Bab 7

Melihat Kanaya yang sesegukan malah membuat Alano gemas ingin gigit pipi chuby itu.

"Apa kamu pernah dibawa oleh mereka?" tanya Alano pelan.

"Kanaya mengangguk," Waktu itu mereka datang di restoran tempat Aku kerja, kebetulan Aku yang melayani mereka, mereka terus menatap Ku entah apa maksudnya membuat Aku risih, mereka beberapa kali memanggil Ku dengan alasan yang tidak jelas meski pun heran tetapi Aku dengan sabar melayani mereka karena Aku tidak mau dipecat."

"Terus?" tanya Alano.

"Tuan bisakah Aku ke kamar mandi sebentar? Aku ingin membuang ingus," sahut Kanaya dengan muka merah dan mata bengkaknya.

Melihat muka Kanaya yang seperti itu, Ingin sekali Alano tertawa karena lucu, Tapi dia tahan dan mengambil tisu di samping lalu melipatnya setelah itu menjepit hidung Kanaya dengan tangannya di alas tisu yang agak tebal.

"Tidak perlu ke kamar mandi, begini saja, ayo keluarkan ingusmu," perintah Alano.

"Tapi Tu-" ucapan Kanaya berhenti karena Alano memencet hidungnya lumayan kuat.

Setelah beberapa menit, Akhirnya Kanaya bisa lega dan bisa bernafas normal karena ingusnya sudah di keluarkan.

"Sudah lega?" tanya Alano.

"Kanaya mengangguk," Terima kasih Tuan."

"Alano ikut menggangguk," Lanjutkan cerita Mu, Aku janji akan membereskan masalah Mu ini."

"Tuan, bisakah Aku turun? Aku duduk di sofa saja ini terlalu intim," sahut Kanaya.

"Tidak perlu duduk di sini saja ayo ceritakan setelah itu Aku akan membereskan masalah Mu," desak Alano sambil membawa tangan Kanaya melingkar di lehernya.

"Kanaya mengangguk saja, sambil terisak Kanaya mulai menceritakan semuanya," Saat Aku pulang kerja, Aku melihat mereka duduk di parkiran yang sialnya motor Aku di duduki oleh salah satu dari mereka, Aku mendekat, Aku meminta motor Ku yang diduduki teman mereka, tapi tanpa Aku sadar ternyata ada orang dari belakang membius Ku membuat Aku pinsan. saat Aku bangun tanpa sengaja Aku mendengar pembicaraan seorang wanita dan seorang pria jika Aku sudah di beli dengan harga mahal oleh seorang bos besar."

Kanaya berhenti sejenak lalu menghela nafas panjang berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Tenanglah, maafkan Aku jika memaksa Mu untuk cerita, tapi Aku sangat membutuhkan cerita dari Mu karena Aku ingin mengurus masalah ini agar Kamu aman dan bebas nanti, Kamu mau kan cerita lagi? Jangan ada yang Kamu sembunyikan Kanaya, karena itu akan membahayakan diri Mu sendiri," Jelas Alano dengan sabar agar Kanaya mengerti.

"Kanaya mengangguk setuju lalu menatap wajah Alano," Saat mereka semua keluar, Aku membuka mata dan melihat keliling, Aku yang tidak melihat cctv di ruangan itu lansung melompat dari jendela untuk kabur, untung saja mereka tidak mengambil hp dan tas Ku hingga Akhirnya Aku berhasil dan kembali ke kontrakan dengan ojek, sampai di kontakan Aku menelpon pak arif untuk resign kerena Aku takut jika mereka akan mencari Ku di restoran."

"Tunggu Kanaya, pak arif? Maksudmu menejer restoran cabang di jalan Xx itu?" tanya Alano.

"Iya Tuan, memangnya kenapa?" Tanya kanaya.

"Berarti, sebelumnya Kamu kerja di restoran yang di sana, lalu kenapa bisa kerja di restoran di dekat kantor pusat?" tanya Alano.

"Saat Aku tiba-tiba meminta resign dengan pak arif dia tanya alasan Aku resign lalu tanpa ragu Aku cerita apa yang terjadi pada pak arif, dan pak arif kasih saran agar Aku pindah ke restoran pusat dekat dengan kantor pusat pemilik restoran juga, katanya di situ Aku akan aman karena banyak pengawal yang berjaga," jelas Kanaya.

