Suatu hari nenek tersayang ku pernah menasehati ku tentang cinta, beliau pernah berkata cinta buta itu sudah biasa, asalkan jangan tuli, entah apa maksud dari perkataannya itu, Entahlah!
Di pagi hari yang cerah ini rencananya setelah mandi dan sarapan Aku memutuskan untuk on the way ke rumah Putri, kali ini tujuanku menemuinya untuk mencoba keberuntunganku, dari semalam Aku kepikiran dan merindukan seseorang, seperti yang dikatakan Dilan "jangan rindu berat, biar kamu aja" canda ya Dilan.
Aku geleng-geleng kepala dengan tingkah ku sendiri, sepertinya cinta sudah membuat ku sedikit tak waras.
Aku malah melamun saat sarapan, membuat Dina menatapku keheranan, sebab sejak tadi makanan di piringku sama sekali tak berkurang.
"Kak, kok melamun?"
Aku tersadar mendengar suara cempreng adikku itu, Aku buru-buru menghabiskan sarapan dan bergegas ke rumah Putri,
Kedatanganku di sambut dengan senyuman oleh dua orang yang sepertinya sudah sejak tadi menungguku, terbukti dengan penampakan mereka yang sedang berdiri di depan pintu.
Aku malah sedikit terkejut dengan keberadaan Aura, Aku pikir hanya Aku saja yang akan mengunjungi Putri ternyata gadis itu sudah mendahuluiku.
"Hai...Rin"
Aura melambaikan tangannya di iringi dengan senyuman yang terlihat sedikit menyeramkan, entah mengapa tiba-tiba perasaan ku tak enak melihat tingkah dua sahabatku ini, apalagi saat menatap Putri yang menunjukkan senyum yang penuh misteri, seakan mereka sedang merahasiakan sesuatu padaku.
Putri merangkul tangan ku dan mengajakku masuk kedalam rumah,
"Masuk yuk Rin!"
Aku menatap mereka keheranan,
"Ada apa ni?"
"Duduk dulu, nanti kami baru cerita"
Aku semakin penasaran dengan kedua sahabatku ini, apa sebenarnya yang mereka rahasiakan dari ku.
"Kami punya kejutan untuk kamu"
Ucap Aura dengan girangnya.
"Kejutan apa?"
"Janji jangan terkejut"
Timpal Putri.
"Ada apa sih, jangan main rahasia-rahasiaan dong"
Lama-lama Aku kesal pada mereka,
"Kami udah daftar kuliah"
"Apa?"
Aku terkejut mendengar ucapan Putri
"Kalian nggak ngajak Aku?"
"Maaf, bukannya kamu nggak suka dengan jurusan yang kami pilih"
"Aku kan bilang, asal bersama kalian Aku mau kuliah jurusan apa aja, tapi kalian malah melupakan ku"
Aku kesal sekali pada mereka, kali ini Aku berniat mendiamkan mereka selama satu Minggu, tapi setelah di pikir-pikir, apa yang akan kulakukan jika Aku bertengkar dengan mereka selama ini hanya merekalah sahabat ku, sebenarnya bukan salah mereka juga mengambil keputusan seperti itu, sebab mereka sudah berkali-kali bertanya pada ku, tentang dimana Aku mau mendaftar kuliah, hanya saja Aku tak menanggapi serius pertanyaan mereka.
"Kalian kejam sekali, sengaja ya, mau menjauhi ku?"
"Rin, kamu marah ?"
Tanya Putri
"Maaf Rin, bukannya kami nggak mau ngajak-ngajak kamu, kamu kan nggak suka sama jurusan yang kami pilih"
Aura ikut bicara untuk menenangkan ku, mereka pikir Aku akan senang dengan keputusan mereka, tapi malah sebaliknya.
"Siapa bilang Aku nggak suka, emangnya kalian daftar kuliah di universitas mana?
"Universitas Jaya Mode dan jurusan yang kami pilih Disainer profesional"
Aku terbengong beberapa saat, jurusan yang sama sekali tak pernah ku bayangkan dan sama sekali nggak pernah terpikirkan oleh ku.
"Bagaimana, kamu pasti nggak akan suka kan, kamu mau kuliah dengan jurusan seperti kami?"
Aku hanya bisa terdiam dalam hati Aku bergumam
Mereka ingin seperti Om Ivan Gunawan?
Karena setau ku hanya dialah seorang Disainer itu pun karena tak sengaja waktu itu menonton berita gosip di televisi.
