Eps. 20: Sekarat

“Putri, ada kabar terbaru dari Jun Heng,” Xiuli masuk membawa sepucuk surat bertanda khusus Paviliun Zhanbai.

Cheng Yao yang tengah tiduran di sofa seketika bangun dan merebut surat tersebut. Beberapa saat kemudian binar di matanya bersinar seperti cahaya lilin yang terang di kamar, seperti bintang yang bersinar di angkasa. Raut wajahnya begitu baik dan enak dipandang, tidak seperti beberapa hari kemarin.

“Kerja bagus,” gumamnya. “Suruh dia datang dua hari lagi!”

“Ya, Tuan Putri.”

Dalam informasi tersebut dikatakan bahwa Jun Heng sudah mengerahkan seluruh kekuatan Paviliun Zhanbai untuk menemukan obat penawar racun bunga Hongluo.

Hasilnya setelah mencari selama beberapa hari, dengan susah payah orang-orang yang diutus Jun Heng berhasil menemukan seorang master racun dari bagian selatan Negara Jin yang bisa menawarkan racunnya.

Demi membujuk si master racun agar mau membuat penawar, Paviliun Zhanbai menghabiskan lebih dari sepuluh ribu tael emas. Nilainya setara dengan setengah tahun penghasilan bersih Paviliun Zhanbai.

Jun Heng awalnya ragu, namun Cheng Yao sudah memberi perintah agar dia melakukan segala cara untuk memenuhi keinginannya.

Bahkan meski harus menghabiskan banyak uang dan merugi, itu juga keinginan Cheng Yao sang pemilik paviliun dan tidak ada yang akan mengomel. Cheng Yao tidak keberatan, tapi masalahnya adalah si master racun ini sangat perhitungan dan mata duitan.

Setelah menerima sepuluh ribu tael emas, si master berkata ia butuh lima ribu tael lagi untuk membeli bahan. Karena kesal dan tidak percaya, Jun Heng akhirnya mengikat si master dan memboyongnya ke paviliun. Cheng Yao ingin orang itu dibawa ke kediaman Adipati Ning dua hari lagi untuk mengobati Ning Ziyu secara langsung.

Sebenarnya, semua ini dilakukan bukan semata-mata untuk memenuhi keinginannya saja. Cheng Yao tahu Ning Ziyu sangat penting bagi kekaisaran, dan perbatasan ini membutuhkannya.

Dia tidak bisa membiarkannya mati karena racun bunga Hongluo. Selain menyia-nyiakan masa muda, itu juga merugikan negara. Jadi, dia sengaja berbohong.

“Aku harap dia bisa bertahan sampai dua hari ke depan,” gumam Cheng Yao.

Sekarang sudah mau masuk pertengahan bulan ketiga, dan sudah hampir satu bulan Cheng Yao menikah dengan Ning Ziyu. Itu artinya, racun bunga Hongluo juga akan kambuh sebentar lagi. Cheng Yao harus memastikan Ning Ziyu tidak kambuh sampai Jun Heng membawa si master racun mata duitan kemari.

Cheng Yao kemudian keluar dari halaman belakang. Bulan di langit belum sempurna, tapi cahayanya begitu terang di antara langit gelap.

Dia berjalan di tengah taman mengenakan pakaian tidurnya, menatap sekeliling yang sudah mulai sepi. Dia berbelok ke halaman utama, kemudian berdiri di depan kamar utama yang ditempati Ning Ziyu.

Seharusnya pria itu sudah tidur, kan?

Namun, belum sempat Cheng Yao melangkahkan kaki, dia melihat Ling Yun keluar dari sana dengan terburu-buru. Wajahnya terlihat sangat panik, sampai-sampai tidak sadar kalau Cheng Yao sudah berdiri di depan kediaman.

“Apa yang terjadi?”

Ling Yun kemudian mendongak dan seketika sadar, “Tuan Adipati muntah darah! Putri, tolong jaga Tuan sebentar, aku akan memanggil Tabib Zhuo.”

