Dara yang merupakan murid pintar disekolah tak pernah menyangka akan satu kelompok dengan Sagara yang juga menjadi murid populer tepat dihari pertama laki-laki itu bersekolah.
Sebelumnya Dara memang tak pernah peduli dengan siapa ia berkelompok dalam tugas sekolah karena sebagai murid penerima beasiswa ia tidak pernah terlalu bergaul. Satu-satunya sahabat yang ia miliki hanyalah Hanifa Prameswari. Alasan ia tak bisa bergaul dengan yang lain adalah karena ia minder dengan keterbatasannya dalam hal keuangan sementara teman-temannya adalah murid-murid dari kalangan menengah keatas yang orang tua mereka merupakan kalangan dari PNS ataupun pemilik tempat usaha menengah keatas yang berada di kota kelahiran Dara itu.
Bahkan dua tahun lalu saat Dara iseng melamar ke sekolah favorit di kotanya itu dirinya juga tidak pernah menyangka akan diterima dan sekaligus dapat bersekolah disana menggunakan beasiswa.
Kini Dara telah duduk dibangku kelas tiga yang artinya tak lama lagi ia akan lulus.
Rencana-rencana masa depan telah ia rancang dengan begitu apik. Dara ingin menjadi seorang jurnalis seperti idolanya presenter sekaligus jurnalis wanita cantik yang bernama Najwa Shihab. Meskipun Dara tidak terlalu pandai bergaul namun ia begitu lugas dan tegas kala menyampaikan materi dalam berbagai kerja kelompok, Dara selalu ditunjuk sebagai pembicara mewakili teman-teman yang lain.
"Ra... Kamu yang kerjakan ya ... " ucap Reva yang memang selalu seperti itu selalu melimpahkan semua tugas sekolah pada Dara jika mereka dalam kelompok yang sama.
Dara tidak menolak ataupun mengiyakan. Ia hanya diam saja.
"Kamu kebiasaan banget sih Reva. Selalu seperti itu jika ada tugas..." protes Hanifa yang juga rekan satu kelompok dengan Dara.
"Dara aja nggak protes kenapa kamu yang marah Hanifa... Lucu banget kamu..." ujar Reva tanpa rasa bersalah.
Hanifa yang selalu naik darah jika tiap kali ia berbicara dengan Reva. Hanifa hendak menggebrak meja seperti kebiasaan gadis itu yang selalu tempramental tapi kali ini aksi Hanifa dapat dicegah oleh sahabatnya, Dara yang sigap menahan tangan Hanifa saat gadis itu akan berdiri.
"Sudahlah Fa... It's ok.." ujar Dara menenangkan.
"Kamu jangan iyakan semua dong Ra... Nanti mereka semua kebiasaan" Hanifa masih tak terima jika Dara sahabatnya selalu diperlakukan tidak baik oleh teman-temannya yang lain.
" Sabar..."
Huft....
Hanifa membuang nafas, kesal tapi mau bagaimana lagi. Begitu lah sifat Dara yang sebenarnya membuat Hanifa terkadang kesal.
...----------------...
Jam pelajaran sesi pertama telah berakhir ditandai oleh bel pertanda istirahat.
Seperti biasa jika waktu istirahat tiba Dara tak pernah terlihat di kantin sekolah. Jika ia tak bawa bekal pasti ia akan berhibernasi di perpustakaan atau jika ia bawa bekal , ia akan makan di sudut taman sekolah sambil membaca novel kesukaannya yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah atau perpustakaan wilayah yang selalu ia datangi ketika mencari sebuah referensi tugas sekolahnya.
Terlahir dari keluarga cukup sederhana membuat Dara harus pandai-pandai berhemat uang jajan untuk membeli segala kebutuhan atau bahkan terkadang untuk membayar uang praktek yang tidak ditanggung oleh beasiswanya meskipun ia juga bekerja part time pada sebuah warnet tak jauh dari sekolah dan rumahnya.
Dara masih mengelilingi satu lorong dimana ia sedang mencari buku yang ia butuhkan untuk tugas kelompok mereka dan kali ini dibantu oleh Hanifa karena gadis itu tidak ingin ke kantin seorang diri. Alhasil Hanifa mengekori Dara kemanapun ia pergi.
Sedang asik mencari, Dara tak sengaja bertabrakan dengan siswa laki-laki yang bertubuh tinggi dari Dara.
"Maaf..." ujar Dara singkat.
"hmm" hanya itu yang keluar dari mulut laki-laki itu dan pergi meninggalkan Dara yang mengernyit heran.
