Bel pelajaran terakhir telah berbunyi yang artinya semua siswa sudah bisa pulang kerumah masing-masing ataupun ada beberapa siswa yang lebih memilih untuk nongkrong di mall atau sekedar duduk-duduk santai di sekolah tapi berbeda dengan Dara yang harus bergegas menuju salah satu warnet yang berada tak jauh dari sekolahnya dan rumahnya.
Dara hari ini ada jadwal kerja part time yang biasa ia lakukan sehabis pulang sekolah.
Menjadi penjaga warnet sekaligus tempat jasa foto copy setidaknya bisa membuat ia sedikit punya tabungan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi untuk ia menggapai cita-cita yang ingin menjadi seorang jurnalis.
"selamat siang bang Romi..." sapa Dara ramah kepada pemilik kios warnet.
"siang Ra... Kok agak telat?" tanya bang Romi.
" Iya bang.... Maaf tadi ada pelajaran tambahan. Kan udah mau ujian semester akhir " jelas Dara sambil meletakkan sebungkus nasi Padang yang tadi sempat ia beli untuk mengganjal perut hingga malam nanti.
"oo.... Bentar lagi kamu lulus dong ya .. Kuliah tempat bang Romi dulu pernah kuliah aja ambil jurusan akuntansi kan kamu pintar tuh hitung-hitungan biar dapat kerjaan yang lebih mumpuni nanti nya. Jangan keburu nikah ya... Happy-happy dulu nikmati masa muda" ujar bang Romi memberikan wejangan karena ia telah menganggap Dara sebagai adiknya sendiri.
"Nanti deh aku pikirkan lagi. Bang Romi mau berangkat kerja sekarang?" tanya Dara yang melihat Romi sudah berpakaian dinas lengkap.
"Hmm..... Abang titip warnet ya... Itu udah ada catatan nya juga. " sambil menghidupkan motornya.
"Ok makasih bang.... Hati-hati di jalan " ujar Dara.
Dara kemudian mengecek catatan yang ditinggalkan oleh Romi tadi sambil membuka nasi bungkusnya.
...----------------...
Jam di dinding warnet sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat. Dara berdiri didepan teras warnet sudah mulai gelisah. Pasalnya sang adik belum juga menampakkan batang hidungnya yang hari ini berjanji akan menjemput dirinya karena sang ayah sedang sakit.
jarak warnet kerumahnya tidak terlalu jauh. Hanya saja karena Dara selalu pulang malam, hal itu membuat orang tuanya khawatir.
Dara hendak kembali kedalam warnet tapi langkahnya terhenti saat ia mendengar suara orang-orang berteriak menyoraki kata maling. Sontak hal itu membuat ia takut.
Tak lama ada seorang pria yang membekap mulutnya dan menyeretnya kembali ke dalam warnet yang pintunya hanya terbuka sedikit saja karena memang sudah selesai jam operasionalnya.
Dara ketakutan, tubuhnya bergetar.
"Diamlah, atau aku akan melukai mu" ancam pria tersebut pada Dara yang akan berontak.
Dara menurut.
Setelah beberapa menit berlalu dan sepertinya para warga tak lagi terdengar suaranya barulah pria itu melepaskan tangannya dari mulut Dara.
"Brengsek, bisa-bisanya aku dikatai maling" rutuk pria itu.
Dara berbalik dan ia terkejut saat melihat lebih dekat wajah pria itu yang tak adalah Sagara Adyaksa teman sekelasnya.
"Sorry... kamu jadi terlibat" ucap Sagara yang tak kalah kagetnya tapi berusaha mengendalikan diri.
"Kenapa..???" Dara bertanya dalam nada pelan.
"apanya?" Sagara balik bertanya.
"kenapa kamu di soraki warga sebagai maling? Apa kamu memang melakukan nya?" tanya Dara.
"Sembarangan.... Kami cuma melakukan balapan dan aku menang tapi anak-anak si**an itu tak terima dan menyoraki sebagai maling. Ck.. Apa begini main nya anak-anak daerah ini?" kesal Sagara.
"Mana aku tahu..." sahut Dara acuh.
Tak lama terdengar suara ketukan pintu yang membuat keduanya terkejut dan takut.
"Siapa???" teriak Dara .
