ILUSTRASI
SOURCE : GOOGLE
-------- back to Story :
Malam itu, Sandra tak langsung pulang ke rumah. Tony mengajaknya makan malam, meskipun wanita cantik itu sudah menolaknya dengan halus, tapi kawan seperjuangan Rey—mendiang suami Sandra—bersikeras untuk mentraktirnya.
"Oke, kita sudah sampai," ucap Tony yang mengajak Sandra ke sebuah rumah makan mewah yang berada di Distrik 1.
Mulut Sandra menganga, Sudah lama sekali ia tak mengunjungi restoran sejak ia merayakan ulang tahun pernikahannya yang pertama dengan Rey dulu.
"Pa-pakaianku tak pantas, Tony."
Sandra terlihat enggan untuk keluar dari mobil karena ia hanya memakai blouse berwarna putih dengan lengan sampai ke siku, celana jeans, dan sepatu boots setinggi mata kakinya. Sandra merasa tak pantas untuk masuk ke rumah makan kelas elite tersebut.
"Jangan khawatir. Aku sudah memesan tempat yang cocok dengan penampilan kita malam ini. Kau tak lihat? Aku saja memakai seragam," jawabnya santai di samping pintu tempat Sandra duduk.
Wanita berambut pirang itu melangkahkan kaki kirinya dengan ragu. Tony menarik pergelangan tangan Sandra untuk menaiki tangga menuju pintu utama sebuah bangunan yang memiliki banyak lampu bercahaya putih seperti bintang yang bersinar terang di permukaan.
"Selamat datang ke White Star. Silakan verifikasi diri Anda untuk mengecek reservasi," ucap robot resepsionis yang tubuhnya ditopang oleh sebuah besi dari atap ruangan tersebut seperti laba-laba.
Tony memberikan pergelangan tangan yang tercetak barcode. Robot tersebut berbentuk persegi panjang menyamping, memiliki dua lengan, sepuluh jari, dan tanpa kaki.
Mata, telinga, dan mulutnya muncul di layar yang menjadi tubuhnya itu. Suara seorang wanita terdengar ramah, meski telah diubah dengan pita suara robot.
Pergelangan tangan Tony di-scan oleh salah telunjuk kanan dari jari robot berwarna putih tersebut. Dan seketika, nama Tony berikut identitasnya muncul pada wajah robot tersebut.
"Oh! Selamat datang, Captain Tony. Reservasi Anda telah disiapkan. Selamat menikmati makan malam special Anda di White Star," ucap robot itu ramah, dan layar yang menampilkan identitas Tony berubah dengan wajah digital dengan senyuman robot.
Lantai tempat Tony berpijak berwarna putih seketika. Sebuah garis warna emas muncul di bawah kaki Tony seperti memberikan petunjuk ke mana ia harus pergi. Cahaya itu menyala terang bagaikan aliran air.
Sandra terlihat kagum karena ia tak pernah melihat hal seperti itu sebelumnya. Tony mengajak Sandra untuk mengikuti garis cahaya lampu emas tersebut. Cahaya itu membawanya menaiki tangga.
Pada akhirnya, mereka tiba di sebuah balkon yang ditumbuhi oleh bunga-bunga mawar berwarna merah sedang mekar dengan indahnya.
Sandra tampak takjub karena tempat itu begitu indah. Lilin yang terbuat dari sebuah tiruan, menyalakan dengan api tak pernah padam. Api tersebut adalah sebuah lampu dengan cahaya yang bergerak menirukan kobaran api kecil.
Senyum Sandra merekah, ia tak menyangka bisa merasakan Candle Right Dinner setelah beberapa tahun lamanya.
Kesan makan malam romantis seperti ini ia rasakan ketika Rey melamarnya dulu, tapi bukan di sebuah restaurant mewah, melainkan di rumah susunnya dan Rey mempersiapkannya sendiri.
Tony menarik sebuah kursi untuk teman makan malamnya seperti cara kuno. Sandra tahu jika Tony menyukai gaya klasik padahal mereka hidup di zaman modern dan hampir semuanya serba otomatis.
"Bagaimana, tak buruk 'kan? Di atas sini sepi. Aku meminta lokasi yang jauh dari orang-orang berpakaian mewah. Karena jujur, Sandra, aku tak memiliki setelan ekslusif seperti itu," ucapnya berbisik dengan kedua tangan ia letakkan di atas meja.