Ling Yun berlari tanpa menghiraukan kebingungan Cheng Yao. Di halaman tersebut, Cheng Yao masih berdiri dengan bingung. Ning Ziyu muntah darah?

“Apakah racunnya kambuh lagi? Tapi, bukankah sekarang baru tanggal 10?”

Tanpa pikir panjang Cheng Yao langsung masuk ke dalam kamar. Dia terkejut melihat lantai di dekat tempat tidur Ning Ziyu basah karena genangan darah.

Warna darahnya merah kehitaman, dan baunya tidak lagi anyir, tapi agak busuk. Di atas tempat tidur, Ning Ziyu setengah berbaring sambil menahan tubuhnya. Noda darah di mulutnya masih tersisa, wajahnya pucat dan dia tampak sangat tersiksa.

“Ning Ziyu!” Cheng Yao berteriak saat Ning Ziyu muntah darah lagi.

Kali ini, darahnya langsung mengucur ke leher dan rambutnya karena Ning Ziyu tidak lagi mampu menggerakkan tubuhnya. Dia juga tidak bisa melihat apapun. Dia kembali menjadi lumpuh dan buta, dan rasa sakit di dadanya kian mendera.

“Mengapa kamu begitu mengenaskan?”

Cheng Yao duduk di tepi tempat tidur, mengambil lap dan membersihkan darah di tubuh Ning Ziyu. Tangannya bergetar begitu warna darah berpindah ke kain putih tersebut. Ya Tuhan, sepanjang hidupnya di dunia ini, baru kali ini dia melihat seseorang memuntahkan begitu banyak darah dari mulutnya.

“Kamu jangan mati dulu! Ning Ziyu, kamu masih hidup, kan?”

Dengan suara lemah, Ning Ziyu menjawab, “Aku sekarat.”

“Mengapa racunnya kambuh lima hari lebih cepat? Apakah benar-benar sudah parah?”

Ning Ziyu tidak punya tenaga untuk menjawab. Semua pandangannya gelap gulita, dan tubuhnya tidak bisa digerakkan. Dia kembali berada dalam kondisi yang jauh lebih mengenaskan daripada sekadar terluka di medan perang. Dia yang seperti ini jauh lebih menyedihkan dari apapun.

Tidak bisa, Cheng Yao tidak bisa menunggu dua hari lagi. Malam ini juga, Ning Ziyu harus diobati atau pria itu akan mati. Tetapi, Xiuli baru saja pergi menyampaikan pesan dan Ling Yun pergi memanggil tabib. Ling Ren tidak ada di kediaman, dan pelayan sudah beristirahat.

Haruskah Cheng Yao membuat keributan besar untuk memberitahu seisi kediaman kalau Adipati Ning sekarat?

Tapi, ia yakin bukan ini yang diinginkan Ning Ziyu. Pada saat dia sedang kalut, Jing Fu tiba-tiba datang. Tampaknya Ling Yun membangunkannya sebelum pergi. Begitu melihat kondisi mengenaskan sang adipati, Jing Fu langsung panik.

“Tuan Adipati! Astaga, mengapa darahnya banyak sekali?”

Cheng Yao seketika berteriak, “Jangan ribut! Apa kamu mau membuat seisi kediaman tahu dia sedang sekarat?”

“Tuan Putri, apa yang harus kita lakukan?”

“Tunggu di sini sebentar.”

Cheng Yao keluar, kembali ke kamarnya kemudian kembali lagi ke kamar Ning Ziyu. Dia menyerahkan sebuah token kepada Jing Fu sambil berkata, “Pergilah ke pos Paviliun Zhanbai dan tunjukkan token ini pada pengurusnya. Suruh mereka untuk segera bergegas!”

Jing Fu menatap token tersebut selama beberapa saat. Kalau tidak salah, itu adalah token khusus untuk pelanggan istimewa Paviliun Zhanbai. Di perbatasan ini, hanya Adipati Ning yang memilikinya. Token itu hanya bisa didapatkan oleh orang yang sangat berpengaruh, seperti pejabat penting atau pengusaha kaya raya. Jumlahnya terbatas.

