Eps. 14: Kursi Panas

Taman Ankang, tempat pesta teh diadakan dipenuhi oleh gadis-gadis muda keluarga bangsawan Kota Feng.

Aula besar yang terbuka dan luas dihias dengan aneka karangan bunga. Meja-meja kecil disiapkan di berbagai sudut, ada pula yang berjejer membentuk barisan memanjang yang rapi.

Ada yang sibuk berbincang, ada pula yang sibuk berkerumun menikmati makanan dan camilan ringan yang disajikan sebelum pesta dimulai.

Pakaian mereka mewah dan berwarna-warni. Rambut mereka ditata sedemikian rupa, wajah mereka juga dirias secantik mungkin.

Dapat disimpulkan bahwa gadis-gadis bangsawan ini masing-masing ingin tampil paling menarik dan menonjol. Mereka menggunakan sumber daya yang mereka miliki untuk membuat penampilan mereka jadi yang terbaik.

Selain untuk menunjukkan kepada gadis lain, itu juga ditujukan untuk menarik perhatian laki-laki yang mungkin ikut meramaikan.

Semua orang sudah tiba, namun pestanya belum juga dimulai. Tidak biasanya jam pesta dimundurkan lebih lambat. Para gadis mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang ditunggu oleh penyelenggara.

“Tunggu sebentar lagi. Tamu pentingnya belum datang,” ucap seorang gadis bergaun merah muda pada temannya.

“Apakah dia akan datang?”

“Undangannya sudah dikirim ke kediaman adipati. Jika dia tidak datang, maka dia akan merusak reputasi kediaman adipati karena dia sekarang menyandang status sebagai istri adipati.”

“Bila hadir pun, bukankah sama saja? Putri Danyang itu bodoh dan tidak berguna, apa yang bisa dia lakukan di tengah pesta seperti ini?”

“Jika dia datang, maka dia benar-benar bodoh. Pesta teh ini bukan hanya jamuan teh biasa, tapi juga acara pertemuan gadis terpelajar Kota Feng. Orang bodoh seperti Putri Danyang tidak memiliki kemampuan untuk bergabung bersama kita.”

“Kamu benar. Jika bukan karena dia putri Kaisar dan menikah karena dekrit, orang yang harusnya menjadi istri adipati itu sudah jelas adalah Nona Song.”

“Kamu juga setuju dengan hal itu?”

“Tentu saja. Nona Song sangat berbakat dan berbudi. Aku tidak keberatan dia menjadi pendamping Adipati Ning.”

Mendengar gadis-gadis ini membicarakannya dengan begitu buruk, Cheng Yao hanya terkekeh diam-diam sambil menguping dari dekat.

Gadis-gadis ini belum pernah bertemu dengannya, jadi mereka tidak tahu bahwa orang yang mereka bicarakan sebenarnya sedang berdiri di dekat mereka.

Menarik, pikir Cheng Yao. Tampaknya tidak sia-sia dia mengorbankan waktu santainya untuk datang ke pesta seperti ini hari ini.

Pestanya belum dimulai, tapi dia sudah disambut dengan obrolan yang sangat menarik tentangnya. Ia rasa ini lebih menarik daripada pertunjukan drama yang sering disajikan oleh Chengjia dan para putri lainnya di istana kekaisaran.

“Apakah Nona Song adalah kekasih Adipati Ning?” tanya Cheng Yao tiba-tiba. Gadis-gadis itu sontak menoleh padanya dan mengernyit, “Nona, apakah kamu tidak tahu?”

“Ah, aku baru tiba di Kota Feng setengah tahun lalu, jadi aku tidak banyak tahu tentang kisah Adipati Ning dan Nona Song. Kakak-kakak, bisakah kalian memberitahuku?”

Bagai mendapat jalan yang lengang, gadis-gadis itu jadi lebih bersemangat.

“Sebenarnya, Nona Song bukan kekasih Adipati Ning. Dia adalah putri dari Tuan Song Haitian, wakil jenderal bawahan Adipati Ning. Aku beritahu kamu, Nona Song adalah kecantikan nomor satu di Kota Feng. Karakternya sangat baik, budinya juga sangat luhur. Dia ramah dan sangat berbakat.”

“Lalu mengapa kalian beranggapan dia cocok menjadi istri Adipati Ning?” tanya Cheng Yao lagi.

Sebenarnya dia sudah tahu perihal hubungan Ning Ziyu dengan Song Hua, tapi dia penasaran dan ingin mendengarkan dari sudut pandang para gadis Kota Feng.

“Adipati Ning sangat luar biasa dan berprestasi. Kaisar secara khusus menjadikannya adipati dan menjaga wilayah perbatasan meneruskan Jenderal Agung Xian Zhou. Adipati Ning dan Nona Song tumbuh bersama sejak kecil. Jadi, mereka sangat dekat.”

