Keesokan harinya, aktivitas di kediaman Adipati Ning berjalan normal seperti biasa. Kecuali, kecuali di kediaman tempat tinggal Putri Danyang. Sejak kembali dalam keadaan basah kuyup malam tadi, Cheng Yao bertingkah aneh.
Dia merenung selama berjam-jam, tidur dini hari lalu bangun lebih awal dari pelayan. Setelah bangun, dia terlihat sangat senang, bahkan tersenyum sendiri.
Pada saat itu, seorang pelayan datang melapor kepada Xiuli bahwa ada seorang pemuda yang mengaku merupakan bagian dari rombongan pernikahan datang pagi ini. Setelah Xiuli mengizinkannya masuk, si pelayan pergi untuk menjemput kembali pemuda itu.
“Putri! Aku datang untuk menyampaikan informasi yang kamu minta!”
Jun Heng berseru setelah tiba di halaman belakang. Urusan paviliun yang dipercayakan Cheng Yao kepadanya baru selesai dua hari lalu sehingga dia baru bisa menyusul Cheng Yao hari ini. Namun, dia justru terkejut melihat tuannya sedang menyirami bunga-bunga sambil tersenyum.
“Xiuli, apakah aku tidak salah lihat? Putri Danyang yang pemalas dan abai, sedang menyirami bunga? Ada apa dengan senyumnya itu?”
Jun Heng justru merasa takut. Ia lebih suka melihat Cheng Yao marah-marah padanya ketika dia tidak bekerja dengan benar.
“Jun Heng, Putri sepertinya sudah gila. Dia bertingkah aneh sejak semalam.”
“Ah?”
Cheng Yao tiba-tiba mendongak. Melihat sosok Jun Heng ada di kediaman, ekspresinya tiba-tiba berubah drastis. Suasana hatinya ikut berubah memburuk.
Jun Heng merinding, diam-diam merasa takut, “Sepertinya kamu benar. Putri sudah gila. Sekarang aku benar-benar takut dengan perubahan sikapnya.”
“Jun Heng sialan! Kamu masih tahu untuk kembali? Kemari kamu!”
Jun Heng mau kabur, tapi gayung tempurung kelapa yang dipakai menyirami tanaman lebih dulu menahannya dengan membentur punggungnya. Jun Heng terjatuh, tengkurap di taman sambil meringis. Putri Danyang masih saja kasar setiap kali marah!
Cheng Yao menjewer telinga Jun Heng dan menyeretnya masuk ke ruangan. Xiuli menutup pintu, lalu bergabung bersama mereka.
“Mana informasi yang aku inginkan?”
Jun Heng mengeluarkan beberapa berkas yang diambil dari Paviliun Zhanbai berisi informasi mendetail mengenai Adipati Ning.
Dari halaman awal saja Cheng Yao sudah mengerutkan kening dan merasa telah melakukan kesalahan besar. Lalu pada halaman-halaman selanjutnya, Cheng Yao malah merasa tertekan.
Semua dugaannya terhadap sosok Adipati Ning salah besar. Ia sudah tertekan setelah mengetahui kenyataannya semalam. Diam-diam Cheng Yao mengumpati ayahnya yang Kaisar dalam hati. Si rubah tua licik itu benar-benar pandai menyulitkan orang!
“Putri, kamu baik-baik saja?” Jun Heng bertanya khawatir.
Tuannya tiba-tiba diikat dan dikirim menikah ke Kota Feng yang jauh saat dia tidak ada. Beritanya sudah sampai ke Paviliun Zhanbai jauh-jauh hari, tapi karena paviliun sedang sangat sibuk, Jun Heng baru bisa datang hari ini. Tampaknya dia terlambat. Sesuatu telah terjadi pada Putri Danyang ini.
Cheng Yao menutup berkas tersebut. Tekanan di wajahnya sangat kentara. Ibu dari Adipati Ning adalah Putri Wanxin, Putri bungsu kakek buyut dan adik bungsu kakeknya. Artinya, Putri Wanxin adalah bibi dari ayah Cheng Yao. Adipati Ning adalah sepupu ayahnya.
“Putri Wanxin, Ye Yin, adalah adik bungsu dari kakekku, yang lahir dari selir termuda mendiang Kaisar atau buyutku sebelum meninggal dua bulan setelah kelahirannya. Dia lahir saat ayahku berusia 20 tahun. Saat itu, ayahku adalah seorang putra mahkota. Memiliki bibi kecil di usia 20 tahun tidak jauh berbeda rasanya seperti punya anak, sehingga dia membesarkannya dengan tangannya sendiri. Putri Wanxin dibesarkan di bawah asuhan ayahku dan sangat disayangi. Ayahku adalah keponakannya yang usianya 20 tahun lebih tua darinya, dan itu artinya Putri Wanxin adalah nenekku yang paling muda.”
“Ayahku naik takhta saat usianya 30 tahun. Artinya, usia Putri Wanxin saat itu sudah 10 tahun. Kemudian, delapan tahun setelahnya atau saat usia ayahku 38 tahun dan usia Putri Wanxin 18 tahun, ayahku menikahkannya kepada Jenderal Agung Ning Xian Zhou dan dua tahun setelah itu, Adipati Ning lahir. Dia dilahirkan saat Putri Wanxin berusia 20 tahun, dan ayahku yang menjadi sepupu Adipati Ning di usia 40 tahun.”
