meninggalkan Distrik 1 dengan tergesa. Keduanya langsung menuju stasiun dan bergegas kembali ke Distrik 7 tempat tinggal mereka.
Sore itu, mereka tiba di apartemen. Sandra menemani Eliz pulang ke rumahnya karena mencemaskan keadaan mental kawannya.
"Hah, dia belum pulang, Sandra. Tony belum kembali," ucapnya terengah dan semakin panik karena Tony tak menjawab panggilan teleponnya sejak namanya masuk dalam kandidat perwakilan kubu Presiden Roman.
"Tenanglah, Eliz. Aku yakin jika Tony akan baik-baik saja. Dia pasti—"
"Tony!" seru Eliz ketika kakak lelakinya muncul dari pintu utama dengan Komandan Akira bersamanya.
"Wow! Kau kenapa? Ah, i see. Pasti kau ditolak untuk membuka usaha di Distrik 1 lalu kau merengek padaku. Hempf, sudah kubilang, kau itu—"
"Diam! Kenapa harus kau? Bagaimana jika kau bernasib seperti Rey? Hanya kau keluarga yang kumiliki selain Sandra. Kau jahat sekali," ucapnya sedih dan air matanya langsung membanjiri wajah cantiknya.
"Kau menyumpahiku mati atau bagaimana? Oh, mungkin karena ini, aku digantikan. Doamu sungguh mujarab," keluh Tony seraya menepuk punggung adik perempuannya dengan malas.
"Ha? Apa yang kaukatakan?" tanya Eliz sembari melepaskan pelukan dan tangisannya berhenti seketika.
Sandra memberikan tisu kepada sahabat karibnya yang mulai bisa menahan tangisannya setelah mendengar jawaban cukup melegakan dari Tony, meskipun keduanya penasaran.
"Kalian tahu Colosseum?" tanya Komandan Akira menatap dua perempuan cantik di depannya.
"Ya. Sta-dion besar ya-ng diperuntukkan sebagai ajang per-tunjukkan keahlian di Great Ruler," jawab Eliz tersedu sembari menghapus air matanya.
"Ya, itu benar, tapi maksudku ... Colosseum, penguasa di Distrik 2, Sentra Video Games. Hem, dia yang akan maju bertanding besok melawan mutan tersebut," jawab Komandan Akira tenang, tapi membuat dua gadis itu melotot seketika.
"Woah! Benarkah? Aku sampai sekarang tak pernah tahu sosok dari pria yang disebut-sebut 'Malaikat Langit' itu. Katanya ... dia sangat tampan. Matanya indah dan sebiru lautan," sahut Eliz cepat.
"Dan, playboy. Hem, jangan lupakan itu. Entah apa yang menggerakkannya, tapi kabar angin mengatakan jika Colosseum sangat membenci Presiden Morlan. Katanya juga, mereka masih memiliki hubungan keluarga. Rumor mengatakan, Morlan penyebab tewasnya ibu Colosseum," sahut Tony berbisik.
Kening Sandra berkerut. Ia tak pernah tahu gosip di luar sana. Wanita pirang itu merasa jika ia seperti orang yang dikurung, padahal ia hidup bebas di Great Ruler.
Aku yang mengurung diriku sendiri selama ini. Aku sampai tak tahu kabar apa pun dan perkembangan industri di Great Ruler. Kau menyia-nyiakan hidupmu, Sandra, batin wanita cantik berambut pirang itu menyalahkan diri sendiri.
"Sandra? Kau tidak apa?" tanya Eliz yang mengaburkan lamunannya.
"Ya. Aku hanya penasaran, seperti apa adu tanding itu. Ini ... baru pertama kali terjadi, bukan?" jawab Sandra, dan orang-orang itu mengangguk membenarkan.
***
gini nih kalo ngetik pake hp. mau ngetik banyak tangan udh Tremor duluan. semoga web mt segera pulih. sedih akuh😩
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Wati_esha
Terlalu larut dalam duka nestapa ya, Sandra. Untung masih unya Eluz dan Tony.
2023-11-22
0
Wati_esha
Ada sedikit amarah Tony atas tiadanya Rey sohibnya, dan gugurnya janin calon penerus keluarga Rey hingga ia mengajukan diri untuk melawan mutan.
2023-11-22
0
Nonoe Mooduto
Colosseum jodoh nya Sandra kali??
2021-11-10
0