Keesokan harinya, Cheng Yao terbangun dalam keadaan linglung. Pundaknya terasa sakit, kepalanya agak pusing. Ia bangun lebih lambat dari jam bangunnya yang biasa. Ia melihat Xiuli sudah membawakan baskom air untuk cuci muka dan handuk kering.
“Sialan Ning Ziyu itu! Beraninya dia memukulku sampai pingsan!”
Cheng Yao semalam sebetulnya tidak ingin memaksa. Tapi, sayangnya Ning Ziyu sama sekali tidak mau berkompromi. Jika memang tidak ingin, mereka bisa bicara.
Cheng Yao juga bisa memberikan waktu sampai dia siap. Tapi, siapa yang bisa menyangka kalau pria itu tiba-tiba saja memukulnya sampai pingsan!
“Putri, kamu seharusnya lebih menahan diri. Adipati Ning selalu suci, bahkan di usianya yang ke-23 tahun ini, dia sama sekali tidak berminat mengambil selir. Jika tidak dipaksa menikah oleh Kaisar, Tuan Adipati mungkin tidak akan menikah,” ucap Xiuli.
Sebagai bawahan dan pelayan setia, dia tahu betul apa yang sudah terjadi di antara Cheng Yao dan Ning Ziyu.
Cheng Yao mencibir. Pelayannya sekarang jauh lebih pintar dan pengertian.
“Dia punya mulut. Seharusnya dia bisa berdiskusi, tapi dia malah terus mendebatku. Jadi, bukan salahku kalau aku memaksanya semalam.”
“Yang Muliaku yang cantik jelita dan pandai mengejutkan orang, yang terpenting adalah kamu sudah memenuhi titah pernikahan. Soal penyempurnaan pernikahan itu, mungkin sebaiknya menunggu sedikit lebih lama lagi.”
“Kamu benar. Sudahlah, aku malas membahasnya lagi. Berikan handuknya!”
Xiuli menyodorkan handuk kering pada Cheng Yao. Cheng Yao dengan pelan mengusap wajah mulusnya.
Di dunia ini, air adalah benda langka yang sangat berharga. Tidak ada pompa atau sumber penampungan. Di kota perbatasan yang kering ini, dia mungkin hanya bisa mandi sebanyak sekali dalam dua hari.
“Apa Jun Heng sudah pergi?” tanya Cheng Yao.
Xiuli mengangguk. “Jun Heng sudah pergi sejak pagi. Dia bilang akan mengirimkan informasi mengenai detail racun bunga Hongluo secepat mungkin.”
Cheng Yao meletakkan handuk kering, lalu mengganti pakaiannya. Di depan cermin perunggu berwarna kuning, dia mematut dirinya yang polos tanpa riasan.
Wajah cantik ini sama dengan wajah miliknya sebelum dia berpindah dimensi. Bedanya, kulitnya lebih halus dan lebih kenyal karena dirawat secara alami.
Wajah cantik ini tidak bisa memikat Ning Ziyu. Tapi, setidaknya dia tidak akan memalukan diri sendiri. Orang tahu kalau Putri Danyang jelek dan gendut.
Ketika dia keluar nanti, dia bisa membuktikan bahwa rumor yang beredar tentangnya tidaklah benar. Putri Danyang adalah orang yang sangat cantik, bahkan lebih cantik dari gadis-gadis Kota Feng yang gila itu.
“Mereka tergila-gila pada Ning Ziyu. Kalau begitu, wajah cantik pemberian Tuhan ini adalah pendamping yang pas untuk menjadi pasangannya. Bukankah begitu, Xiuli?”
“Ya. Putri selalu cantik. Demi menutupi kecantikan itu, kamu bahkan rela memakai riasan hitam untuk membuat dirimu terlihat jelek agar tidak menarik perhatian orang lain.”
Itu benar. Di istana kekaisaran, selain menjadikan diri sebagai orang yang tidak berguna, Cheng Yao juga suka mengubah wajahnya menjadi jelek. Pada setiap pertemuan penting keluarga kekaisaran, dia selalu datang terlambat sehingga dibicarakan orang.
Dia secara alami dijauhi karena wajahnya yang kusam dan penampilannya tidak menarik. Tapi, meski dia bersembunyi, tampaknya Kaisar masih bisa mengetahuinya.
Entah bagaimana caranya ayahnya itu bisa tahu kalau Cheng Yao sebenarnya sangat cantik. Meskipun begitu, Kaisar tetap mengabaikannya juga.
