EPISODE 1

Seorang gadis berusia 19 tahun tengah membersihkan rak-rak dihadapan nya yang berdebu dengan kemoceng dan juga masker bertengger di hidung nya serta kaca mata agar matanya tidak terkena sisa-sisa debu. 

" Serena! tolong ambilkan air Aqua botol mini 2 dus! " teriak seorang wanita dari arah luar pintu masuk gudang. 

Ya, wanita itu saat ini membersihkan gudang sembari mengecek sisa persediaan stok tempat wanita itu bekerja. 

" Siap. " jawab wanita itu bernama Serena Azalia Sanusi.

Serena menyusun Dus itu jadi dua tingkat dan mengangkatnya bersamaan Serena sudah biasa membawa barang ber-dus yang berat. Serena bukan anak yang manja atau gampang mengeluh gadis itu selalu mencoba melakukan apapun selagi dia mampu. 

Serena meletakan nya di atas meja kasir ia mengelap pelipisnya yang mengeluarkan keringat, dan melirik ke arah jam tangan nya menunjukkan pukul 23.30. 

Tidak terasa sudah jam setengah 12 malam gadis itu belum bersiap-siap pulang, karena toko masih dalam keadaan buka sebenarnya jam kerja gadis itu hanya sampai jam 22.00 saja karena hari ini barang-barang baru datang dari gudang pusat membuat semua karyawan pekerja sore harus lembur menyusun barang, mengangkat dan menghitung restock persediaan. 

Padahal gadis itu harus kembali sekolah di keesokkan paginya, tapi demi pekerjaan yang menghasilkan cuan ia rela bekerja lembur sampai pagi pun akan Serena lakukan. 

Serena bukan anak orang kaya, dia hanya gadis biasa yang merantau dari desa ke kota untuk bisa mendapatkan pendidikan yang lebih layak, ia gadis yatim piatu saudara nya sudah berpulang ke sisi tuhan 3 tahun lalu sekarang yang ia punya hanya punya bibi dan paman kandung dari pihak papa nya. 

Beruntungnya mereka mau dengan suka rela merawat Serena dan kakaknya sejak usianya 10 tahun sebab itulah sejak lulus SMP Serena dan Kakaknya bertekad pergi ke kota sudah cukup ia merepotkan paman dan bibi nya sendiri yang sudah kesulitan ekonomi.

Dengan bersusah payah Serena dan kakaknya mencoba meyakinkan mereka berdua dan berhasil, tidak terasa sudah 3 tahun gadis itu menetap di ibu kota J yang terkenal akan hiruk pikuk yang sangat padat dan kerasnya kehidupan. 

Tapi tuhan berkata lain, ia harus melanjutkan hidup keras nya di kota seorang diri setelah kepergian kakak lelakinya.

Sudah 3 tahun pula Serena bekerja paruh waktu dari berbagai tempat ia lakukan, ia rela bekerja apapun demi mencukupi kebutuhan nya seperti uang sekolah, uang makan,  transportasi dan  tempat tinggal sesekali Serena akan mengirimi paman dan bibinya uang jika ia mendapat gaji lembur.

" Ser! itu ada yang tungguin kamu di parkiran depan. " panggil seorang perempuan lebih tua 3 tahun dari Serena. 

" Siapa kak Winda? " tanya Serena keheranan.

" Dia cowok dari perawakan nya seperti orang tua? atau jangan-jangan dia.... " ucap Winda menyipitkan matanya menatap Serena. 

" Hus, jangan pikir aneh-aneh! dia paman ku. " jawab Serena menyela. 

" Oh, paman doang. " jawab Winda mengerti. 

" Aku pulang duluan ya kak, sampai ketemu besok. " jawab Serena menyampirkan tas selempang nya tidak lupa memasang jaket rompi. 

" Iya, hati-hati dijalan. " jawab Winda tersenyum.

