Pesta pernikahan Sagara dan Revalina berlangsung sangat meriah. Para tamu undangan yang berasal dari kalangan pebisnis dan selebritis berdatangan memenuhi undangan pernikahan akbar di salah satu ballroom hotel mewah di Jakarta.
Gara melonggarkan dasinya. Ia merasa tercekik dengan situasi ini.
Sejak tadi ia hanya menampilkan senyum palsu kepada setiap orang yang menyapanya.
Tak ada konsep panggung dalam pernikahan ini dimana para tamu akan naik dan bersalaman dengan pengantin.
Pasangan pengantin lah yang akan datang langsung menyapa para tamu undangan yang hadir. Sungguh konsep pernikahan yang bersahaja, tetapi tidak dengan hati salah satu pengantin nya.
Fardhan kakak sulung Sagara menepuk pundak adik bungsunya.
"How do you feel, dude??" ucap Fardhan yang mengangsur segelas minuman untuk Sagara.
Sagara hanya menatap dingin gelas minuman itu tanpa berani menyentuhnya.
Sejak kejadian malam itu, Gara trauma menerima minuman dari orang lain. Ia akan memilih minum air mineral jika di tempat keramaian atau di pesta.
Mengerti akan tatapan dan trauma sang adik, Fardhan lalu meminum nya sendiri.
"Masih takut jika ini akan dicampur lagi? Bukankah kamu udah memiliki pasangan halal untuk kamu melampiaskannya?" ucap Fardhan yang dibalas tatapan sengit oleh adiknya itu.
Gara berbalik dan menyandarkan tubuhnya pada pagar pembatas balkon.
"Aku ingin pasangan halal itu bukan dia tapi wanita lain. Dan aku takkan pernah menyentuh nya walau se inci pun" balas Gara.
"Gara.... Ini sudah lima tahun dan kamu belum bisa melupakan dia. Mungkin saja dia juga sudah menikah dengan laki-laki yang mau menerima keadaannya. Jangan siksa dirimu dengan hal-hal yang tidak penting...." sebuah ucapan yang membuat tangan Sagara mengepal.
Ada apa dengan kakaknya ini? Bukankah dulu dia adalah garda terdepan yang membela dirinya dihadapan sang Papa, tapi kenapa dia sekarang justru membuat kesal dengan mengatakan sesuatu yang membuat mood Gara bertambah hancur lebur.
"Bertahun-tahun kamu mencarinya, tapi tak pernah bertemu. Bahkan kamu mengakuisisi semua perusahaan media cetak dan elektronik yang hampir bangkrut berharap dia ada disalah satu perusahaan itu karena cita-citanya yang ingin menjadi jurnalis. Tapi apa hasilnya, nggak ada kan?. Berhentilah buang-buang waktu mu dan fokuslah pada karir dan juga istri mu, wanita yang sejak dulu mencintaimu" sungguh ucapan yang membuat Gara naik darah.
Gara pergi dari hadapan Fardhan dengan wajah kesal dan rahang mengeras.
Jika bukan di keramaian, bisa jadi Gara akan memukul Fardhan.
Fardhan menghela nafas panjang.
Ia paham situasi sang adik, tapi ia juga tak mau Papa nya semakin bertambah marah pada Gara.
Sejak Gara memutuskan tidak ingin bergabung dengan Sumatra Sawit Nusantara.tbk yang merupakan perusahaan sawit terbesar milik keluarga Adyaksa , sudah menyebabkan tuan Robi Adyaksa murka.
Diantara anak-anak tuan Robi Adyaksa, Sagara lah yang lebih berpotensi memimpin perusahaan besar itu ketimbang Fardhan sang kakak.
Tak ada rasa iri dihati Fardhan sebenarnya karena dia juga punya bisnis kuliner yang tak kalah terkenalnya. Tapi justru Fardhan tak ingin jika nantinya Gara dan Papa nya bertengkar lagi yang justru membuat penyakit jantung Papa mereka kambuh dan hal itu tak baik untuk perusahaan karena terlalu banyak yang ingin melengserkan kedudukan tuan Robi Adyaksa di perusahaan itu, termasuk ibu tiri mereka sendiri.
Fardhan meneguk sisa minumannya saat Reva datang menghampiri.
"Dia kemana? Apa kamu sudah memberikan minuman itu padanya?" Reva datang setelah melihat Gara pergi entah kemana karena ia memperhatikan gerak gerik suaminya dengan tetap menyambut para tamu undangan.
"Aku tidak tahu, mungkin sudah masuk kamar. Kamu istirahat lah" sahut Fardhan yang juga pergi berlalu begitu saja.
"Kakak sama adik sama saja.... Selalu membuat kesal" gumam Reva.
...----------------...
Gara berdiri di balkon kamar pengantin tipe deluxe room yang lumayan mewah.
Menatap langit malam yang bertaburan bintang.
"Ra... Kamu dimana? Anak kita pasti sudah besar sekarang kan? Pasti sulit bagimu menjalani semuanya. Maaf... Maafkan aku belum bisa menemukan kalian..." lirih Gara.
Tanpa terasa air mata membasahi sudut matanya.
Gara tak tahu apakah Dara juga membalas cintanya. Yang pasti Gara tahu arti tatapan wanita yang telah menjadi ibu dari anaknya.
Tatapan mata yang sama dengannya setiap kali mereka bertemu.
