Pagi ini di tanggal 18, kediaman Adipati Ning sudah sangat sibuk. Pasalnya, pernikahan adipati mereka dengan sang Putri akan dilangsungkan.
Belum sempat pintu dibuka, puluhan penduduk kota dan pejabat setempat yang mengenal baik Adipati Ning sudah berkumpul di depan gerbang, membawa banyak hadiah dan memakai pakaian yang sangat bagus.
Adipati Ning, pahlawan Kota Feng yang agung akan menikah. Bagaimana bisa mereka tidak merayakannya?
Selain itu, meski istrinya adalah Putri Danyang, status kebangsawanan yang disandangnya cukup memukau banyak orang. Itu sudah cukup menjadi alasan bagi mereka datang berbondong-bondong mendatangi kediaman Adipati Ning untuk memberi selamat.
Ning Ziyu keluar dari kediamannya dengan mengenakan pakaian pengantin yang sudah disiapkan sebelumnya. Kondisi tubuhnya sudah pulih seperti sedia kala, sehingga orang lain tidak akan menyadari bahwa dia adalah pemuda buta dan lumpuh yang tidak dapat bergerak tanpa bantuan.
“Apakah Putri Danyang sudah siap?” tanyanya pada Ling Ren. Ling Ren tidak yakin apakah Putri Danyang sudah siap atau tidak. Meskipun siap, ia ragu Adipati Ning akan memercayainya.
“Seseorang akan mengantarkannya ke aula, Tuan.”
“Baiklah kalau begitu.”
Ning Ziyu kemudian pergi ke aula. Ia terkejut melihat dekorasi yang disiapkan di aula tersebut. Gayanya cukup aneh, tapi tidak membuang kesan tradisional yang mematuhi hukum adat dinasti. Dia berdiri membelakangi pintu masuk untuk menunggu pengantin wanitanya datang.
“Pengantin wanita sudah tiba!” petugas lalu berteriak.
Sontak, semua mata tertuju pada sosok gadis dengan gaun pengantin hijau tua dan merah yang sedang berjalan memasuki aula sambil menutup wajahnya dengan kipas.
Ning Ziyu berbalik, mematung selama beberapa detik. Ning Ziyu mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan kalau matanya sudah bisa melihat dengan jelas.
Apakah racunnya masih belum terkendali hingga matanya masih bermasalah?
Yang dilihatnya saat ini bukanlah gadis gendut dengan kaki seperti gajah dan tubuh bulat seperti babi. Juga bukan sosok wanita pendek yang tidak bisa melangkah jauh.
Sosok pengantin yang memasuki aula adalah sosok gadis dengan tubuh ideal seperti wanita kebanyakan! Bahkan dia memiliki tinggi dan bentuk tubuh yang proporsional!
Ning Ziyu belum bertemu dengannya sejak dia datang, jadi dia hanya mengira penampilannya sama seperti yang dirumorkan. Nyatanya, itu salah besar. Sekarang dia penasaran seperti apa wajah di balik kipas itu. Apakah benar berwajah bulat?
Cheng Yao tiba di sisi Ning Ziyu. Ia menoleh untuk melihat rupa pria buta dan lumpuh yang sudah sembuh ini. Lalu, dia tersenyum seraya berkata, “Senang bertemu denganmu, Adipati Ning. Apakah kamu cukup terkejut?”
Ning Ziyu terdiam. Cheng Yao terkekeh.
“Oh, aku benar-benar berbakat dalam mengejutkan orang. Tuan Adipati, terkadang kamu tidak boleh sepenuhnya mempercayai rumor di luar sana,” ucap Cheng Yao sambil mengedipkan sebelah matanya.
Ning Ziyu hampir percaya gadis itu adalah gadis gendut dan jelek yang dirumorkan. Dia hampir dibuat percaya oleh kata-kata Ling Yun saat itu.
Cheng Yao jelas sangat cantik. Keindahannya tidak bisa dibandingkan dengan keindahan bunga-bunga muda di Kota Feng yang selalu mengejarnya!
Ning Ziyu berdehem untuk mengendalikan diri. Dia kembali memfokuskan dirinya ke depan. Jing Fu memimpin upacara, memandu Cheng Yao dan Ning Ziyu melakukan ritual pernikahan sesuai dengan adat yang berlaku di Dayan. Setelah selesai, pesta dilangsungkan dan hidangan-hidangan dihidangkan di meja-meja tamu.
Musik yang gembira ditabuh oleh para petugas pendamping. Kediaman Adipati Ning yang biasanya tenang jadi riuh dan ramai.
Karena Adipati Ning adalah adipati di Kota Feng dan sangat terhormat, orang-orang yang datang juga begitu menjaga etika. Mereka tidak melakukan hal berlebihan yang memalukan diri sendiri.
Cheng Yao sebenarnya masih ingin melihat keramaian, tapi bibi pengurus mengatakan banyak aturan yang harus ditaati dalam pernikahan.
Dia diantar kembali ke kamar setelah upacara dan ditinggalkan begitu saja. Padahal, dia sangat penasaran seperti apa keriuhan di kediaman utama.
“Xiuli, apakah kamu di sana?” tanya Cheng Yao.
Xiuli masuk. “Ada apa, Putri?”
“Aku ingin keluar. Aku ingin melihat keramaian!”
“Tidak boleh! Putri sudah cukup membuat banyak orang terkejut hari ini. Kasihanilah mereka!”
