#9 Di Permoni.

Wisanggra Kinangkin pun segera memahaminya, bahwa Nyi Wijih Arum melihat ada sesuatu yang dapat timbul jika dirinya tetap berada di pedukuhan godean ini.

Namun yg tidak terima akan keputusan dari Nyi Wijih Arum ini adalah Wenih Kemala, putri dari Nyi Wijih Arum sendiri.

Ia langsung keluar dari balik pintu itu dan mempertanyakan keputusan dari ibundanya tadi.

" Mengapa si mbok harus mengusir kakang Kinangkin?" tanya nya dengan mata berkaca-kaca.

" Hehh,"

Nyi Wijih Arum tersentak kaget melihat putrinya ini tiba-tiba saja muncul dengan mata yg berkaca-kaca.

" Si mbok terlalu kejam terhadap kakang Kinangkin, padahal ia telah mempertaruhkan nyawa nya demi keselamatan si mbok dan barang dagangan, kalau pada waktu itu tidak ada kakang Kinangkin, entah bagaimana dengan nasib si mbok!" ungkap gadis itu.

Ia tidak dapat menerima keputusan dari oran tuanya ini.

" Kemala, anakku yg cantik, dengarlah dahulu penjelasan si mbok mu ini!" sahut Nyi Wijih Arum.

Ia berusaha untuk menenangkan hati putrinya ini, sebab sebagai seorang ibu dan juga sesama perempuan,. tentu dirinya amat memahami apa yg di rasakan oleh putrinya ini.

" Tidak, Kemala tidak ingin mendengar penjelasan apa pun dari si mbok jika tetap akan mengusir kakang Kinangkin, titik !" jawab Wenih Kemala dengan kerasnya.

Tidak seperti biasanya putri dari Nyi Wijih Arum yg selalu nampak patuh dan sangat menurut terhadap semua ucapan dari orang tuanya itu,. tetapi tidak dengan sekarang, bahkan Nyi Wijih Arum sampai geleng geleng kepala di buatnya.

Hehh, kalau masalah hati ,.memang sulit untuk mengatasinya,. bahkan putri ku sendiri yg sejak kecil tidak pernah melawan terhadapku, kini berani terang -terangan menolak ku, berkata dalam hati Nyi Wijih Arum.

Ia berusaha menggapai tubuh putrinya itu dan langsung memeluknya.

" Si mbok akan menuruti semua permintaan mu itu, Kemala !" ucap Nyi Wijih Arum sambil membelai rambut panjang milik putrinya ini.

" Benarkah itu mbok ?" tanya Wenih Kemala sambil mengangkat wajahnya.

Dan terlihat anggukkan kepala dari Nyi Wijih Arum sebagai penanda mengiyakan permintaan permintaan dari putrinya ini.

" Terima kasih mbok !" ucap Wenih Kemala dan langsung menciumi wajah ibundanya.

Ia pun langsung berlari masuk ke dalam , dengan segudang perasaan senang.

Sebab pemuda yang bernama Wisanggra Kinangkin tetap akan berada di rumahnya.

Adalah Wisanggra Kinangkin lah yg kemudian mengatakan kepada Nyi Wijih Arum, bahwa dirinya lah yg harus segera meninggalkan pedukuhan Godean ini demi mencari tahu atas apa yg telah terjadi di dusun nya itu tempo hari.

" Jadi dirimu tetap akan meninggalkan godean ini Kinangkin,?" tanya Nyi Wijih Arum.

" Benar Bi, Kinangkin masih harus mencari tahu atas apa yg telah menimpa dusun Winanga,..jadi Kinangkin esok malam akan segera meninggalkan godean ini,!" sahut Wisanggra Kinangkin.

" Apakah dirimu tidak melihat dengan yg dilakukan oleh putri ku tadi,..Wenih Kemala tidak mengizinkan mu untuk pergi dari sini Kinangkin, bagaimana lah perasaan nya jika dirimu pergi!" ungkap Nyi Wijih Arum.

Kini perempuan itulah yg nampak kebingungan dengan keputusan yang di dengar nya dari pemuda itu.

Padahal tadi dengan keras sekali Wenih Kemala berusaha mempertahankan nya untuk tetap tinggal di godean ini.

" Bibi tidak usah khawatir,..nanti diriku sendiri lah yg akan menjelaskan nya kepada adi Kemala,!" ujar Wisanggra Kinangkin.

Setelah selesai berkata demikian, Wisanggra Kinangkin pun segera beranjak ke belakang menemui Wenih Kemala.

Pemuda ini memang sudah bertekad untuk meninggalkan godean dan akan menyelidiki orang yg bernama lurah prajurit Singorejo itu.

Sambil bersenda gurau dengan Wenih Kemala, putra arya Rangkana ini menyampaikan maksud nya kepada putri Nyi Wijih Arum ini.

" Jadi esok malam kakang akan meninggalkan godean ini ?" tanya Wenih Kemala kaget bukan kepalang.

" Benar adi Kemala, akan tetapi kakang tidak akan lama, setelah semua nya beres kakang akan kembali lagi ke godean ini!" kata Wisanggra Kinangkin menjawab pertanyaan dari Wenih Kemala tadi.

" Ahhh,"

Wenih Kemala terdengar mendesah , ada perasaan yang tidak senang mendengar ucapan dari pemuda yang berada di dekatnya itu.