"Ooh begitu rupanya, Baiklah Aku janji akan membereskan masalah ini tetapi untuk sementara Kamu akan tinggal disini dulu sampai masalah itu beres, apa Kamu mau?" tanya Alano.

"Apa tidak merepotkan?" tanya Kanaya.

"Tidak," Jawab Alano.

"Kanaya tampak berpikir," Baiklah, tapi mereka tidak akan kesini lagi kan?"

"Tidak, Mereka tidak akan berani ke sini lagi," jawab Alano tegas.

"Kanaya menganggukan kepala," Baiklah."

Kruk kruk kruk

Kanaya reflek memegang perutnya yang berbunyi, Alano pun melihat perut Kanaya lalu menatap wajahnya.

"Kamu lapar?" tanya Alano.

Dengan malu-malu Kanaya menganggukan kepalanya tanpa sadar sembunyikan wajahnya pada pundak Alano dan memeluk leher pria itu," iya Tuan."

"Baiklah, Sekarang kita makan," ujar Alano lalu berdiri menahan senyum dengan kelakuan Kanaya sambil memeluk pinggang gadis itu agar tidak jatuh.

"eh eh Tuan Aku bisa jalan sendiri," pekik Kanaya kaki reflek melingkar di pinggang Alano agar tidak jatuh.

"Diamlah jangan bergerak jika tidak ingin jatuh," ujar Alano sambil melangkah menuju lift.

Sampai di dapur, Alano mendudukan Kanaya di kursi di dekat kursi miliknya.

"Tunggulah di sini sebentar, Aku panaskan makanan dulu," ucap Alano.

"Biar Aku aja Tuan," ujar Kanaya berdiri ingin membantu.

"Sudah tidak apa biar Aku saja," jawab Alano sambil menekan bahu Kanaya agar tetap duduk.

Dengan cekatan Alano segera panaskan makanan yang sudah tersedia di meja makan.

Setelah berapa menit, Semua makanan sudah siap di meja makan dan siap untuk di santap.

"Ayo, makanlah Kamu pasti sangat lapar," ucap Alano.

"Kanaya menganggukan kepala lalu mengambil piring dan mengisi segala jenis lauk yang ada di meja makan dan di berikan pada Alano," Tuan juga harus makan."

"Mata Alano melotot melihat piring makanya yang terlihat sangat penuh," Astaga Kanaya itu terlalu banyak."

"Makanlah Tuan ayo habiskan," ujar Kanaya.

"Tidak, Kita harus makan sepiring berdua ini terlalu banyak jika Aku makan sendiri," Ucap Alano dan mengambil piring dari tangan Kanaya lalu menggeser piring di depannya agar sedikit di tengah antara Dia dan Kanaya.

"Ayo makanlah," ajak Alano.

"Baiklah," Jawab Kanaya.

Mereka pun makan dengan nikmat, Saling suap sambil bercanda dan tertawa hingga tak terasa semua jenis makanan di atas meja makan habis tak tersisa.

"Astaga kenyaaang," Ucap Alano dan Kanaya barengan, lalu saling tatap dan kembali tertawa merasa lucu dengan tingkah mereka sendiri.

Setelah tawa mereka reda, Kanaya menumpuk piring di atas meja di bawa ke wastafel, lalu membersihkan meja makan sampai bersih.

Sementara Alano, tanpa jijik mencuci piring dan membersihkan sekitar wastafel sampai beres.

Setelah semua beres, Mereka saling tatap dan saling tos karena berhasil membereskan dapur lalu kembali ke kamar tidak lupa melakukan ritual sebelum tidur seperti cuci muka sikat gigi dan lainnya dan mereka sama-sama terlelap tanpa sadar tidur satu kasur bahkan berpelukan.

Tanpa Alano sadari ternyata ada tiga orang yang mengintip mereka berdua dari tadi siapa lagi jika bukan Arga, Dani, dan delon.

"Apa mereka sudah tidur?" tanya Dani.

"Sepertinya sudah," Jawab Delon.

"Kalau begitu Kita juga harus tidur," ucap Arga yang sangat mengantuk dari tadi melangkah menuju kamar miliknya.

Begitu pun dengan Dani dan Delon, Mereka masuk kamar masing-masing lalu terlelap.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!