Serena melangkahkan kakinya keluar dari toko supermarket tempat ia bekerja dan benar saja disana sudah ada satu mobil hitam dan kaca mobil tiba-tiba terbuka menampilkan sosok pria dengan brewok tipis di bawah dagu pria itu. 

" Serena! ayo masuk! " ucap seorang gadis yang entah sejak kapan kaca jendela belakang sudah terbuka sempurna menampilkan seorang gadis yang tersenyum sumringah ke Serena. 

Serena melambaikan tangan nya membalas sapaan gadis itu ia melangkah mendekat dan segera masuk. 

" Kenapa kamu mampir ke tempat kerjaku? " tanya Serena pada sahabatnya itu.

" Kebetulan aku sama papa lagi ada urusan diluar dan baru pulang karena aku ingat sama kamu jadi sekalian saja jemput. " ucap gadis itu santai. 

" Nay! aku gak enak loh kalau kamu jemput terus, ini sudah 3 hari kamu kayak gini! kamu yakin gak bohong sama aku kan!? " tanya Serena pada sahabatnya Nayla. 

" Ck, aku gak bohong Ser! tanya aja sama papa ku, iya kan pa? " tanya Nayla pada papa nya yang sejak tadi hanya diam di depan kemudi. 

" Ekhem, iya. " jawab pria itu. 

" Tuh kan,aku gak bohong sama kamu. " jawab Nayla meyakinkan. 

" Tapi aku yang merasa gak enak Nay! " ucap Serena kembali. 

" Sudahlah Ser! kita itu sahabat, jadi gak perlu sungkan begitu. " ucap Nayla menengahi. 

" Tap- " ucap Nayla terhenti saat suara seseorang menyela duluan. 

" Alamat rumah kamu dimana Serena. " tanya Ethan, papa Nayla. 

" Alamat rumah saya, di Jl. Kemuning Rawan Om Ethan. " jawab Serena memberitahu. 

Matthew Ethan Radjabin, pria berusia 30 tahun, kenapa usia nya masih sangat muda sudah punya anak belasan tahun? kalian akan menemukan jawaban nya di dalam ceritanya. 

Ethan anak orang kaya sejak lahir semua harta berlimpah sudah biasa ia nikmati tidak ada kekurangan apapun dari kebutuhan materi atau sebagainya, seorang CEO di salah satu perusahaan ternama internasional memiliki beberapa bisnis di bidang perdagangan dan Fashion.

Ethan dua bersaudara ia anak kedua ia punya seorang kakak lelaki yang sudah meninggal saat usia nya muda mengharuskan nya memenuhi sebuah tanggung jawab yang cukup berat namun mau tidak mau harus ia tanggung. 

...✿ ✿ ✿ ✿...

Mobil yang di kendarai Ethan telah terparkir sempurna di pinggir jalan yang sangat minim pencahayaan lampu kota dan suasana nya sangat mendukung menjadi tempat angker dan horor. 

hanya terisi beberapa rumah warga ya walaupun jaraknya sedikit lumayan jauh dan bisa hitungan jari terutama pada kos-kosan tempat Serena tinggal selama kurang lebih hampir 3 tahun. 

Sangat sunyi, gelap dan hanya satu lampu penerangan di bagian gerbang depan untuk masuk kedalam hanya terdapat pencahayaan dari teras lampu kos-kosan saja. 

Suasana sepi dan sunyi, ya jika manusia normal akan memaklumi karena sudah pukul 23.40 malam hari wajar saja, tapi tempat kos-kosan Serena bukan dibilang wajar lagi memang suasana nya seperti itu. 

Sebenarnya Serena sudah beberapa kali mencari tempat kos-kosan yang jauh lebih baik hanya saja ia terhambat dengan masalah uang dan kos-kosan tidak semurah itu apalagi di kota yang semuanya di perhitungkan dengan kata ' UANG '. 

" Terimakasih Om Ethan dan Nay. " ucap Serena saat gadis itu sudah turun sepenuhnya. 