" Memang nya kenapa adi Kemala, bukankah setiap pertemuan pasti akan ada yg nama nya perpisahan, dan untuk kali ini pun diriku tidak akan lama, setelah mendengar secara lengkap apa yg telah terjadi di dusun kami itu, kakang akan kembali lagi kemari,!" ungkap Wisanggra Kinangkin memberi penjelasan.

" Baik lah kakang, Kemala tidak dapat menahan mu, bila sudah menjadi keputusan mu akan mengetahui keadaan yang telah menimpa keluarga mu, Wenih Kemala hanya bisa mendoakan saja agar dapat terbuka dengan jelas,!" sahut gadis putri nyi Wijih Arum ini dengan nada sedih.

Serasa ada yang hilang di hati gadis itu saat mendengar ucapan pemuda yang telah menolong ibunda nya akan pergi, tetapi ia memang tidak dapat memaksakan kehendak nya karena sudah menjadi keputusan nya.

Hingga saat shubuh menjelang, sebuah pedati keluar dari halaman pekarangan rumah Nyi Wijih Arum .

Dan diatas nya duduk dua orang, yaitu Wisanggra Kinangkin di sebelah nya ada Nyi Wijih Arum.

" Jaga rumah dengan baik !" seru Nyi Wijih Arum kepada putrinya.

" Baik mbok,!" sahut Wenih Kemala sambil melambaikan tangan nya.

Bergeraklah pedati itu menuju Kotaraja Mataram.

Dan saat mendekati mentari menggatalkan kulit, tibalah pedati tersebut di Mataram.

Nyi Wijih Arum sibuk berbelanja barang-barang dagangan nya.

Sedangkan Wisanggra Kinangkin berdiri tidak jauh dari pedati itu sambil membantu orang tua dari Wenih Kemala ini mengangkat barang -barang dagangan milik Nyi Wijih Arum.

Ketika sudah siap dan keduanya akan makan, tiba tiba saja Wisanggra Kinangkin bertanya kepada Nyi Wijih Arum dimana letak rumah dari Lurah prajurit yg bernama Singorejo.

" Letak nya agak ke arah lor dari pasar ini Kinangkin, nanti setelah kita makan bibi akan memberitahukan kepada mu tempat nya!" jawab Nyi Wijih Arum.

Lalu keduanya pun masuk ke rumah makan yang dahulu mereka bertemu pertama kalinya.

Wisanggra Kinangkin nampak terburu -buru menyantap makanan nya hingga di ingatkan oleh Nyi Wijih Arum.

" Tenang lah, habiskan dahulu makanan mu itu!" ucap perempuan kaya ini kepada Wisanggra Kinangkin.

Selesai makan maka seperti janji nya tadi , Nyi Wijih Arum pun mengajak Wisanggra Kinangkin untuk melihat kediaman dari orang yang bernama Singorejo itu.

Setibanya di tempat itu, Nyi Wijih Arum sangat terkejut sekali sebab penghuni rumah tersebut bukan lagi Ki Singorejo melainkan orang lain.

" Lalu kemana pindahnya Ki Singorejo itu kisanak?" tanya Nyi Wijih Arum kepada penghuni rumah tersebut.

" Ia juga sudah pindah ke dalam keraton sejak diangkat sebagai seorang tumenggung Nyisanak!* jawab orang tersebut.

" Terima kasih kisanak atas keterangannya!" kata Nyi Wijih Arum lagi.

Ia pun pamitan kepada orang tersebut.

Dan dalam perjalanan kembali ke pasar, Nyi Wijih Arum berkata,.

" Kau sudah dengar sendiri bukan bahwa ki Singorejo itu telah pindah masuk ke dalam lingkungan keraton, ia sudah diangk menjadi seorang tumenggung, jadi saran bibi lupakan lah mengenai orang tersebut!" ungkap Nyi Wijih Arum.

Wisanggra Kinangkin hanya mengangguk -anggukkan kepala nya.

Ia pun bertanya kepada orang tua dari Wenih Kemala ini mengenai hubungan nya dengan orang yg bernama Ki Singorejo tersebut.

Tanpa menutup-nutupi, Nyi Wijih Arum mengatakan bahwa orang yg bernama Singorejo itu sempat mendekati dirinya setelah ia menjanda, tetapi ia menolaknya.

" Ia merupakan sahabat dari romo Wenih Kemala, Kinangkin!" terang Nyi Wijih Arum.

" O," sahut Wisanggra Kinangkin.

Pemuda ini tetap akan berusaha menemukan orang yg bernama Ki Singorejo itu.

Ia masih penasaran sekali dengan sikap Nyi Wijih Arum yg melarang nya untuk menemuinya, sehingga tekad nya bulat, setelah kembali dari godean, ia akan datang lagi ke Mataram ini.

Hingga keduanya kembali ke godean saat mentari telah bergeser ke arah barat.

Wisanggra Kinangkin pun menjalankan pedati yg di bawa nya itu dengan agak terburu-buru.

" Tenang lah, tidak akan ada lagi yang berani menghadang kita seperti hari kemarin itu" ucap Nyi Wijih Arum.

Wisanggra Kinangkin pun nampak tersenyum, ia pun agak melambatkan jalan sapi penarik pedati itu, meskipun memang jalan nya sudah sangat lambat.

Saat Maghrib tiba,.. barulah mereka tiba di godean sebab memang tidak ada orang yg menghadang mereka di hutan tersebut.

Hati dari Wenih Kemala menjadi sangat senang setelah melihat keduanya tiba lagi di rumah dengan selamat.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***