Dara mengedikkan bahu, dan kembali melanjutkan pencarian buku yang ia butuhkan.
Sedang asik mencari, laki-laki tadi menyodorkan buku ke arah Dara. Sontak hal itu membuat Dara kaget sekaligus heran.
"Buku yang kamu cari... Buat tugas kelompok kita" ujarnya.
"Terima kasih, Sagara " sahut Dara menyebut nama laki-laki itu.
Laki-laki yang tak lain adalah Sagara hanya mengangguk kecil dan berbalik meninggalkan Dara tanpa ada ucapan apapun lagi.
"Pelit ngomong" bisik Dara.
"Woi... Lihat apa?" Hanifa datang mengangetkan Dara yang masih menatap ujung lorong dimana tadi Sagara berbelok.
"Nggak, ayo... Bukunya udah dapat" ajak Dara yang mengalihkan rasa penasaran Hanifa.
Keduanya segera meninggalkan perpustakaan dan kembali ke kelas mereka karena bel pertanda istirahat pertama telah berakhir.
Mata Dara dan juga Sagara beradu pandang untuk kesekian kalinya ketika gadis itu memasuki ruang kelas. Tapi Sagara langsung memutuskan kontak mata mereka terlebih dahulu karena ia sedang asik bercerita dengan Reva and the geng yang sedang mengerubunginya atau lebih tepatnya Reva lah yang bersemangat bercerita dan Sagara entah menyimak atau tidak karena ia hanya diam saja.
"Ganjen banget si Reva... Pakai pegang-pegang tangan Gara lagi terus gatal pakai nabrak badan Gara... Ih ... Dasar centil, gatal kayak uget-uget" rutuk Hanifa yang sejak tadi memperhatikan Reva and the geng yang mengerumuni Sagara.
Dara hanya geleng-geleng kepala menanggapi ocehan dan omelan sahabatnya tanpa berniat menanggapi.
"Kalau cemburu samperin sana. Jangan uring-uringan disini, berisik Fa...." ucap Dara yang gemas dengan sikap Hanifa.
"Isshhh.... Moh aku... Lagipula aku tuh nggak cemburu cuma eneg aja gitu sama si Reva and the geng. Kalau ada cowok bening dikit langsung deh kegatalan. Coba kalau ada murid cewek yang baru masuk itu cantik dia langsung kayak ngajakin berantem..." ucap Hanifa pelan tapi menggebu-gebu.
"Ya deh .. Yang nggak cemburu, udah lah jangan marah-marah terus nanti bisa kena tekanan darah tinggi... Bahaya Fa, masa calon dokter belum apa-apa udah struk..." canda Dara yang semakin membuat bibir Hanifa maju beberapa senti.
"kamu tuh ya suka banget ngeledek aku, rasain ini..." kesal Hanifa yang langsung menggelitik pinggang Dara sehingga membuat gadis ini itu menjerit bercampur tertawa karena kegelian.
Dan hal itu tak luput dari penglihatan Sagara yang memang tak mengalihkan pandangannya dari duo rusuh itu. Tanpa disadari oleh Sagara sendiri, ia pun ikut tersenyum kecil melihat tingkah Hanifa dan juga Dara.
Reva yang melihat Sagara, cowok incaran nya lebih memperhatikan dua sahabat itu ketimbang dirinya yang sejak tadi mengajak bercerita marah sekaligus kesal. Bahkan wajahnya yang putih menjadi merah karena marah.
Reva menggebrak meja sehingga membuat murid lain termasuk Dara dan Hanifa yang sedang bercanda ikut terdiam seketika.
"Kalian berdua...." tunjuk Reva kepada Dara dan Hanifa.
"Kalau kalian mau bikin rusuh nggak usah dikelas, sana main di lapangan... Berisik tahu..!!" lanjut Reva yang ia tujukan ada Dara dan Hanifa.
"Santai lah Reva, selama ini kamu dan geng mu selalu ribut kami nggak pernah marah lantas kenapa sekarang kamu kesal pada kami. Aneh..." balas Hanifa jengkel.
"Kalian berdua...." ucapan Reva terhenti saat Sagara menarik tangan nya tanpa ucapan apapun dan hal itu berhasil membuat Reva diam.
Kelas kembali tenang saat guru jam pelajaran ketiga telah masuk kelas, tapi tidak dengan Reva yang masih menatap Dara dengan tatapan dendam.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Saadah Rangkuti
kayak udah pernah baca , tapi lupa deh 🤔🤔
2024-12-13
0