Mengapa Putri Danyang memilikinya?

“Jangan banyak bertanya! Selamatkan dulu orangnya!”

Seperti tersadar, Jing Fu segera mengambil token dan berlari keluar. Setelah menaiki kuda, dia melesat membelah kota di malam hari menuju pos terdekat Paviliun Zhanbai untuk menyampaikan perintah. Di pos, Jing Fu bertemu dengan Xiuli yang hendak kembali ke kediaman.

“Pengurus Jing? Mengapa kamu kemari?”

“Nona Xiuli, Putri memberiku token ini. Terjadi sesuatu pada Adipati!”

Xiuli melihat tokennya, dan matanya membelalak. “Cepat pergi ke markas dan suruh orangnya datang malam ini juga!”

Orang-orang di pos tersebut langsung bergegas. Jing Fu tertegun. Dia tahu Adipati Ning dan Putri Danyang sudah bersepakat. Namun, dia tidak pernah menduga kalau Putri Danyang akan melibatkan Paviliun Zhanbai dalam hal ini. Adipati saja kesulitan mendapat informasi dari paviliun tersebut, mengapa Putri Danyang sepertinya begitu mudah mengaksesnya?

Para pengurus pos cabang juga menuruti perintah tanpa bertanya. Sungguh, Jing Fu sangat penasaran akan hubungan semacam ini, tapi dia tahu ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan itu. Sekarang yang paling penting adalah segera mengobati Adipati Ning yang sedang sekarat.

Dia kembali ke kediaman bersama Xiuli. Sudah ada Tabib Zhuo mengobati di sana, tapi tidak berefek. Ning Ziyu beberapa kali muntah darah lagi.

“Tidak berguna! Apakah kamu benaran seorang dokter?”

“Putri, mohon ampun. Racun di tubuh Adipati Ning sudah lama menyebar ke seluruh tubuhnya. Suplemen yang dikonsumsinya setiap bulan memang meredakan efeknya, namun akan menjadi serangan balik jika dikonsumsi dalam dosis besar dan berkepanjangan,” Tabib Zhuo, yang menjadi dokter penyakit Ning Ziyu berkata dengan takut. Baru pertama kali bertemu Putri Danyang, ternyata sudah segarang ini.

“Berapa banyak yang kamu berikan padanya terakhir kali?”

“Jum-jumlahnya seperti biasa, tetapi mungkin Tuan Adipati menambah dosis lain tanpa sepengetahuan hamba.”

“Ning Ziyu bodoh! Apakah kamu benaran ingin mati?”

Pada saat itu, Ning Ziyu sudah tidak sadarkan diri.