“Ah, kekasih masa kecil rupanya. Mengapa mereka tidak menikah saja?”

“Adipati Ning tidak terlalu peduli pada percintaan, dia juga menganggap Nona Song tidak lebih dari sekadar teman. Nona Song juga tidak menunjukkan perasaannya secara terang-terangan. Mungkin karena dia adalah wanita yang bermartabat sehingga dia sangat menjaga etiketnya.”

“Kalau begitu, Nona Song ini benar-benar bermartabat,” seloroh Cheng Yao.

“Bukankah begitu? Sayang sekali dia tidak menikah dengan Adipati Ning. Dibandingkan dengan Putri Danyang yang jelek dan gendut itu, Nona Song Hua seribu kali lipat lebih baik darinya.”

Dia tidak keberatan mengenai masa lalu Ning Ziyu. Dia juga tidak keberatan dibanding-bandingkan dengan orang lain, karena saat di istana kekaisaran pun dia sudah sangat sering direndahkan.

Tapi, yang perlu digarisbawahi di sini adalah dia tidak mau dibandingkan dengan seorang wanita yang jelas belum pernah ditemui olehnya.

Bagaimana bisa mereka mengatakan banyak hal buruk tentangnya di saat mereka sendiri tidak tahu bagaimana penampilan aslinya?

Cheng Yao tiba-tiba jadi penasaran seperti apa Song Hua itu sebenarnya, seperti apa penampilannya, dan bagaimana perangai aslinya.

Orang yang terlihat lugu dan mulia kadang lebih busuk daripada orang jahat yang bertindak terang-terangan. Cheng Yao ingin tahu apakah Song Hua yang dibicarakan ini adalah orang munafik atau bukan.

Pihak penyelenggara pesta, seorang wanita muda berusia tiga puluh tahunan lantas berdiri di tengah aula. Wanita bernama Xue Lin itu mengumumkan bahwa pesta tehnya akan dimulai. Dia mempersilakan semua tamu untuk duduk di tempat yang telah disediakan.

“Sudah mau dimulai? Memangnya orangnya sudah datang?” tanya gadis bergaun merah muda.

Cheng Yao di sampingnya hanya berkata dalam hati: kamu lamban. Tamu pentingnya sudah datang sejak tadi.

Cheng Yao biasanya tidak suka duduk paling depan, tapi hari ini entah dorongan dari mana membuatnya ingin duduk di kursi paling depan.

Xue Lin meliriknya, tersenyum lalu sedikit membungkuk memberi hormat padanya. Melihat itu, gadis-gadis tadi langsung kebingungan.

“Apakah ada tamu penting lain yang diundang kemari selain Putri Danyang?”

“Tidak tahu, tapi mungkin saja. Gadis tadi mungkin saja tamu penting lainnya.”

Kemudian, pesta tehnya benar-benar dimulai. Saat gadis-gadis lain beradu kemampuan menggunakan seni teh, Cheng Yao malah bermalas-malasan.

Dia menatap set peralatan membuat teh dengan acuh tak acuh, meletakkan teko tanah di atas tungku dan memasukkan daun teh ke dalam teko. Lalu, dia membiarkannya sampai mendidih sendiri.

Gadis-gadis di dekatnya menatapnya dengan aneh. Dari mana datangnya orang bodoh ini? Mengapa seorang gadis bangsawan sepertinya tidak mengetahui seni menyeduh teh?

Tidak, bukannya Cheng Yao tidak tahu. Saat bibi pengurus Istana Dalam mengajari para putri keterampilan seni dan etiket wanita, dia belajar juga, tapi malas mempraktekannya.

Dia lebih suka orang lain mempraktekannya untuknya. Bukannya tidak menghargai, tapi Cheng Yao benar-benar malas melakukannya.

Xue Lin tiba-tiba menghampirinya sambil membawa cangkir berisi teh yang sudah diseduh. Gesturnya yang lembut menarik perhatian Cheng Yao, dan dia mendongak untuk menatapnya.

“Tuan Putri, maaf atas penyambutan kami yang buruk. Maukah Tuan Putri mencicipi hidangan teh yang baru aku seduh? Ini adalah teh Oolong yang diseduh dengan air embun musim semi,” tawar Xue Lin sambil menyodorkan cangkir.

Tampaknya, kata-kata Xue Lin barusan telah didengar jelas oleh semua orang yang ada di aula Taman Ankang. Semua perhatian tiba-tiba tertuju pada sosok wanita berpakaian biru tua dengan riasan dan aksesoris sederhana yang duduk di kursi paling depan.

“P-Pu-Putri Danyang?” si gadis bergaun merah muda yang tadi bicara langsung menjatuhkan pengocok tehnya begitu mendengar cara menyapa Xue Lin. “Wanita itu, yang berbicara dengan kita tadi adalah Putri Danyang?”