"Kak.... Ini aku Dion. Kakak udah selesai?" sahut Dion adik Dara.
Huft....
Keduanya bernafas lega.
"Iya sebentar..." ucap Dara.
"Kamu harus keluar... Kamu nggak bisa nginap disini..." ujar Dara menyuruh Sagara pergi.
Sagara menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Pakai hoodie aku , dan kami akan mengantarmu pulang. Jadi para warga nggak akan tahu" usul Dara sambil membuka hoodie miliknya seolah tahu kegelisahan dari Sagara.
Sagara menerima dan menurut perkataan Dara. Ia juga takut tertangkap dan jadi samsak tinju dari warga.
"Loh kak.. Dia siapa?" tanya Dion kaget kakaknya keluar dari dalam warnet bersama seorang laki-laki.
"Ayo... Nanti kakak jelaskan di jalan" ucap Dara sambil mengunci pintu warnet dan memastikan keadaan sekitar aman.
Dion Menur dan menghidupkan motornya.
"Ayo naik" ajak Dara yang sudah duduk di atas motor.
"Kita naik motor bertiga??" tanya Sagara.
"Hmmm... Ayo cepat. Keburu mereka balik lagi " ajak Dara sekali lagi.
Sagara menurut dan duduk dibelakang Dara dengan posisi Dara berada ditengah.
"Rumah mu dimana??" tanya Dara.
"Jauh dari sini... Aku ikut kalian saja nanti supir papa ku jemput di rumah kalian" ucap Sagara.
"Ya sudah..." ujar Dara setuju.
Tak membutuhkan waktu lama mereka tiba di rumah sederhana milik orang tua Dara. Dan seperti kesepakatan awal, Sagara akan dijemput oleh supir pribadinya di rumah itu.
"Minum dulu.." ucap Dara yang memberikan segelas air putih pada Sagara.
Sagara meminumnya hingga tandas. Ia haus sekali setelah berlari.
"Bu... Dia teman sekelas Dara, murid pindahan dari Bandung. Dan dia ada sedikit masalah dan kebetulan tadi tak sengaja bertemu dengan Dara di warnet" jelas Dara pada sang ibunda agar beliau tak curiga tanpa mengatakan hal yang sebenarnya.
"Selamat malam Bu .. Maaf merepotkan ibu.." sapa Sagara sopan
" iya nggak pa-pa... Ibu cuma mau temani kalian disini takut nanti ada salah seorang warga sekitar yang salah sangka " ujar ibu Mirna.
Selang satu jam, sebuah mobil double cabin berwarna hitam berhenti di depan teras rumah orang tua Dara.
"Selamat malam den... Maaf, pak Amin telat.." sapa pria paruh baya yang merupakan supir papa dari Sagara yang ia minta untuk menjemputnya.
Sagara hanya mengangguk.
"Thanks Ra... Aku pamit pulang. Makasih Bu. Saya pamit..." ucap Sagara singkat tanpa basa-basi karena ia memang tak bisa berbicara manis dan muluk-muluk.
Sagara pamit dan disusul oleh pak Amin.
"Anak orang kaya kayaknya Ra.." ucap ibu begitu mobil Sagara sudah pergi menjauh.
"Kurang tahu Bu, soalnya kami nggak dekat. Hanya kebetulan satu kelompok dalam tugas aja" jelas Dara.
Ia paham. Putri nya Dara memang gadis yang tak terlalu bisa bergaul dengan orang-orang.
Hari sudah larut malam tapi Dara masih belum bisa memejamkan matanya. Ia masih berfikir, bagaimana bisa ia terlibat dalam masalah orang lain. Untung saja ia dan Sagara tak tertangkap warga, jika tertangkap pasti urusan nya makin panjang.
Hah...
Dara membuang nafas kasar.
Dara menatap langit-langit kamarnya dan merutuk dirinya sendiri karena telah terlibat dalam masalah pria itu.
Ditempat yang berbeda, Sagara memandangi hoodie milik Dara yang tak sengaja terbawa olehnya.
"Sorry Dara, karena saya kamu tak sengaja terlibat masalah saya. Ck... Tomi s**lan. Awas aja, aku akan buat perhitungan dengan kalian nanti" decak Sagara kesal.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Saadah Rangkuti
☺️☺️☺️
2024-12-13
0