Terpopuler

Comments

Hasna 💙

Hasna 💙

makasih kk author , ttep semangat

2024-03-21

2

alqayusi

alqayusi

makasih triplenya thorr....sehat selalu untuk kakak

2024-03-21

2

lihat semua
Episodes
1 Eps. 1: Ditipu Kaisar
2 Eps. 2: Idola Kaum Muda
3 Eps. 3: Tidak Ada Penyambutan
4 Eps. 4: Putri dalam Rumor
5 Eps. 5: Si Buta yang Tampan
6 Eps. 6: Silsilah Kelahiran Adipati Ning
7 Eps. 7: Jangan Bicara Soal Orang Lain
8 Eps. 8: Pernikahan Adipati dan Sang Putri
9 Eps. 9: Harus Mendapatkan Malam Pertama!
10 Eps. 10: Pemuda Flamboyan adalah Tuan Putri!
11 Eps. 11: Tidak Bisa Memaklumi
12 Eps. 12: Kunci Kelemahan Masing-Masing
13 Eps. 13: Adipati Sudah Lari
14 Eps. 14: Kursi Panas
15 Eps. 15: Bicara dengan Kenyataan
16 Eps. 16: Berhenti Pura-Pura
17 Eps. 17: Informasi Payah
18 Eps. 18: Paman Kecil, Mari Bersepakat Denganku!
19 Eps. 19: Perjanjian
20 Eps. 20: Sekarat
21 Eps. 21: Menawar Racun
22 Eps. 22: Ingkar Janji
23 Eps. 23: Melampiaskan Amarah
24 Eps. 24: Ambisi Tersembunyi
25 Eps. 25: Festival Perahu Naga
26 Eps. 26: Menjadi Umpan Meriam
27 Eps. 27: Penjelasan
28 Eps. 28: Mencari Tahu Rencana
29 Eps. 29: Akan Berkunjung
30 Eps. 30: Gagal
31 Eps. 31: Gangguan
32 Eps. 32: Titah Pengawalan
33 Eps. 33: Kebencian
34 Eps. 34: Pemberangkatan
35 Eps. 35: Sebuah Alasan
36 Eps. 36: Pembunuh Utusan
37 Eps. 37: Menuju Ibukota Jin
38 Eps. 38: Ada Orang Lain
39 Eps. 39: Ramah Tamah Ibukota Jin
40 Eps. 40: Jamuan Penyambutan
41 Eps. 41: Tidak Bisa Dibandingkan
42 Eps. 42: Hadiah Pertemuan
43 Eps. 43: Menjadi Sempurna
44 Eps. 44: Kekuatan untuk Chengjia
45 Eps. 45: Penculikan
46 Eps. 46: Pembakaran
47 Eps. 47: Pertolongan
48 Eps. 48: Tidak Mudah Ditindas
49 Eps. 49: Rindu
50 Eps. 50: Panggilan Mendadak
51 Eps. 51: Niat yang Sesungguhnya
52 Eps. 52: Sengaja Masuk Jebakan
53 Eps. 53: Pertemuan
54 Eps. 54: Tangan Jahat
55 Eps. 55: Apakah Kamu Ingin Menjadi Kaisar?
56 Eps. 56: Rencana demi Rencana
57 Eps. 57: Mengadu Siasat
58 Eps. 58: Menghajar Orang Sombong
59 Eps. 59: Menenangkan Istri
60 Eps. 60: Bermain Air
61 Eps. 61: Memulai Rencana
62 Eps. 62: Keagungan yang Jatuh
63 Eps. 63: Tempat Penahanan
64 Eps. 64: Bayangan
65 Eps. 65: Induk Serangga!
66 Eps. 66: Surat Kesepakatan
67 Eps. 67: Menjadi Pemberontak
68 Eps. 68: Memberi Makan
69 Eps. 69: Bagi Tugas
70 Eps. 70: Menangkap Imigran Asing
71 Eps. 71: Khawatir
72 Eps. 72: Memaksakan Takhta
73 Eps. 73: Pemberontak Harus Mati
74 Eps. 74: Pemikiran Lain
75 Eps. 75: Pulih
76 Eps. 76: Rencana Penebusan
77 Eps. 77: Dendam Kesumat
78 Eps. 78: Penundaan
79 Eps. 79: Gelagat Aneh
80 Eps. 80: Bertemu Kaisar Dayan
81 Eps. 81: Kediaman Baru
82 Eps. 82: Pembawa Kabar
83 Eps. 83: Keputusan Kaisar
84 Eps. 84: Perjalanan Kembali
85 Eps. 85: Arogan
86 Eps. 86: Secercah Cahaya Matahari