“Bagaimana bisa Putri Danyang adalah dia?”

“Apa kamu gila? Mengapa bukan?” gadis lainnya menimpali.

Tidak ada yang tidak terkejut. Cheng Yao tiba-tiba merasa kursi yang didudukinya sekarang menjadi sangat panas akibat tatapan dari semua gadis di aula ini.

Episodes
1 Eps. 1: Ditipu Kaisar
2 Eps. 2: Idola Kaum Muda
3 Eps. 3: Tidak Ada Penyambutan
4 Eps. 4: Putri dalam Rumor
5 Eps. 5: Si Buta yang Tampan
6 Eps. 6: Silsilah Kelahiran Adipati Ning
7 Eps. 7: Jangan Bicara Soal Orang Lain
8 Eps. 8: Pernikahan Adipati dan Sang Putri
9 Eps. 9: Harus Mendapatkan Malam Pertama!
10 Eps. 10: Pemuda Flamboyan adalah Tuan Putri!
11 Eps. 11: Tidak Bisa Memaklumi
12 Eps. 12: Kunci Kelemahan Masing-Masing
13 Eps. 13: Adipati Sudah Lari
14 Eps. 14: Kursi Panas
15 Eps. 15: Bicara dengan Kenyataan
16 Eps. 16: Berhenti Pura-Pura
17 Eps. 17: Informasi Payah
18 Eps. 18: Paman Kecil, Mari Bersepakat Denganku!
19 Eps. 19: Perjanjian
20 Eps. 20: Sekarat
21 Eps. 21: Menawar Racun
22 Eps. 22: Ingkar Janji
23 Eps. 23: Melampiaskan Amarah
24 Eps. 24: Ambisi Tersembunyi
25 Eps. 25: Festival Perahu Naga
26 Eps. 26: Menjadi Umpan Meriam
27 Eps. 27: Penjelasan
28 Eps. 28: Mencari Tahu Rencana
29 Eps. 29: Akan Berkunjung
30 Eps. 30: Gagal
31 Eps. 31: Gangguan
32 Eps. 32: Titah Pengawalan
33 Eps. 33: Kebencian
34 Eps. 34: Pemberangkatan
35 Eps. 35: Sebuah Alasan
36 Eps. 36: Pembunuh Utusan
37 Eps. 37: Menuju Ibukota Jin
38 Eps. 38: Ada Orang Lain
39 Eps. 39: Ramah Tamah Ibukota Jin
40 Eps. 40: Jamuan Penyambutan
41 Eps. 41: Tidak Bisa Dibandingkan
42 Eps. 42: Hadiah Pertemuan
43 Eps. 43: Menjadi Sempurna
44 Eps. 44: Kekuatan untuk Chengjia
45 Eps. 45: Penculikan
46 Eps. 46: Pembakaran
47 Eps. 47: Pertolongan
48 Eps. 48: Tidak Mudah Ditindas
49 Eps. 49: Rindu
50 Eps. 50: Panggilan Mendadak
51 Eps. 51: Niat yang Sesungguhnya
52 Eps. 52: Sengaja Masuk Jebakan
53 Eps. 53: Pertemuan
54 Eps. 54: Tangan Jahat
55 Eps. 55: Apakah Kamu Ingin Menjadi Kaisar?
56 Eps. 56: Rencana demi Rencana
57 Eps. 57: Mengadu Siasat
58 Eps. 58: Menghajar Orang Sombong
59 Eps. 59: Menenangkan Istri
60 Eps. 60: Bermain Air
61 Eps. 61: Memulai Rencana
62 Eps. 62: Keagungan yang Jatuh
63 Eps. 63: Tempat Penahanan
64 Eps. 64: Bayangan
65 Eps. 65: Induk Serangga!
66 Eps. 66: Surat Kesepakatan
67 Eps. 67: Menjadi Pemberontak
68 Eps. 68: Memberi Makan
69 Eps. 69: Bagi Tugas
70 Eps. 70: Menangkap Imigran Asing
71 Eps. 71: Khawatir
72 Eps. 72: Memaksakan Takhta
73 Eps. 73: Pemberontak Harus Mati
74 Eps. 74: Pemikiran Lain
75 Eps. 75: Pulih
76 Eps. 76: Rencana Penebusan
77 Eps. 77: Dendam Kesumat
78 Eps. 78: Penundaan
79 Eps. 79: Gelagat Aneh
80 Eps. 80: Bertemu Kaisar Dayan
81 Eps. 81: Kediaman Baru
82 Eps. 82: Pembawa Kabar
83 Eps. 83: Keputusan Kaisar
84 Eps. 84: Perjalanan Kembali
85 Eps. 85: Arogan
86 Eps. 86: Secercah Cahaya Matahari
87 Eps. 87: Tak Tahan Rindu