" Iya, tidurlah dengan nyenyak! jangan lupa pasang alarm besok pagi. " seru Nayla dari kaca jendela mobil. 

" Iya, kau tenang saja. hati-hati dijalan. " jawab Serena melambaikan tangan nya saat mobil itu sudah bergerak menjauh. 

DI SISI LAIN.

" Nay, sejak kapan sahabat mu tinggal di gubuk seperti itu. " tanya Ethan. 

" Ish, papa ini! itu bukan gubuk ya! itu kos-kosan. " jawab Nayla tidak terima. 

" Iya papa tahu! maksud papa itu kan bukan bangunan yang layak dihuni. " ucap Ethan kembali mengingat bangunan kos-kosan yang bisa dibilang itu adalah gubuk. 

Bagaimana tidak! dinding kos-kosan lantai 3 itu saja sudah mulai miring dan sedikit mundur kebelakang warna cat yang memudar dan berlumut intinya tidak layak dihuni. 

" Papa gak boleh gitu, masih untung Serena punya tempat tinggal. " sungut Nayla. 

" Kenapa dia tidak pindah ke tempat lain saja? tempat yang lebih pantas di huni. " tanya Ethan tidak habis pikir. 

" Jika ia bisa, sejak dari dulu Rena akan pindah dari kosan tua itu papa. " jawab Nayla kembali. 

" Maksud kamu? " tanya Ethan. 

" Rena kurang mampu membayar kosan yang lebih mahal pa, ia saja sehari-hari berhemat untuk biaya kehidupan nya. papa tahu kan kejam nya kehidupan tinggal di kota orang. " jelas Nayla. 

" Jadi sahabat kamu merantau? darimana dia? " tanya Ethan sedikit kaget mendengar penuturan anaknya. 

" Dia dari desa pa. " Jawab Nayla. 

" Papa tidak menyangka. " gumam Ethan. 

" Itu karena papa selalu sibuk dengan pekerjaan papa sampai lupa kalau punya anak gadis dirumah. " sungut Nayla. 

"Maaf sayang, papa bekerja juga untuk kamu dan masa depan mu nanti. " jawab Ethan penuh penyesalan. 

" Sudahlah pa, aku mengerti kok semenjak ada Serena aku tidak pernah kesepian lagi. " jawab Nayla tersenyum sendu. 

" Sejak kapan kalian bersahabat? " tanya Ethan. 

Lelaki itu tidak mengetahui entah kapan dan bagaimana anak nya sering membawa gadis sebaya nya ke rumah terkadang menginap bersama. maklum ia seorang workaholic yang gemar berpacaran dengan kertas dan komputer setiap harinya tanpa memperhatikan perkembangan disekitarnya. 

" Sudah 3 tahun pa. " jawab Nayla membayangkan moment pertemuan pertama mereka. 

" Jadi sahabatmu itu sudah 3 tahun juga tinggal di kosan itu? " tanya Ethan entah kenapa ada rasa penasaran dalam benak nya mengenai sahabat anaknya itu. 

" Kalau tidak salah 2 tahun setengah deh, soalnya Rena pernah pindah kosan dari sebelumnya sebelum kosan ini. " ucap Nayla tampak berpikir keras. 

" Lumayan cukup lama. " ucap Ethan. 

Tidak terasa ayah dan anak itu mengobrol tibalah mereka di pelantaran rumah mewah mereka. 

Terpopuler

Comments

Widya Ayu Saputri

Widya Ayu Saputri

maaf usia papa Nayla berapa?
tadi baca cuma angka 3 . itu mksdnya usia papa Nayla 3 thn gitu

2024-05-11

0

Widya Ayu Saputri

Widya Ayu Saputri

maaf usia papa Nayla berapa?
tadi bacanya kq cuma angka 3 aja mksdnya usianya 3 thn gitu

2024-05-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!