Aku menggelengkan kepala,
Ya Aku tau dari dulu Aura dan Putri sangat menyukai sesuatu yang berhubungan dengan fashion cuma Aku yang nggak nyangka mereka punya cita-cita menjadi seorang Desainer.
"Ya udah nggak pa pa deh, tapi nanti kita jadi jarang ketemu dong, soalnya kalian pasti tinggal di asrama kampus kan?"
"Kami janji kalau ada waktu kita pasti jumpai kamu"
"Kalian nggak bohong kan?
"Iya, kami janji"
Ucap mereka secara bersamaan.
Akhirnya pembicaraan itu diakhiri dengan berpelukan seperti Teletubbies.
Ini cerita apaan sih?
Karena berita ini Aku jadi melupakan maksud dan tujuanku menemui Putri, yang sebenarnya Aku ingin mencari informasi tentang Riko dan meminta nomor telepon yang bisa Aku gunakan untuk menghubungi Pemuda itu,
Dengan malu-malu Aku bertanya pada Putri
"Put, kamu punya nomor telepon Riko?"
Aura menatap ku dengan senyuman yang sulit di jelaskan, detik berikutnya gadis itu malah meledek ku
"Ciyee...ada yang sedang rindu tapi bukan pacar"
Aku jadi tersipu mendengar ledekan Aura yang sebenarnya sangat memalukan, seorang Serina meminta nomor telepon seorang cowok padahal sebelumnya Aku selalu cuek jika ada cowok yang mencoba mendekati ku.
"hmmm...Aku nggak tau Rin, coba kamu tanyakan sama kak Jack dia kan kakak sepupunya"
"Ih...nggak jadi deh"
"Yakin nggak mau, ntar nyesal nggak bisa tidur mikirin Riko?"
Kembali Aura berceletuk, membuat ku sedikit kesal, meskipun yang di ucapkan Aura itu adalah kenyataan.
"Yakin, seratus persen yakin"
Yang ku ucapkan sebenarnya sama sekali nggak sesuai dengan keinginan hati ku, tapi namanya Aku gengsi, terpaksa Aku ngomong seperti itu.
Saat kami sedang asyik membahas Riko, tiba-tiba orang yang bisa memecahkan masalah ku berada di depan pintu rumah Putri, siapa lagi kalau bukan Sepupu dari Riko, yaitu Kak Jack, orang menurutku sangat menyebalkan dan juga sedikit jahil.
"Permisi, Putri ini ada nasi berkat dari bude Rini, katanya semalam anaknya udah bisa panggil mama"
Aku dan Aura tertawa mendengar perkataan orang yang sedang berdiri di depan pintu rumah Putri itu sedangkan Putri menanggapi ucapan Kak Jack biasa, padahal menurutku pasti ini orang sedang bercanda tapi sama sekali nggak lucu, tapi Aku dan Aura malah tertawa.
"Makasih kak, bilangin sama bude Rini ya!"
"Makasih ya sama siapa, sama ku atau bude Rini?"
"Dua-duanya"
"Oh..!"
Tiba-tiba dia melirik ke arah ku dan tersenyum manis pada ku seolah tak terjadi apa-apa di antara kami, padahal dialah orang yang sudah mempermalukan ku di malam tahun baru itu.
"Apa kabar seksi"
Sapa nya tanpa rasa bersalah.
Membuat Putri dan Aura senyum-senyum sendiri
"Sepupu ku itu terus membicarakan mu"
Ucapnya lagi dengan nada sinis.
"Kak Jack jangan gangguin Serin dia jadi malu tu, kak Aku boleh minta nomor teleponnya Riko?"
Tanya Putri yang mendapat tatapan tak senang dari Jack namun ia tetap memasang wajah cool nya.
"Nanti deh, soalnya Aku juga lupa nomornya, lagi pula Aku kan bukan pengagum rahasianya"
Ucapannya terdengar seperti sedang menyindir ku, tapi Aku berusaha untuk tenang.
"Oh, gitu tapi janji ya kasih nomornya Riko sama ku"
Ucap Putri antusias.
Setelah kepergian sepupu dari Riko itu, barulah Aku merasa lega, sebenarnya Aku sedikit canggung dan malu padanya.
"Ternyata, kak Jack tampan juga, nggak kalah sama Riko"
Nggak salah? Aura mengatakan Kak Jack tampan?
Aku hanya bisa mengatakan hal itu dalam benakku saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments