Istana Kekaisaran, Aula Linde.
Kasim Cao sedang menggerus batang tinta di wadah tinta yang sudah mulai penuh, namun tetap tidak menghentikan aktivitasnya.
Di meja kerja yang luas dengan permukaan sehalus sutera dan mengkilap seperti es, beberapa berkas ditumpuk secara asal. Di tengah meja, selembar kertas dibentangkan, lalu sebuah karakter dituliskan dengan sapuan kuas yang tipis.
“Maksudmu, dia terus meminta Ning Ziyu memberinya seorang anak?” tanya Kaisar pada Kasim Cao. Kasim Cao mengangguk.
“Benar, Yang Mulia. Putri Danyang juga menghadiri acara pesta teh di sebuah tempat bernama Taman Ankang dan menindas beberapa gadis dengan penampilannya.”
“Oh? Apakah putri yang nakal itu akhirnya memutuskan untuk berhenti pura-pura dan menunjukkan warna aslinya?”
“Yang Mulia, Anda selalu mentoleransi Putri Danyang sejak kecil. Kali ini Yang Mulia mengirimnya menikah dengan Adipati Ning, sungguh merupakan berkah yang sangat besar untuknya.”
Kaisar lalu tertawa. Putrinya, yang dia abaikan namun selalu ia toleransi itu tampaknya sudah memutuskan untuk berhenti pura-pura.
Selama ini, Kaisar selalu tahu bahwa Cheng Yao tidaklah bodoh dan bukan tidak berguna. Putrinya itu hanya mencari cara dengan bermain aman untuk mengamankan hidupnya.
Alasan mengapa dia mengabaikannya selama ini juga untuk membantunya. Jika Kaisar menunjukkan kasih sayangnya pada Cheng Yao, maka putri-putri yang lain, terutama Putri Chengjia pasti akan menargetkan Cheng Yao. Ibu Cheng Yao sudah meninggal, di istana ini dia tidak punya fondasi.
Satu-satunya cara bertahan hidup adalah dengan bermain aman dengan menjadi tidak berguna dan bodoh. Kaisar juga mengerti alasan di baliknya.
Sejak dahulu, sejak dinasti ini didirikan, orang-orang yang terlalu menonjol tidak pernah berakhir baik. Hidup mereka menjadi berbahaya ketika perebutan kekuasaan dan pengaruh menjadi ajang pencarian jati diri.
Kaisar merasa sudah waktunya dia melepaskan Cheng Yao dari sangkar. Istana kekaisaran yang membesarkannya dalam 18 tahun terakhir tidak lagi cukup untuk menampung dirinya yang dianggap malas dan tidak berguna. Kaisar merasa dari semua putra-putrinya, hanya Cheng Yao yang terlahir dengan sifat tidak biasa.
Dia bisa menyembunyikan karakternya begitu dalam, tidak segan-segan membunuh sifat aslinya hanya untuk menyembunyikan diri. Tidak seperti yang lain yang justru mengandalkan kemampuan dan latar belakang keluarga untuk dipandang olehnya dan mendapat kasih sayangnya.
Jadi, istana kekaisaran sepertinya tidak cocok. Kalau dia membiarkan Cheng Yao tetap tinggal di istana, putrinya yang lain yang sudah dinikahkan bisa saja protes. Karena itulah dia memutuskan untuk menikahkan Cheng Yao.
Kaisar mulanya kebingungan karena pada saat yang sama, dia juga merasa bahwa sepupu mudanya yang ada di Kota Feng, Ning Ziyu, sudah melewati usia menikah tapi belum memiliki istri atau selir.
Melalui pertimbangan yang panjang dia akhirnya memilih Ning Ziyu sebagai suami untuk Cheng Yao. Kaisar tahu Cheng Yao tidak patuh, jadi dia menggunakan cara licik untuk menipunya pergi menikah ke Kota Feng. Dengan begini, dua beban pikirannya sudah teratasi dengan satu cara.
Tapi, siapa yang bisa menyangka kalau setelah Cheng Yao pergi ke Kota Feng, si pemalas yang tidak berguna itu akhirnya menunjukkan warna aslinya dan tidak ragu mengatakan dia ingin punya anak dengan Ning Ziyu. Mengingat ini, Kaisar hanya bisa tertawa.
“Ning Ziyu pasti kerepotan saat ini,” ucap Kaisar. Kasim Cao tersenyum wajar seperti biasa, “Yang Mulia, Adipati Ning telah pergi ke Kota Luo untuk menghindari Tuan Putri.”
“Oh? Dia meninggalkan gadis tengik itu?”
“Ya, Yang Mulia.”
Kaisar tertawa lagi. Sepupu kecilnya, Ning Ziyu itu begitu sulit bergaul dengan perempuan. Di masa lalu setiap kali diadakan perjamuan istana, dan ketika Putri Wanxin masih hidup, sosok Ning Ziyu kecil sudah banyak menarik perhatian.
Ning Ziyu sudah tampan dari lahir, dan banyak pejabat Kaisar yang ingin menjalin pernikahan dengan keluarga kekaisaran lewat Ning Ziyu.