88 Eps. 88: Kabar dari Perbatasan
89 Eps. 89: Bantuan Paviliun Zhanbai
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Eps. 1: Ditipu Kaisar
2
Eps. 2: Idola Kaum Muda
3
Eps. 3: Tidak Ada Penyambutan
4
Eps. 4: Putri dalam Rumor
5
Eps. 5: Si Buta yang Tampan
6
Eps. 6: Silsilah Kelahiran Adipati Ning
7
Eps. 7: Jangan Bicara Soal Orang Lain
8
Eps. 8: Pernikahan Adipati dan Sang Putri
9
Eps. 9: Harus Mendapatkan Malam Pertama!
10
Eps. 10: Pemuda Flamboyan adalah Tuan Putri!
11
Eps. 11: Tidak Bisa Memaklumi
12
Eps. 12: Kunci Kelemahan Masing-Masing
13
Eps. 13: Adipati Sudah Lari
14
Eps. 14: Kursi Panas
15
Eps. 15: Bicara dengan Kenyataan
16
Eps. 16: Berhenti Pura-Pura
17
Eps. 17: Informasi Payah
18
Eps. 18: Paman Kecil, Mari Bersepakat Denganku!
19
Eps. 19: Perjanjian
20
Eps. 20: Sekarat
21
Eps. 21: Menawar Racun
22
Eps. 22: Ingkar Janji
23
Eps. 23: Melampiaskan Amarah
24
Eps. 24: Ambisi Tersembunyi
25
Eps. 25: Festival Perahu Naga
26
Eps. 26: Menjadi Umpan Meriam
27
Eps. 27: Penjelasan
28
Eps. 28: Mencari Tahu Rencana
29
Eps. 29: Akan Berkunjung
30
Eps. 30: Gagal
31
Eps. 31: Gangguan
32
Eps. 32: Titah Pengawalan
33
Eps. 33: Kebencian
34
Eps. 34: Pemberangkatan
35
Eps. 35: Sebuah Alasan
36
Eps. 36: Pembunuh Utusan
37
Eps. 37: Menuju Ibukota Jin
38
Eps. 38: Ada Orang Lain
39
Eps. 39: Ramah Tamah Ibukota Jin
40
Eps. 40: Jamuan Penyambutan
41
Eps. 41: Tidak Bisa Dibandingkan
42
Eps. 42: Hadiah Pertemuan
43
Eps. 43: Menjadi Sempurna
44
Eps. 44: Kekuatan untuk Chengjia
45
Eps. 45: Penculikan
46
Eps. 46: Pembakaran
47
Eps. 47: Pertolongan
48
Eps. 48: Tidak Mudah Ditindas
49
Eps. 49: Rindu
50
Eps. 50: Panggilan Mendadak
51
Eps. 51: Niat yang Sesungguhnya
52
Eps. 52: Sengaja Masuk Jebakan
53
Eps. 53: Pertemuan
54
Eps. 54: Tangan Jahat
55
Eps. 55: Apakah Kamu Ingin Menjadi Kaisar?
56
Eps. 56: Rencana demi Rencana
57
Eps. 57: Mengadu Siasat
58
Eps. 58: Menghajar Orang Sombong
59
Eps. 59: Menenangkan Istri
60
Eps. 60: Bermain Air
61
Eps. 61: Memulai Rencana
62
Eps. 62: Keagungan yang Jatuh
63
Eps. 63: Tempat Penahanan
64
Eps. 64: Bayangan
65
Eps. 65: Induk Serangga!
66
Eps. 66: Surat Kesepakatan
67
Eps. 67: Menjadi Pemberontak
68
Eps. 68: Memberi Makan
69
Eps. 69: Bagi Tugas
70
Eps. 70: Menangkap Imigran Asing
71
Eps. 71: Khawatir
72
Eps. 72: Memaksakan Takhta
73
Eps. 73: Pemberontak Harus Mati
74
Eps. 74: Pemikiran Lain
75
Eps. 75: Pulih
76
Eps. 76: Rencana Penebusan
77
Eps. 77: Dendam Kesumat
78
Eps. 78: Penundaan
79
Eps. 79: Gelagat Aneh
80
Eps. 80: Bertemu Kaisar Dayan
81
Eps. 81: Kediaman Baru
82
Eps. 82: Pembawa Kabar
83
Eps. 83: Keputusan Kaisar
84
Eps. 84: Perjalanan Kembali
85
Eps. 85: Arogan
86
Eps. 86: Secercah Cahaya Matahari
87
Eps. 87: Tak Tahan Rindu
88
Eps. 88: Kabar dari Perbatasan
89
Eps. 89: Bantuan Paviliun Zhanbai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!