87 Eps. 87: Tak Tahan Rindu
88 Eps. 88: Kabar dari Perbatasan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Eps. 1: Ditipu Kaisar
2
Eps. 2: Idola Kaum Muda
3
Eps. 3: Tidak Ada Penyambutan
4
Eps. 4: Putri dalam Rumor
5
Eps. 5: Si Buta yang Tampan
6
Eps. 6: Silsilah Kelahiran Adipati Ning
7
Eps. 7: Jangan Bicara Soal Orang Lain
8
Eps. 8: Pernikahan Adipati dan Sang Putri
9
Eps. 9: Harus Mendapatkan Malam Pertama!
10
Eps. 10: Pemuda Flamboyan adalah Tuan Putri!
11
Eps. 11: Tidak Bisa Memaklumi
12
Eps. 12: Kunci Kelemahan Masing-Masing
13
Eps. 13: Adipati Sudah Lari
14
Eps. 14: Kursi Panas
15
Eps. 15: Bicara dengan Kenyataan
16
Eps. 16: Berhenti Pura-Pura
17
Eps. 17: Informasi Payah
18
Eps. 18: Paman Kecil, Mari Bersepakat Denganku!
19
Eps. 19: Perjanjian
20
Eps. 20: Sekarat
21
Eps. 21: Menawar Racun
22
Eps. 22: Ingkar Janji
23
Eps. 23: Melampiaskan Amarah
24
Eps. 24: Ambisi Tersembunyi
25
Eps. 25: Festival Perahu Naga
26
Eps. 26: Menjadi Umpan Meriam
27
Eps. 27: Penjelasan
28
Eps. 28: Mencari Tahu Rencana
29
Eps. 29: Akan Berkunjung
30
Eps. 30: Gagal
31
Eps. 31: Gangguan
32
Eps. 32: Titah Pengawalan
33
Eps. 33: Kebencian
34
Eps. 34: Pemberangkatan
35
Eps. 35: Sebuah Alasan
36
Eps. 36: Pembunuh Utusan
37
Eps. 37: Menuju Ibukota Jin
38
Eps. 38: Ada Orang Lain
39
Eps. 39: Ramah Tamah Ibukota Jin
40
Eps. 40: Jamuan Penyambutan
41
Eps. 41: Tidak Bisa Dibandingkan
42
Eps. 42: Hadiah Pertemuan
43
Eps. 43: Menjadi Sempurna
44
Eps. 44: Kekuatan untuk Chengjia
45
Eps. 45: Penculikan
46
Eps. 46: Pembakaran
47
Eps. 47: Pertolongan
48
Eps. 48: Tidak Mudah Ditindas
49
Eps. 49: Rindu
50
Eps. 50: Panggilan Mendadak
51
Eps. 51: Niat yang Sesungguhnya
52
Eps. 52: Sengaja Masuk Jebakan
53
Eps. 53: Pertemuan
54
Eps. 54: Tangan Jahat
55
Eps. 55: Apakah Kamu Ingin Menjadi Kaisar?
56
Eps. 56: Rencana demi Rencana
57
Eps. 57: Mengadu Siasat
58
Eps. 58: Menghajar Orang Sombong
59
Eps. 59: Menenangkan Istri
60
Eps. 60: Bermain Air
61
Eps. 61: Memulai Rencana
62
Eps. 62: Keagungan yang Jatuh
63
Eps. 63: Tempat Penahanan
64
Eps. 64: Bayangan
65
Eps. 65: Induk Serangga!
66
Eps. 66: Surat Kesepakatan
67
Eps. 67: Menjadi Pemberontak
68
Eps. 68: Memberi Makan
69
Eps. 69: Bagi Tugas
70
Eps. 70: Menangkap Imigran Asing
71
Eps. 71: Khawatir
72
Eps. 72: Memaksakan Takhta
73
Eps. 73: Pemberontak Harus Mati
74
Eps. 74: Pemikiran Lain
75
Eps. 75: Pulih
76
Eps. 76: Rencana Penebusan
77
Eps. 77: Dendam Kesumat
78
Eps. 78: Penundaan
79
Eps. 79: Gelagat Aneh
80
Eps. 80: Bertemu Kaisar Dayan
81
Eps. 81: Kediaman Baru
82
Eps. 82: Pembawa Kabar
83
Eps. 83: Keputusan Kaisar
84
Eps. 84: Perjalanan Kembali
85
Eps. 85: Arogan
86
Eps. 86: Secercah Cahaya Matahari
87
Eps. 87: Tak Tahan Rindu
88
Eps. 88: Kabar dari Perbatasan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!