Eps. 18: Paman Kecil, Mari Bersepakat Denganku!

Jing Fu dan Ling Yun selalu menjadi korban yang menanggung akibat dari kemarahan Adipati Ning dan kekesalan Putri Danyang akhir-akhir ini. Mereka akan secara otomatis menjadi objek bulan-bulanan ketika kedua majikan mereka tidak senang.

Jing Fu yang merasa usianya lebih tua beberapa kali menasihati Ning Ziyu agar mempertimbangkan permintaan Cheng Yao jika tidak ingin kediaman ini terus kacau setiap hari. Namun, Ning Ziyu nyatanya lebih suka menutup kedua telinganya dan fokus menangani urusan pemerintahan ketimbang memperhitungkan masalah yang ditimbulkan Cheng Yao.

Selama Cheng Yao tidak kabur ke ibukota dan melapor pada Kaisar, itu sudah cukup bagi Ning Ziyu. Dia memang kesal dan marah karena kekacauan yang ditimbulkan oleh wanita itu, tapi dia juga tidak ingin memenuhi permintaannya. Dia tetap pada keputusan awalnya.

Jujur saja, Cheng Yao merasa kesulitan menaklukan Ning Ziyu. Sejak kembali ke Kota Feng, pria itu sudah tidak pernah datang ke kediaman belakang lagi. Ning Ziyu tidak lagi repot-repot menjaga kehormatan sang Putri Danyang karena tidak ingin bertemu dengannya, atau mereka akan ribut lagi.

“Dia menolaknya lagi?” tanya Cheng Yao pada Xiuli.

Beberapa jam lalu dia baru saja menyuruh orang mengirimkan makan siang ke ruang baca Adipati Ning, namun belum lima belas menit berlalu, Ling Yun datang mengembalikan kotak makan beserta isinya pada Cheng Yao. Ling Yun bilang, Tuan Adipati sedang sibuk bekerja, jika makan banyak, dia bisa kehilangan fokus dan mengantuk. Itu jelas alasan yang mengada-ngada.

“Putri, mungkin Putri bisa mencoba trik wanita cantik,” usul Xiuli.

“Trik wanita cantik? Maksudmu, aku harus bertingkah manja, bertutur kata sopan dan lemah lembut padanya?”

“Ya, mungkin saja itu dapat bekerja. Nona Song Hua bukankah mengandalkan itu untuk memikat Tuan Adipati?”

Song Hua? Ah, karena kesibukannya membujuk Ning Ziyu, Cheng Yao jadi lupa soal wanita bernama Song Hua yang digadang-gadang lebih cocok menjadi istri adipati masa depan. Pertemuannya dengan Song Hua di Taman Ankang kala itu belum cukup berkesan, namun bukan berarti Cheng Yao tidak tertarik.

“Aku punya ide. Xiuli, bawa kotak makan ini, ikut aku ke ruang baca Adipati!”

“Ah? Putri, bukankah Tuan Adipati sudah menolak?”

“Aku punya rencana.”

Xiuli menurut, lalu mengikuti majikannya dari belakang. Pintu ruang baca tertutup, tapi tidak biasanya Ling Yun tidak berjaga.

Setelah memperhatikan selama beberapa saat, Cheng Yao dan Xiuli lalu mulai mendekati tempat tersebut. Begitu sampai di depan pintu, Cheng Yao berdehem sebentar sambil membetulkan postur tubuh dan pakaiannya.

“Paman kecil, aku datang membawakanmu makan siang!”

Ning Ziyu yang sedang minum segelas air langsung tersedak. Pintu terbuka, menampilkan sosok Cheng Yao dengan balutan busana hijau muda yang cerah sedang berjalan ke arahnya.

“Uhuk…. Siapa yang kamu panggil paman kecil?”

“Selain kamu, memangnya siapa lagi yang bisa menerima kehormatan dipanggil paman kecil olehku?”

Ning Ziyu berkata dengan tegas, “Aku bukan pamanmu.”

“Eh… kamu tentu saja pamanku. Tuan Adipati, Ning Ziyu, meski margamu adalah Ning, tapi ibumu adalah Putri Wanxin, bibi bungsu ayahku. Kamu adalah adik sepupu ayahku, jadi secara hierarkis, kamu tentu saja adalah pamanku. Bukankah begitu?”