Ah, benar. Kemunculan Cheng Yao sebagai pengantin wanita Adipati Ning hari ini sangat mengejutkan. Selain para pelayan kediaman dan para petugas pernikahan yang datang dari ibukota bersamanya, sisanya tidak tahu seperti apa dia.
Jadi ketika dia muncul, rumor buruk tentang bentuk fisiknya seketika ditumpas seperti kapas yang dituangkan air di atasnya.
“Oh aku benci aturan seperti ini! Siapa yang membuat undang-undang agar pengantin wanita masuk ke kamar setelah upacara?”
Di zaman modern, itu tidak berlaku. Setelah akad, pengantin akan berbincang dengan para tamu undangan atau berfoto. Tapi, di sini tidak berlaku.
Rasanya sudah lama sekali Cheng Yao tidak melihat pemandangan seperti itu. Di usianya yang ke-18 tahun di zaman ini, ia justru menikah tanpa bisa berekspresi dengan bebas.
“Putri, jangan berisik. Masih ada dua bibi pengurus di depan pintu. Mereka bisa bergosip tentangmu jika kamu bicara terlalu keras.”
“Apakah gossip tentangku belum cukup menyebar di luar sana? Apa yang perlu aku khawatirkan?”
“Putri, ini hari pernikahanmu. Setidaknya kamu harus terlihat anggun dan elegan untuk suami yang baru kamu nikahi.”
Xiuli benar. Meski kata anggun dan elegan tidak cocok untuknya, tapi demi Ning Ziyu, Cheng Yao harus menahannya.
Keputusan Cheng Yao untuk menerima Ning Ziyu sebagai suaminya sudah bulat, dan ia harus menjaga nama baiknya. Jika tidak, dia tidak bisa mendapatkan kesempatan melahirkan bibit unggul darinya.
“Baiklah, hanya hari ini saja.”
Di aula, Ning Ziyu menjamu beberapa tamu penting. Sebenarnya dia agak tidak nyaman karena banyak orang berarti banyak kuman.
Debu, kotoran, terbang dan bercampur di antara orang-orang itu. Ia ingin bersin beberapa kali, tapi Ling Ren memberinya saputangan dan sachet berisi obat herbal.
Matanya tanpa sengaja melihat sosok seorang gadis dengan penampilan yang tidak kalah luar biasa dari Cheng Yao duduk di salah satu kursi tamu penting. Gadis itu memakai pakaian berwarna merah muda yang cerah, yang membuatnya tampak menonjol dari tamu perempuan lainnya.
Kebetulan, gadis itu juga menatapnya. Tidak ingin menciptakan suasana canggung, si gadis berdiri memegang gelas berisi minuman. Mau tidak mau Ning Ziyu menghampirinya.
“Song Hua, mengucapkan selamat atas pernikahan Adipati Ning dan Putri Danyang,” ucap gadis itu.
Ning Ziyu hanya mengangguk ringan tanpa ekspresi berlebihan. Gadis itu adalah Song Hua, gadis yang dibicarakan oleh Ling Ren semalam yang katanya adalah pasangan sempurna untuk Adipati Ning. Meski Ning Ziyu tidak ingin menanggapinya, dia juga tidak bisa mengabaikannya sepenuhnya.
Song Hua lalu duduk lagi. Tatapannya agak lain. Ada maksud dan perasaan yang tidak semestinya dari tatapan itu. Sekarang, idola nomor satu di Kota Feng yang sangat agung itu sudah menikah.
Dia, kandidat yang sering disebutkan oleh orang lain, bukanlah pengantin wanitanya. Dia merasa sedih tanpa alasan.
Beberapa orang lalu meminta bersulang dengan Ning Ziyu. Setelah habis beberapa teguk, Ning Ziyu agak mabuk. Ling Ren buru-buru menahannya di sisinya agar tidak ambruk.
“Tuan, sudah saatnya kamu kembali,” ucapnya. Lalu, dia berbisik, “Racunmu baru dikendalikan. Mabuk berlebihan hanya akan membuat tubuhmu kehilangan kendali lebih cepat.”
Ning Ziyu hanya pura-pura. Ia lalu berpamitan dengan alasan tidak ingin membuat istrinya menunggu. Setelah menjauh dari aula dan tempat pesta, dia menyegarkan dirinya dan kembali sadar. Ning Ziyu bahkan berjalan tegak seperti sebelumnya.
“Kapan Ling Yun kembali?” tanyanya pada Ling Ren.
“Mungkin dua hari lagi. Apakah Tuan memiliki perintah lain untuknya?”
“Aku ingin dia mengawasi gerak-gerik mata-mata Negara Jin. Pernikahanku dengan Putri Danyang mungkin sudah membuat mereka menjadi sangat waspada.”
Ling Ren mengangguk. Dia mengerutkan kening saat melihat Ning Ziyu hendak memasuki kediaman di halaman belakang, memasuki kediaman yang ditinggali Cheng Yao.
“Tuan, untuk apa kamu masuk ke halaman belakang?”
Sekarang giliran Ning Ziyu yang mengernyit.
“Ini hari pernikahanku, dan halaman belakang adalah tempat tinggal istriku. Kenapa kamu masih bertanya alasannya?”
Ling Ren seperti hendak berkata, tapi dia menelan kembali kata-katanya ke dalam perut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Hasna 💙
lanjut ka kalu bisa up 2 bab , ttep semangat berkarya😁😁
2024-03-16
3
alqayusi
lanjut thor....dan tetap💪💪💪
2024-03-16
1