Di Kota Feng ini, yang jauh dari hingar bingar dan kebusukan ibukota, Cheng Yao tidak perlu bersembunyi lagi. Ia hanya akan menyisakan satu bayangan hitam yang ia sembunyikan: Paviliun Zhanbai.
Di luar itu, baik dari karakter maupun perilakunya, termasuk penampilan aslinya, Cheng Yao tidak akan menutupinya lagi.
Orang-orang busuk seperti para saudara perempuan dan saudara laki-lakinya di istana tidak akan lagi mengincarnya. Jadi, bisa dibilang kalau momen pernikahannya dengan Ning Ziyu di Kota Feng ini adalah kebebasan untuknya.
“Di mana Ning Ziyu?” tanya Cheng Yao setelah ia selesai berias.
“Tuan Adipati ada di ruang belajar. Putri, habiskan dulu sarapanmu sebelum kamu menemuinya.”
“Ya.”
Setelah sarapan, Cheng Yao keluar dari kediamannya. Ia ingin menemui Ning Ziyu dan membicarakan masalah semalam dengannya. Ia berjalan melewati taman yang ditata dengan indah.
Bunga-bunga musim gugur bermekaran di beberapa sudut, seperti bunga-bunga di taman kekaisaran. Ia menebak penggagas taman bunga ini juga Putri Wanxin.
Saat Cheng Yao melewati taman utama, dia berpapasan dengan Ling Yun yang baru kembali setelah menangani suatu urusan. Melihat wajah Cheng Yao, Ling Yun tertegun sejenak. Ia mengernyit sambil menatap Cheng Yao.
Matanya kemudian membelalak, dia langsung lari menuju ruang baca Adipati Ning. Cheng Yao terkekeh, ia menebak kalau Ling Yun pasti sudah tahu kalau dia adalah orang yang pernah ditemuinya beberapa hari lalu di tengah kota. Kemudian, wanita itu berjalan santai menyusul Ling Yun.
“Tuan! Gawat! Gawat!”
Ning Ziyu hanya meliriknya dengan sudut mata saat Ling Yun masuk sambil berteriak. Saat ini, ia sedang menulis sebuah laporan militer yang akan dikirim ke ibukota bersama dengan laporan pernikahannya berikut alasan mengapa ia memundurkan tanggalnya.
“Untuk apa kamu berteriak? Kamu pikir ruang bacaku ini adalah hutan belantara?” sindir Ning Ziyu.
“Itu…itu… pemuda flamboyan yang saat itu masuk ke dalam keretamu ada di sini!”
Mendengar kata pemuda flamboyan, ingatannya seketika melayang pada hari saat penyakitnya kambuh lebih awal. Pemuda flamboyan yang dimaksud oleh Ling Yun pastilah pemuda yang menerobos masuk ke dalam keretanya untuk menghindari kejaran para gadis Kota Feng tempo hari.
Suasana hatinya mulai memburuk. Ning Ziyu masih tidak senang atas gangguan yang ditimbulkan oleh pemuda flamboyan itu.
Kalau dia ada di sini, Ning Ziyu sekalian akan menegurnya atas tindakan tidak sopannya tempo hari! Dia sudah sangat lancang padanya!
“Di mana dia?” tanya Ning Ziyu.
“Di sini,” Cheng Yao tiba-tiba menyela. Dia muncul di balik pintu bersama Xiuli, berjalan dengan santai ke dalam ruang belajar.
“Benar! Itu dia! Tuan, dia adalah pemuda flamboyan itu!” Ling Yun langsung menunjuk Cheng Yao dengan jarinya. Cheng Yao kemudian memukul tangan Ling Yun hingga membuatnya meringis.
“Hati-hati dengan telunjukmu!” tegur Cheng
Yao.
Ning Ziyu mengernyitkan dahinya. Kedua alisnya hampir menyatu. Pemuda flamboyan itu adalah Cheng Yao? Matanya buta saat itu, jadi hanya Ling Yun yang melihat rupanya. Ling Yun tidak mungkin berbohong.
“Kamu?”
Cheng Yao mengedikkan bahunya tanpa dosa. Ia duduk di kursi, mengambil biji kuaci dan mengunyahnya seperti kelinci. “Aku belum berterima kasih secara tulus atas pertolonganmu saat itu, Tuan Adipati.”