Sandra terkekeh. Ia tak menyangka jika Tony jujur dengan hal yang baginya tak perlu untuk diutarakan. Namun, ia jadi berpikiran serupa.
"Aku juga sama. Aku tak memiliki gaun mahal untuk kukenakan. Kalaupun kau mengantarku pulang dan memintaku berganti pakaian, aku tetap akan berdandan seperti ini," jawab Sandra berbisik.
Dua orang itu terkekeh. Mereka merasa seperti gembel di lingkungan orang-orang berkelas Great Ruler.
Hingga akhirnya, beberapa robot pramusaji muncul sembari membawa nampan berisi banyak makanan yang ditutup dengan sebuah besi mengkilat berbentuk tempurung dan memiliki ukiran bunga mawar indah menghiasinya.
Piring sajian tertutup itu diletakkan di atas meja berikut wine yang dituangkan ke gelas crystal oleh salah satu robot yang memiliki dua tangan dan jemari. Sandra tersenyum dan berterima kasih.
Robot-robot pramusaji setinggi dada manusia dewasa yang memiliki tangan seperti papan dan kaki dua buah roda, bertubuh persegi panjang berwarna putih dengan wajah berupa layar monitor berbentuk bulat, pergi meninggalkan tempat Sandra dan Tony menikmati makan malam.
"Yah, setidaknya, dengan makan-makanan ini, aku sudah menunaikan tugasku," ucap Tony dengan embusan napas seraya membuka penutup hidangan di depannya.
"Tugasmu?" tanya Sandra bingung dengan kening berkerut.
"Ya. Aku pernah bertaruh pada Rey sebelumnya. Jangan marah, ini ... taruhan yang dilakukan saat kami masih lajang dulu," jawabnya terlihat kagum akan lobster besar di piringnya, Sandra ikut terkejut.
"Oke, aku tak marah, aku penasaran. Ceritakan," pintanya ikut membuka penutup sajian dan mendapati menu yang sama meski tampilan lobster miliknya dan Tony berbeda.
Dua manusia itu terlihat tak sabar untuk menyantap lobster yang cangkangnya sudah dipatahkan dan terlihat daging lembut pada retakannya.
Dengan sigap, Tony mengambil sebuah sumpit dan mengambil daging putih di balik lapisan kulit kemerahan lobster sembari menelan ludah.
"Sandra, maaf, tapi bisakah ceritanya kutunda? Peperangan hebat sudah terjadi di perutku," pintanya memelas.
Sandra terkekeh dan mengangguk. Entah kenapa, ia tak canggung saat bersama Tony. Ia merasa Tony selalu bisa menghiburnya dengan sikapnya yang santai dalam mengungkap sesuatu.
Sandra juga tak sanggup menahan godaan dari hidangan penggugah selera itu. Bentuk lobster miliknya dibuat seperti sebuah gapura kokoh. Hal itu membuatnya teringat akan pintu masuk Distrik 2-Sentra Video Games.
Sandra dan Tony menyantap makan malam mereka dengan penuh pujian tiap mulut mereka disuapi oleh rasa lezat dari daging hewan air tersebut.
Keduanya fokus menikmati udang besar itu. Sandra dan Tony bahkan tak sungkan menggunakan tangan ketika memotek cangkang lobster dengan kedua tangan, meski terlihat malu jika ada orang yang melihat.
"Pilihanmu tepat meminta tempat ini, Tony. Aku seperti kanibal," ucapnya sembari mengangkat kepala lobster di kedua tangan.
Tony tertawa dan tak berkomentar. Ia melanjutkan makan hingga hidangan itu hanya tersisa cangkang saja, termasuk Sandra.
Keduanya terlihat begitu puas dan hanya bisa tertawa ketika melihat perilaku mereka seperti manusia yang tak pernah makan enak.
"Oh, aku hamil, Tony. Perutku buncit," ucap Sandra menunjuk perutnya dan Tony terkekeh.
Tony menatap Sandra saksama saat wanita cantik itu meneguk wine dan tingkahnya seperti orang mabuk.
"Oke, kita pulang, sudah malam," ajaknya sembari meraih tangan Sandra yang diletakkan di atas meja.
Sandra mengangguk meski terlihat ia seperti orang linglung. Tony merangkul pinggangnya dan Sandra tersenyum. Tony langsung membawa Sandra masuk ke mobil dan mendudukkan di bangku sebelah ia mengemudi.