Yah, itu benar, tapi panggilan ‘paman kecil’ ini sangat janggal di telinga Ning Ziyu. Dia seorang adipati yang agung dan berkuasa, sejak kecil terbiasa hidup sendirian tanpa saudara selain ibu dan ayahnya.

Bagaimana bisa dia menikmati kebiasaan dipanggil sebagai ‘paman kecil’ oleh Cheng Yao, yang sekarang statusnya adalah istrinya sendiri?

Oh, bersaudara sepupu dengan seorang Kaisar memang merepotkan, dan putri sepupunya ini lebih merepotkan lagi. Setelah tidak berhasil membujuknya dengan makanan, apakah Cheng Yao mulai menggunakan trik lain untuk memikatnya? Tidak, Ning Ziyu tidak akan tergoda.

“Meski begitu, sekarang statusmu adalah istri adipati dan aku adalah suamimu. Tidak pantas bagimu memanggilku dengan sebutan itu,” Ning Ziyu mendengus.

“Yo, jadi sekarang kamu ingat kalau kamu adalah suamiku?”

Cheng Yao menatap penuh binar pada Ning Ziyu, menggodanya dengan berkata, “Kalau begitu, suamiku, kapan kamu akan memberiku seorang anak?”

Tidak ada hal lain yang selalu dibahas selain masalah ini. Ning Ziyu sudah bosan karena sejak menikah, setiap hari yang ada di pikiran wanita itu adalah anak dan anak.

Cara-cara yang dia gunakan untuk membujuknya sangat variatif, tapi sayang wanita itu hanya membuang-buang tenaganya saja. Pada akhirnya, Ning Ziyu akan mengacuhkannya lagi dan lagi meski Cheng Yao marah.

“Aku bisa menyetujui semua syaratmu. Apa yang kamu inginkan? Apakah kamu menginginkan seorang selir? Kalau ya, aku mungkin bisa sedikit berlapang dada dengan mengizinkan Song Hua masuk ke kediaman ini. Aku sudah bilang, kamu boleh mengambil selir dan tidak mencintaiku, tapi kamu hanya boleh punya anak dariku.”

Mendengar nama Song Hua disebutkan, ekspresi Ning Ziyu perlahan berubah jadi kusut. Dia dan Song Hua sama sekali tidak punya hubungan seserius itu, yang mengharuskan dia mengambilnya dan memasukannya ke kediaman sebagai selir. Hubungan mereka di masa lalu hanya sebatas teman berbincang sekilas yang bertemu pada beberapa situasi resmi. Tidak pernah disengaja atau direncanakan.

“Aku tidak punya hubungan apapun dengan Song Hua. Putri, hati-hati dengan kata-katamu.”

Tadinya Cheng Yao hanya ingin menguji Ning Ziyu untuk memastikan apakah pria ini punya sedikit perasaan pada Song Hua atau tidak.

Reaksinya ternyata sebesar ini, bahkan mengonfirmasi kalau dia sama sekali tidak punya hubungan dengan wanita itu. Ini membuktikan bahwa apa yang dianggap benar oleh orang-orang di Kota Feng tentang Song Hua dan Ning Ziyu hanyalah sebuah perkataan sepihak saja.

“Baiklah, baiklah, tidak suka ya tidak suka saja. Untuk apa kamu mencelaku dengan kata-kata?”

“Jika Putri tidak ada keperluan lagi, silakan pergi. Aku masih punya urusan penting untuk ditangani,” usir Ning Ziyu. Kalau itu adalah wanita lain, pasti sudah keluar sambil menangis. Tapi, ini adalah Cheng Yao, sang Putri Danyang yang tidak berguna dan tidak tahu malu.

“Kamu punya urusan penting, aku juga punya urusan penting. Urusan pentingku adalah kamu,” Cheng Yao kemudian menata piring makan siang di meja dengan hati-hati. “Menunda waktu makan bisa menimbulkan penyakit. Aku tidak mau ayah dari anak-anakku menjadi penyakitan.”

Meski kata-katanya tidak enak didengar, tapi sangat masuk akal. Ning Ziyu terkadang melewatkan jam makan karena sibuk dengan urusan resmi. Jika tidak diingatkan Jing Fu, dia akan melupakannya sampai jam makan di hari selanjutnya tiba. Itu memang kebiasaan yang sangat buruk.

“Suamiku, silakan makan.”

“Apakah kamu akan pergi jika aku makan?”

“Jika kamu menghabiskan makanannya, aku akan berhenti mengganggumu hari ini.”