Namun, saat itu Ning Ziyu justru berkata dia tidak suka pada wanita dan tidak akan memberikan perhatian selain kepada ibunya. Seisi aula tertawa, namun tidak ada yang benar-benar menyangka kalau kata-katanya jadi kenyataan.
Sekarang menghadapi Putri Danyang, Ning Ziyu tampaknya dalam kesulitan besar. Jika tidak, mengapa dia memilih Kota Luo yang jauh untuk melarikan diri?
“Hahahaha…. Mereka punya semangat muda dan belum mampu mengendalikan diri. Biarkan saja, tidak perlu ikut campur dalam urusan pernikahan mereka,” ucap Kaisar. Tawanya masih terdengar nyaring, membuat Kasim Cao dan beberapa pelayan yang melayani merasa tenang.
Kaisar sudah tua, tidak banyak hari yang bisa dilewati dengan tenang. Akhir-akhir ini suasana hati Kaisar juga lumayan buruk. Baru setelah mendengar kabar tentang Putri Danyang, dia merasa sedikit lega.
Para pelayan kemudian berpikir bahwa Kaisar mungkin tidak benar-benar mengabaikan Putri Danyang seperti yang diketahui banyak orang. Melihat senyum Kaisar yang langka adalah hal berharga.
Tapi kemudian, Kaisar mengendurkan senyumnya, lalu hilang dalam beberapa detik. Raut wajahnya berubah menjadi serius. Dia mengambil sebuah berkas, melihatnya sebentar lalu menyimpannya lagi.
“Cao Cen, panggilkan Chengia kemari!”
Kasim Cao mengangguk lalu mundur untuk melaksanakan perintah. Aula Linde seketika berubah sunyi.
Bahkan para pelayan yang sebelumnya merasa tenang sekarang jadi khawatir. Perubahan suasana hati Kaisar selalu tidak dapat diterka. Mereka kemudian diam-diam meninggalkan aula setelah tugas mereka selesai.
Setengah jam kemudian, Kasim Cao kembali bersama Putri Chengjia, lalu mereka bicara hal serius yang tidak dapat didengar oleh orang di luar aula.
Sementara itu di Kota Luo, Ning Ziyu baru kembali dari kamp militer. Wilayah perbatasan antara Negara Jin dan kekaisaran mencakup empat kota besar, Kota Luo, Kota Feng, Kota Yu, dan Kota Di.
Di setiap kota, Ning Ziyu menempatkan pasukan besar sebagai penjaga utama, kemudian menunjuk satu hakim daerah untuk mengurus urusan pemerintahan dalam kota.
Dia menggunakan Kota Feng yang dahulu dibangun dan dikembangkan oleh ayahnya sebagai pusat pemerintahan wilayah perbatasan. Jika ada urusan yang tidak dapat ditangani hakim daerah, maka urusan itu akan diselesaikan oleh Ning Ziyu.
Adipati muda memimpin empat kota perbatasan, prestasi ini sudah sangat gemilang. Orang-orang di pengadilan kekaisaran mungkin merasa tidak nyaman dan menganggapnya sebagai ancaman. Namun, Ning Ziyu selalu tahu bahwa Kaisar percaya pada hatinya dan ketulusannya sehingga Kaisar tidak pernah meragukan Ning Ziyu dalam hal apapun.
Hakim Kota Luo masuk sambil membawa sepucuk surat.
“Tuan Adipati, Tuan Jing mengirim surat untukmu,” ucap Hakim Kota Luo.
“Berikan padaku.”
Dalam surat itu dikatakan bahwa beberapa hari yang lalu, Cheng Yao marah karena Ning Ziyu pergi ke Kota Luo tanpa memberitahunya. Dia menghukum Jing Fu berlutut selama berjam-jam di luar. Kabar yang ini tidak terlalu mengejutkan. Ning Ziyu tidak heran jika Cheng Yao melakukan itu.
Namun, dia justru merasa heran saat membaca bagian lainnya. Katanya beberapa hari yang lalu pula, Cheng Yao pergi ke Taman Ankang untuk menghadiri jamuan pesta teh.
Di sana, dia sudah dipermalukan, tapi dia berhasil membungkam mulut semua orang setelah dia memainkan sebuah lagu kecapi. Aneh sekali, sosok Cheng Yao yang dikenal sebagai Putri Danyang ini benar-benar misterius.
“Apakah ada surat lain?” tanya Ning Ziyu. Dia ingin tahu apakah Ling Ren sudah mendapatkan informasi yang ia inginkan atau belum. Hakim Kota Luo menggelengkan kepalanya.
“Mungkin Tuan harus kembali ke Kota Feng jika ingin tahu kabar lainnya,” ucap hakim.
“Aku tahu. Hakim Pei, siapkan kuda. Aku akan kembali ke Kota Feng sore ini.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Oi Min
cara kaisar menunjukkan kasih sayang pada Cheng Yao mang beda
2024-08-13
1
_cloetffny
syukur kaisarnya ga rese
2024-05-27
1
INdah🌹
191
2024-05-18
1