Tagihan makan malam langsung didebet otomatis ke rekening saat Tony melakukan reservasi. Semua pembayaran sudah dilakukan di awal, tapi tak semua restaurant menerapkan sistem pembayaran seperti ini. White Star adalah salah satu restaurant mewah bintang 5 dan refund tak berlaku di sini.
Tony langsung membawa Sandra kembali ke apartment. Ia menggunakan barcode di pergelangan tangan wanita cantik itu untuk membuka pintu. Asisten Rey segera mempersilakan majikan dan tamunya masuk ke dalam.
Semua lampu di ruangan menyala terang. Tony memapah Sandra ke kamar dan membaringkannya. Tony terlihat lelah dan duduk di samping ranjang sembari mengusap keringat menggunakan tisu yang tersedia di atas meja samping ranjang.
"Terima kasih makan malamnya, Tony. Good nite," ucap Sandra mabuk dengan mata terpejam dan senyum manis di akhir kalimat.
Tony tersenyum. Ia memandangi Sandra yang memejamkan mata dengan senyuman. Perlahan, Tony mendekatkan wajahnya dan terlihat ragu saat akan mencium kening wanita cantik itu.
Tiba-tiba, Tony langsung beranjak dan berdiri seperti menyadari sikapnya. Ia mengusap mulutnya seperti menyadari sesuatu. Ia segera keluar dari kamar dan pergi meninggalkan rumah Sandra.
Tony bergegas kembali ke rumahnya dan terlihat, Eliz memasang wajah masam menyambut kepulangannya.
"Kau sudah jelek, jangan buat tambah jelek," tegas Tony sembari melepaskan pakaiannya satu persatu.
Robot laundry datang menghampiri dan membuka perutnya yang berbentuk lingkaran seperti pintu mesin cuci.
"Kau dari mana? Aku meneleponmu berulang kali dan tak kauangkat," gerutu Eliz memasang wajah bengis.
"Aku hanya berjalan-jalan. Memang tidak boleh?" jawabnya sewot sembari memasukkan pakaiannya ke dalam mulut robot tersebut. Namun, Eliz terlihat seperti tak percaya dan terus menatap kakaknya tajam penuh selidik. "Oke, oke. Aku menjemput Sandra. Aku mengajaknya makan malam. Puas?"
Mulut Eliz langsung menganga lebar. Tony yang hanya memakai ce*ana dalam itu berjalan melenggang menuju ke kamar mandi meninggalkan adiknya begitu saja.
"Wait, what? Kenapa? Jangan bilang kau berencana untuk menggantikan Rey," tanya Eliz memegang tangan kakaknya erat.
Tony menghentikan langkah dan menoleh ke arah Adik perempuannya dengan tatapan aneh. "Apa kau ingin aku menikahinya?" Eliz menggeleng cepat. "Hem, bagus, karena aku juga tak ada rencana demikian. Aku menganggap Sandra seperti kau, Adik perempuan. Jadi, lepaskan tanganmu atau kau ingin menggosok punggungku?"
Eliz mendesis dan segera melepaskan cengkeramannya. Tony tersenyum lebar dan kembali berjalan sambil melenggang.
Eliz kesal dan menendang pantat Tony kuat. Praktis, Tony langsung membalik tubuh dan menunjuknya dengan wajah garang. Eliz langsung kabur menyelamatkan diri.
"Eh, hei, wait!" panggil Tony dan segera, Eliz mengerem kedua kakinya. Wanita cantik itu menoleh dengan wajah lugu.
"Aku meminta Sandra untuk menemanimu mencari lokasi untuk usaha rumah makanmu nanti. Aku sudah menyogoknya dengan makan malam mewah. Jadi, pastikan uang yang kukeluarkan nanti pantas dengan usaha makanan cepat sajimu itu!" tegas Tony menunjuknya dan Eliz melompat riang.
Tony mengembuskan napas pelan dan kembali berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Eliz terlihat begitu gembira dan tak sabar menunggu hari esok untuk mewujudkan mimpinya untuk memiliki usaha rumah makan.
***
jangan lupa komen dan likenya ya. makasih😍 lele padamu~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Wati_esha
Eliz ... tak mau Sandra jadi iparnya?
2023-11-22
0
Wati_esha
Ciyusss kok pakai pegang pinggang segala?! 🤔🤔🤔
2023-11-22
0
Wati_esha
Sandra lupa menagih cerita taruhan Rey dan Tony saat masih lajang.
2023-11-22
0