“Apakah orang yang menyelinap ke kamar mandi saat itu juga kamu?”
“Kalau bukan, memangnya siapa lagi?”
Ning Ziyu langsung memejamkan mata sambil mengepalkan tangannya. Dalam empat hari ini, dia sudah ditipu dua kali oleh Cheng Yao.
Pertama adalah saat wanita ini menyamar sebagai pria dan masuk ke dalam keretanya demi menghindari amukan pada gadis. Kedua adalah saat Ning Ziyu sedang mandi obat.
Ya ampun, bagaimana bisa dia tidak menyadarinya?
“Kalian sudah saling mengenal?” tanya Ling Yun dengan ekspresi bodoh. “Tuanku, wanita ini adalah pemuda flamboyan yang baru kamu temui satu kali. Mengapa dia ada di sini? Dan mengapa dia bicara tanpa sopan santun padamu?”
“Hei, yang tidak sopan itu adalah kamu, pengawal bodoh! Di mana rasa hormatmu ketika berhadapan dengan seorang Putri?” Cheng Yao berkata sinis.
“Putri? Putri apa? Tuan, Putri apa yang dimaksud olehnya?”
Ning Ziyu menghela napasnya.
“Dia adalah Putri Danyang.”
Ling Yun membelalakkan mata lebar-lebar.
“Pu-Putri Danyang?”
Cheng Yao terkekeh. Pengawal di sisi Ning Ziyu ternyata bodoh sekali. Ling Ren kaku dan sedikit bicara. Ling Yun banyak bicara, tapi otaknya sepertinya tidak terlalu baik.
“Buka matamu lebar-lebar dan lihat apakah aku adalah seorang Putri berwajah bulat dengan telapak tangan sebesar piring, berkaki pendek seperti bayi gajah, beralis tipis, hidung pesek, bibir tebal, bertubuh gemuk dengan tinggi tidak lebih dari satu meter,” sindir Cheng Yao. Meski nadanya ringan, namun itu sudah cukup membuat kaki Ling Yun kehilangan kekuatannya. Ia hampir ambruk di lantai.
“Aku tidak masalah dengan orang luar yang membicarakan aku. Tapi, aku tidak menyangka bahwa aku akan mengetahui pengawalmu, Tuan Adipati, orang kepercayaan seorang adipati dapat berbicara buruk dan bergosip tentangku, tentang seorang Putri Kaisar. Tuan Adipati, inikah etiket yang diajarkan oleh Putri Wanxin dan Jenderal Agung Xian Zhou kepadamu dan pada para bawahanmu?”
Ning Ziyu bagaikan tersengat listrik mendengar kata-kata Cheng Yao. Dia lupa kalau membicarakan keturunan keluarga kekaisaran adalah sesuatu yang tabu, terutama di kalangan sesama keturunan keluarga kekaisaran sepertinya.
“Tentu saja tidak,” Ning Ziyu menjeda ucapannya, lalu menatap Ling Yun, “Minta maaf padanya sekarang!”
Ling Yun langsung berlutut meminta maaf persis seperti Jing Fu dan Ling Ren saat itu. Ning Ziyu menatap Cheng Yao dan merasakan kemarahan yang unik dalam sikap acuh tak acuh wanita itu. Ekspresinya biasa saja, tapi itu benar-benar bisa membuat orang gemetar ketakutan.
Dia benar-benar tidak sesuai rumor. Apakah ini adalah warna asli dari Putri Danyang yang selama ini dikenal tidak berguna dan bodoh? Nyatanya, apa yang dilihat Ning Ziyu tidaklah sesederhana seperti yang dikatakan orang.
“Aiya, aku lupa kalau aku tidak boleh menindas orang. Kamu pergi, jangan muncul di hadapanku dalam tiga hari!”
Setelah mendapat pengampunan, Ling Yun segera melarikan diri. Putri Danyang aslinya menakutkan.
Dia salah sudah bicara buruk tentangnya kepada Adipati Ning. Seharusnya dia bisa menjaga mulut sialannya itu!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Ita Xiaomi
Lucu dah pasti. Mengunyah dgn gigi dpn 😁
2024-11-06
0
Oi Min
wkwkwkwkwkwkwkwk..... Ling Yun kocak
2024-08-13
0
Dewi Ansyari
Ling yung takut sama Cheng yao adalah putri🤣🤣🤣🤣Lucunya
2024-05-11
3