“Sungguh?”

“Ya.”

Tanpa menunggu lama, Ning Ziyu langsung melahap hidangan makan siang yang sempat ditolaknya tadi. Dia begitu terburu-buru sampai hampir tersedak. Cheng Yao ingin tertawa. Ini hanya trik kecil, tapi pria ini menganggapnya begitu serius. Tampaknya Ning Ziyu benar-benar ingin mengusirnya pergi.

“Kamu begitu lahap, apakah kamu tidak takut aku menaruh obat di makanan itu?”

“Uhuk-uhuk… kamu berani?”

“Kenapa aku tidak berani? Aku bahkan bilang padamu kalau aku akan menempuh segala cara untuk membuatmu memiliki anak bersamaku.”

Entah mengapa Ning Ziyu justru merasa wanita itu tidak akan berani. Meski Cheng Yao menyebalkan dan keras kepala, dia bukan tipe orang yang akan menggunakan cara kotor untuk mencapai tujuannya.

Selama ini selain membujuknya dengan mengganggunya, Cheng Yao belum pernah melakukan sesuatu yang kotor dan licik seperti menaruh obat perangsang atau obat bius. Mungkin, setidaknya Cheng Yao masih memiliki kehormatan wanita yang berasal dari keluarga kerajaan sehingga tidak melakukan cara-cara kotor itu. Ning Ziyu lumayan lega, dadanya tidak terlalu sesak lagi.

“Paman kecil, mari bersepakat denganku.”

“Apa yang perlu disepakati?”

“Aku akan mengabulkan keinginanmu dan kamu harus mengabulkan keinginanku.”

“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengabulkan keinginanku.”

“Sungguh tidak mau? Aku bisa memberimu banyak uang, bahkan kehormatan.”

“Tidak. Orang harus tahu diri untuk tidak serakah akan harta benda dunia.”

“Bagaimana jika aku bisa menyembuhkan penyakitmu?”

Ning Ziyu seketika tertegun.

Terpopuler

Comments

Novi Yantisuherman

Novi Yantisuherman

Nanti klo udh jadi kabur ya Cheng yao,biar kebakaran jenggot tuh adipati Ning.
Sumpah geregetan gw