“Tiga tahun setelahnya atau saat Adipati Ning berusia tiga tahun, ayahku yang usianya sudah 43 tahun menikahi selir baru. Aku lahir dua tahun setelahnya, yakni saat ayahku berusia 45 tahun. Adipati Ning saat itu sudah berusia lima tahun, dan ibunya alias Putri Wanxin sudah berusia 25 tahun. Selisih kelahiranku dengan Adipati Ning adalah lima tahun, dan jarak usiaku dengan Putri Wanxin adalah 25 tahun, sama seperti selisih usianya dengan usia ayahku. Lalu, Putri Wanxin meninggal di usia 40 tahun, atau pada saat Adipati Ning berusia 20 tahun. Saat itu, aku baru berusia 15 tahun. Sekarang, aku sudah berusia 18 tahun, Adipati Ning 23 tahun, dan ayahku berusia 63 tahun.”
Sampai bagian ini, wajah tertekan Cheng Yao masih terlihat. Dia lantas melanjutkan kata-katanya.
“Aku tidak menyangka pria tua itu akan memiliki umur yang panjang sampai 63 tahun. Bibi bungsunya saja bahkan hanya bisa hidup sampai usia 40 tahun. Memang, seorang Kaisar bisa memiliki umur lebih panjang dari orang lain. Mungkin, inilah yang disebut dengan berkah langit untuk putra langit. Aku menebak sebentar lagi, Putra Mahkota, kakakku yang usianya 25 tahun akan naik takhta menggantikan ayah. Oh, selisih umurku dengan kakakku juga hanya berbeda tujuh tahun. Kakakku lahir dua tahun lebih awal dari Adipati Ning, atau pada saat Putri Wanxin menikah dengan Jendeal Ning Xian Zhou.”
Cheng Yao mengambil satu berkas lagi dan membacanya. Keningnya berkerut sesekali begitu ia membaca isi dokumen tersebut. Ini benar-benar mengejutkan. Ia setidaknya telah menemukan alasan mengapa pria itu bisa jadi buta.
“Lima tahun lalu pada pertempuran dengan Negara Jin, Ning Ziyu terluka. Dia terkena racun bunga Hongluo yang aneh. Lukanya disembuhkan, tapi racunnya tertinggal di dalam tubuh. Itu membuatnya kehilangan kemampuan untuk bergerak, melumpuhkan otot kakinya, membuatnya lumpuh dan kehilangan penglihatan setiap pertengahan bulan. Setiap kali kambuh, maka butuh waktu tiga hari untuk sembuh.”
“Ning Ziyu tidak melaporkan kondisinya ke pengadilan dan tidak memberitahu Kaisar. Dia menyembunyikan penyakitnya dengan sangat baik. Aku tidak tahu apakah ayahku tidak tahu atau dia pura-pura tidak tahu. Ning Ziyu adalah adipati, dia juga sepupunya. Mustahil bagi seorang Kaisar seperti ayahku tidak mengetahui sesuatu tentang Ning Ziyu.”
Cheng Yao benar-benar mengerti. Itu sebabnya Ning Ziyu menutup matanya dengan kain putih. Rupanya, racun bunga Hongluo di tubuhnya sedang kambuh.
Pantas saja dia ingin memundurkan tanggal pernikahan. Menurut hitungan, seharusnya hari kambuhnya adalah kemarin di tanggal 15. Tetapi mengapa Cheng Yao melihat dia sudah menderita di tanggal 14?
“Apakah kondisinya sudah memburuk?” gumamnya.
Jun Heng yang telah membaca informasinya lebih awal hanya turut merasa sedih untuk tuannya. Tuannya sangat baik, tapi Kaisar malah menikahkannya kepada sepupunya yang sangat muda ke tempat yang jauh di Kota Feng ini. Tuannya paling malas bepergian. Dia pasti sudah menderita sepanjang perjalanan ini.
Xiuli ikut menghela napas. Mau bagaimana lagi, keputusan Kaisar tidak dapat ditentang. Tuannya sangat malang. Statusnya sebagai Putri membuatnya tidak memiliki kebebasan yang sesungguhnya. Dia bahkan dinikahkan dengan raja penyakitan yang aneh.
“Rubah tua licik itu tidak hanya menipuku untuk menikah ke tempat yang jauh, tapi juga ingin menjeratku dengan sepupu mudanya yang sangat tampan.”
“Lalu, apakah Putri masih akan menikah dengannya?”
Xiuli belum melihat sosok Adipati Ning, jadi dia tidak tahu apakah kata ‘muda’ yang dimaksud tuannya benar-benar asli atau tidak.
Begitu pula dengan Jun Heng yang baru tiba pagi ini. Mereka abu-abu terhadap sosok calon suami Putri yang katanya adalah legenda di Kota Feng ini.
Cheng Yao tiba-tiba mengukir senyumnya. Ning Ziyu adalah jenis manusia langka di dunia. Selain tampan, dia juga menawan.
Pria dengan ketampanan sempurna yang menawan, juga memiliki kualifikasi unggul dan prestasi besar mana boleh dilewatkan. Itu adalah pohon langka yang sangat cocok untuk menumbuhkan bibit unggul.
“Karena dia tampan, berprestasi, dan masih muda, aku tidak akan melewatkannya. Pernikahan ini tetap harus dilaksanakan.”
“Putri, kamu serius? Jika Putri keberatan, mari pikirkan cara untuk menghindarinya,” saran Jun Heng. Namun, Cheng Yao malah menggeleng.
“Xiuli, minta Jing Fu mempersiapkan pernikahannya. Jun Heng, carilah kesempatan untuk kembali ke paviliun dan temukan informasi mendetail tentang racun bunga Hongluo!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Oi Min
di nikahkan ma pria tampan kaya siapa yg g mau
2024-08-13
0
Fansco
sukaaa lho thor aku sm cerita ini, beda sm novel2 lain yg langsung gede dan balas dendam...
2024-06-11
0
INdah🌹
202
2024-05-18
1