"Cinta ini belum usai Ra.... Bahkan kita belum memulainya.... Cinta ini masih untuk kamu... Dan selama nya untukmu" bisik hati Gara.
"Sayang..." Reva datang dan langsung melingkarkan tangannya pada perut Gara.
Sesaat Gara menikmati sentuhan itu. Karena dalam pikirannya Dara lah yang datang dan memeluk dirinya.
"Aku tahu kamu pasti ada perasaan terhadap ku selama ini. Dan setelah sekian tahun aku sabar menunggu, akhirnya kamu jadi milik aku seutuhnya. I love you suami ku Sagara" ucap Reva dengan suara mendayu-dayu.
Gara membuka matanya. Ini bukan Dara nya.
Ia melepas paksa belitan tangan Reva dan berbalik.
"Gara...."
"Apa yang kau lakukan disini hah.... Bukankah kita sepakat jika kita tidur di kamar terpisah" kata Gara masih dengan ucapan dingin dan menusuk.
"Kita pasangan pengantin dan kamu tanya aku ngapain disini? Aku ingin kita malam pertama disini, lalu apa yang salah?" sahut Reva.
"Kau kan sudah menempati kamar di sebelah nya. Lalu apa kau lakukan di kamar ku? Dan bagaimana kau bisa masuk hah...? Siapa yang memberi mu kunci kamar ini?" Gara benar-benar marah.
"Kenapa sih kamu nggak pernah berkata lembut pada ku Gara? Apa salah ku? Apa hanya karena aku pernah iseng mencampur minuman mu dengan obat lalu kamu dendam padaku? Kamu jahat Gara, kamu kan tahu aku sangat menyukai mu" Reva mulai menangis dan memukuli dada Gara.
"Enyahkan tanganmu dari tubuh ku. Dan keluar dari kamar ini, aku tak ingin kita satu kamar. Bagiku ini hanya pernikahan bisnis antara kedua orang tua kita, jadi jangan berlagak kau begitu mencintai ku. Bahkan kau bisa minta salah satu pacar mu untuk memuaskan mu. Jadi jangan mengganggu ku. Mengerti!!!!" Gara menghempaskan tangan Reva dengan kasar.
Gara kembali berbalik " Dan satu lagi, sesuatu yang kau sebut iseng itu telah membuat aku merasa bersalah pada seseorang" ucap Gara lalu pergi meninggalkan Reva di kamarnya.
"Garaaaaa..... Please jangan pergi.... Jangan tinggalkan aku dimalam pertama kita.... Please...." Reva menangis dan menarik tangan Gara, memohon pada pria itu untuk tidak meninggalkan nya.
Sekali lagi Gara menghempaskan tangan Reva.
"Jangan bersandiwara dihadapan ku" kata Gara dengan wajah tegang menahan agar tak meledak akibat amarahnya.
Gara keluar dari kamar hotel dengan membanting pintu.
"Gara ... Kamu mau kemana? Ini malam pengantin mu? Dan wartawan masih ada disekitar hotel, apa kamu mau muncul di headline besok pagi?" cegah Evan yang tak sengaja berpapasan dengannya.
Gara memijit pangkal hidungnya.
"Aku nggak mau satu kamar dengan Reva. Setiap kali melihatnya, aku berfikir akan mencekik dia Van... Sulit rasanya..." ujar Gara yang menghentikan langkah kakinya untuk pergi.
Evan menepuk pundak saudara angkatnya. Meski mereka beda dua tahun dan berstatus saudara angkat tapi Evan lah yang tahu segalanya tentang Sagara dibandingkan keluarga kandungnya sendiri.
"Tidur di kamar ku saja, ayo..." ajak Evan kemudian.
Gara menurut. Ia juga lelah karena beberapa hari ini ia tak cukup beristirahat. Setelah beberapa waktu lalu mengakuisisi satu perusahaan media cetak lagi, Gara benar-benar bekerja ekstra keras agar usahanya tak sia-sia.
"Bagaimana dengan pria yang terakhir yang dikencani oleh Reva, apa kamu sudah memberi nya uang?" tanya Gara saat sudah duduk di sofa kamar hotel dimana Evan menginap.
"Sudah dan aku pastikan pria itu benar-benar menghilang dari kehidupan Reva. Tapi sepertinya Reva memiliki seseorang yang amat spesial bagi nya yang selalu bertemu dengannya tanpa kita tahu dan sosok pria ini sangat tersembunyi dan sulit untuk di akses keberadaannya" sahut Evan sambil meletakkan sebotol air mineral di hadapan Gara.
Gara menumpu siku pada pahanya. Nampak memikirkan sesuatu perihal Reva, wanita yang baru saja ia nikahi tadi siang.
"Kita harus dapatkan bukti itu segera, agar Reva tidak menggangu ku lagi. Aku benar-benar muak padanya" ujar Gara.
"Akan aku usahakan segera. Kamu tetap berkonsentrasi pada hidup dan pekerjaan mu saja. Biar yang lain aku yang atur. Sekarang istirahat lah" sahut Evan meyakinkan Gara.
Gara menurut tanpa bantahan lagi, ia butuh istirahat dan tenaga ekstra untuk menghadapi rengekan Reva esok pagi dan juga amukan Papa nya, Robi Adyaksa.
To be continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
bongkar semua nya, Dude!!!
anakmu sdg menunggu kehadiranmu
2024-08-11
0