2024-05-03

10

lihat semua
Episodes
1 Eps. 1: Ditipu Kaisar
2 Eps. 2: Idola Kaum Muda
3 Eps. 3: Tidak Ada Penyambutan
4 Eps. 4: Putri dalam Rumor
5 Eps. 5: Si Buta yang Tampan
6 Eps. 6: Silsilah Kelahiran Adipati Ning
7 Eps. 7: Jangan Bicara Soal Orang Lain
8 Eps. 8: Pernikahan Adipati dan Sang Putri
9 Eps. 9: Harus Mendapatkan Malam Pertama!
10 Eps. 10: Pemuda Flamboyan adalah Tuan Putri!
11 Eps. 11: Tidak Bisa Memaklumi
12 Eps. 12: Kunci Kelemahan Masing-Masing
13 Eps. 13: Adipati Sudah Lari
14 Eps. 14: Kursi Panas
15 Eps. 15: Bicara dengan Kenyataan
16 Eps. 16: Berhenti Pura-Pura
17 Eps. 17: Informasi Payah
18 Eps. 18: Paman Kecil, Mari Bersepakat Denganku!
19 Eps. 19: Perjanjian
20 Eps. 20: Sekarat
21 Eps. 21: Menawar Racun
22 Eps. 22: Ingkar Janji
23 Eps. 23: Melampiaskan Amarah
24 Eps. 24: Ambisi Tersembunyi
25 Eps. 25: Festival Perahu Naga
26 Eps. 26: Menjadi Umpan Meriam
27 Eps. 27: Penjelasan
28 Eps. 28: Mencari Tahu Rencana
29 Eps. 29: Akan Berkunjung
30 Eps. 30: Gagal
31 Eps. 31: Gangguan
32 Eps. 32: Titah Pengawalan
33 Eps. 33: Kebencian
34 Eps. 34: Pemberangkatan
35 Eps. 35: Sebuah Alasan
36 Eps. 36: Pembunuh Utusan
37 Eps. 37: Menuju Ibukota Jin
38 Eps. 38: Ada Orang Lain
39 Eps. 39: Ramah Tamah Ibukota Jin
40 Eps. 40: Jamuan Penyambutan
41 Eps. 41: Tidak Bisa Dibandingkan
42 Eps. 42: Hadiah Pertemuan
43 Eps. 43: Menjadi Sempurna
44 Eps. 44: Kekuatan untuk Chengjia
45 Eps. 45: Penculikan
46 Eps. 46: Pembakaran
47 Eps. 47: Pertolongan
48 Eps. 48: Tidak Mudah Ditindas
49 Eps. 49: Rindu
50 Eps. 50: Panggilan Mendadak
51 Eps. 51: Niat yang Sesungguhnya
52 Eps. 52: Sengaja Masuk Jebakan
53 Eps. 53: Pertemuan
54 Eps. 54: Tangan Jahat
55 Eps. 55: Apakah Kamu Ingin Menjadi Kaisar?
56 Eps. 56: Rencana demi Rencana
57 Eps. 57: Mengadu Siasat
58 Eps. 58: Menghajar Orang Sombong
59 Eps. 59: Menenangkan Istri
60 Eps. 60: Bermain Air
61 Eps. 61: Memulai Rencana
62 Eps. 62: Keagungan yang Jatuh
63 Eps. 63: Tempat Penahanan
64 Eps. 64: Bayangan
65 Eps. 65: Induk Serangga!
66 Eps. 66: Surat Kesepakatan
67 Eps. 67: Menjadi Pemberontak
68 Eps. 68: Memberi Makan
69 Eps. 69: Bagi Tugas
70 Eps. 70: Menangkap Imigran Asing
71 Eps. 71: Khawatir
72 Eps. 72: Memaksakan Takhta
73 Eps. 73: Pemberontak Harus Mati
74 Eps. 74: Pemikiran Lain
75 Eps. 75: Pulih
76 Eps. 76: Rencana Penebusan
77 Eps. 77: Dendam Kesumat
78 Eps. 78: Penundaan
79 Eps. 79: Gelagat Aneh
80 Eps. 80: Bertemu Kaisar Dayan
81 Eps. 81: Kediaman Baru
82 Eps. 82: Pembawa Kabar
83 Eps. 83: Keputusan Kaisar
84 Eps. 84: Perjalanan Kembali
85 Eps. 85: Arogan
86 Eps. 86: Secercah Cahaya Matahari
87 Eps. 87: Tak Tahan Rindu
88 Eps. 88: Kabar dari Perbatasan
89 Eps. 89: Bantuan Paviliun Zhanbai
90 Eps. 90: Kesal
91 Eps. 91: Penghinaan Besar
92 Eps. 92: Kabar untuk Istana
93 Eps. 93: Hadiah
94 Eps. 94: Puncak Pertarungan
95 Eps. 95: Sampai Akhir
96 Eps. 96: Pertanda
97 Eps. 97: Mencari Kabar
98 Eps. 98: Orang yang Kembali dari Kematian
99 Eps. 99: Kesulitan
100 Eps. 100: Keberuntungan
101 Eps. 101: Sayang Anak
102 Eps. 102: Menanyakan Pilihan
103 Eps. 103: Membayar Harga
104 Eps. 104: Mewariskan Takhta
105 Eps. 105: Persinggahan Terakhir
106 Episode Spesial 1: Warisan
107 Episode Spesial 2: Pulang
108 Episode Spesial 3: Keturunan
109 Pemberitahuan Karya Baru
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Eps. 1: Ditipu Kaisar
2
Eps. 2: Idola Kaum Muda
3
Eps. 3: Tidak Ada Penyambutan
4
Eps. 4: Putri dalam Rumor
5
Eps. 5: Si Buta yang Tampan
6
Eps. 6: Silsilah Kelahiran Adipati Ning
7
Eps. 7: Jangan Bicara Soal Orang Lain
8
Eps. 8: Pernikahan Adipati dan Sang Putri
9
Eps. 9: Harus Mendapatkan Malam Pertama!
10
Eps. 10: Pemuda Flamboyan adalah Tuan Putri!
11
Eps. 11: Tidak Bisa Memaklumi
12
Eps. 12: Kunci Kelemahan Masing-Masing
13
Eps. 13: Adipati Sudah Lari
14
Eps. 14: Kursi Panas
15
Eps. 15: Bicara dengan Kenyataan
16
Eps. 16: Berhenti Pura-Pura
17
Eps. 17: Informasi Payah
18
Eps. 18: Paman Kecil, Mari Bersepakat Denganku!
19
Eps. 19: Perjanjian
20
Eps. 20: Sekarat
21
Eps. 21: Menawar Racun
22
Eps. 22: Ingkar Janji
23
Eps. 23: Melampiaskan Amarah
24
Eps. 24: Ambisi Tersembunyi
25
Eps. 25: Festival Perahu Naga
26
Eps. 26: Menjadi Umpan Meriam
27
Eps. 27: Penjelasan
28
Eps. 28: Mencari Tahu Rencana
29
Eps. 29: Akan Berkunjung
30
Eps. 30: Gagal
31
Eps. 31: Gangguan
32
Eps. 32: Titah Pengawalan
33
Eps. 33: Kebencian
34
Eps. 34: Pemberangkatan
35
Eps. 35: Sebuah Alasan
36
Eps. 36: Pembunuh Utusan
37
Eps. 37: Menuju Ibukota Jin
38
Eps. 38: Ada Orang Lain
39
Eps. 39: Ramah Tamah Ibukota Jin
40
Eps. 40: Jamuan Penyambutan
41
Eps. 41: Tidak Bisa Dibandingkan
42
Eps. 42: Hadiah Pertemuan
43
Eps. 43: Menjadi Sempurna
44
Eps. 44: Kekuatan untuk Chengjia
45
Eps. 45: Penculikan
46
Eps. 46: Pembakaran
47
Eps. 47: Pertolongan
48
Eps. 48: Tidak Mudah Ditindas
49
Eps. 49: Rindu
50
Eps. 50: Panggilan Mendadak
51
Eps. 51: Niat yang Sesungguhnya
52
Eps. 52: Sengaja Masuk Jebakan
53
Eps. 53: Pertemuan
54
Eps. 54: Tangan Jahat
55
Eps. 55: Apakah Kamu Ingin Menjadi Kaisar?
56
Eps. 56: Rencana demi Rencana
57
Eps. 57: Mengadu Siasat
58
Eps. 58: Menghajar Orang Sombong
59
Eps. 59: Menenangkan Istri
60
Eps. 60: Bermain Air
61
Eps. 61: Memulai Rencana
62
Eps. 62: Keagungan yang Jatuh
63
Eps. 63: Tempat Penahanan
64
Eps. 64: Bayangan
65
Eps. 65: Induk Serangga!
66
Eps. 66: Surat Kesepakatan
67
Eps. 67: Menjadi Pemberontak
68
Eps. 68: Memberi Makan
69
Eps. 69: Bagi Tugas
70
Eps. 70: Menangkap Imigran Asing
71
Eps. 71: Khawatir
72
Eps. 72: Memaksakan Takhta
73
Eps. 73: Pemberontak Harus Mati
74
Eps. 74: Pemikiran Lain
75
Eps. 75: Pulih
76
Eps. 76: Rencana Penebusan
77
Eps. 77: Dendam Kesumat
78
Eps. 78: Penundaan
79
Eps. 79: Gelagat Aneh
80
Eps. 80: Bertemu Kaisar Dayan
81
Eps. 81: Kediaman Baru
82
Eps. 82: Pembawa Kabar
83
Eps. 83: Keputusan Kaisar
84
Eps. 84: Perjalanan Kembali
85
Eps. 85: Arogan
86
Eps. 86: Secercah Cahaya Matahari
87
Eps. 87: Tak Tahan Rindu
88
Eps. 88: Kabar dari Perbatasan
89
Eps. 89: Bantuan Paviliun Zhanbai
90
Eps. 90: Kesal
91
Eps. 91: Penghinaan Besar
92
Eps. 92: Kabar untuk Istana
93
Eps. 93: Hadiah
94
Eps. 94: Puncak Pertarungan
95
Eps. 95: Sampai Akhir
96
Eps. 96: Pertanda
97
Eps. 97: Mencari Kabar
98
Eps. 98: Orang yang Kembali dari Kematian
99
Eps. 99: Kesulitan
100
Eps. 100: Keberuntungan
101
Eps. 101: Sayang Anak
102
Eps. 102: Menanyakan Pilihan
103
Eps. 103: Membayar Harga
104
Eps. 104: Mewariskan Takhta
105
Eps. 105: Persinggahan Terakhir
106
Episode Spesial 1: Warisan
107
Episode Spesial 2: Pulang
108
Episode Spesial 3: Keturunan
109
Pemberitahuan Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!