Itu bukan seorang gadis gendut dengan tangan dan kaki pendek yang besar seperti bayi gajah. Itu juga bukan seorang gadis berkepala besar dengan wajah bulat, pipi tembam, hidung pesek, dan mata sipit tanpa alis. Bukan pula gadis bertangan besar sebesar piring.
Gadis bergaun merah yang barusan turun dari kereta, adalah gadis dengan tubuh semampai yang tangan dan kakinya panjang. Itu adalah gadis dengan rambut hitam terurai mengkilap sehitam tinta, berwajah oriental dengan hidung bangir dan pipi yang sangat mulus.
Bagian matanya sangat cantik, bulu matanya lentik dan alis hitam yang melengkung sedikit kecokelatan itu diperindah dengan warna riasan mata yang berpadu sempurna.
Bibir gadis itu dipoles dengan pemerah bibir berwarna senada dengan gaun, sementara pipinya diolesi sedikit pemerah pipi. Di dahinya terdapat sebuah totem berbentuk teratai berwarna merah.
Melihat reaksi mereka yang sepertinya sangat terkejut membuat Cheng Yao menjatuhkan saputangannya dengan sengaja.
“Aiya, aku menakuti kalian rupanya,” ucap Cheng Yao, matanya lalu menatap sepotong kain yang jatuh di tanah dengan tatapan penuh penyesalan, “Xiuli, saputanganku terjatuh”
Xiuli hendak mengambilnya, namun, Jing Fu mendahuluinya mengambil saputangan tersebut. Dengan posisi berlututnya, dia menyerahkan saputangan tersebut kepada Cheng Yao.
“Putri, saputangan Anda.”
Xiuli mengambil saputangan tersebut dan menyimpannya di lengan baju.
“Oh, aku lupa kalau aku tidak pernah memungut barang yang sudah jatuh dari tanganku.”
Perkataan Cheng Yao barusan langsung membekukan senyum Jing Fu. Astaga, Putri Danyang ini sepertinya bukan orang yang mudah disinggung! Dia adalah orang yang tahu cara balas dendam paling mudah, yang dapat dipikirkan hanya dalam beberapa detik.
“Bangunlah. Aku juga bukannya tidak memahami kesibukan Adipati Ning kalian.”
Barulah pada saat itu mereka yang semula berlutut di tanah segera berdiri. Jing Fu menyeka keringat di dahinya, yang tanpa sadar mengucur akibat cuaca panas dan perasaan takut yang muncul tiba-tiba di hatinya saat pertama kali berhadapan dengan Putri Danyang.
Rumor itu salah. Putri Danyang yang tidak berguna dan tidak disayangi ini jelas-jelas adalah orang yang pintar!
Jing Fu sadar ini bukan saatnya mencocokkan rumor dengan kenyataan. Dia mengemban tugas dari Adipati Ning untuk menyambut sang Putri ke kediaman dan menjelaskan situasinya. Dengan kondisi Adipati Ning saat ini, mustahil baginya untuk menemui Putri Danyang.
“Terima kasih atas pengertian Putri. Adipati Ning telah memerintahkan agar aku melayani Putri. Putri bisa memanggilku Jing Fu, aku adalah kepala pengurus kediaman ini.”
Cheng Yao lalu bertanya, “Berapa jarak antara pintu gerbang dengan tempat peristirahatanku?”
Mendengar pertanyaan aneh itu, Jing Fu mendongak dan dahinya berkerut. “Sekitar lima menit jika ditempuh dari pintu masuk utama.”
“Apakah kediaman Adipati Ning kalian punya tandu? Kakiku kebas dan punggungku sakit setelah duduk lama di dalam kereta.”
Jing Fu dan Ling Ren saling pandang. Ya ampun, apakah mereka tidak salah dengar?
Dari pintu gerbang menuju kediaman utama hanya berjarak beberapa meter. Waktu yang dibutuhkan dengan berjalan kaki hanya sekitar lima menit.
Itu adalah jarak yang sangat dekat. Pelayan biasa bertubuh gendut bahkan bisa menempuhnya empat menit lebih cepat.
Tapi, Putri Danyang malah ingin ditandu!
“Kenapa kalian masih diam saja? Putri ingin naik tandu, siapkan tandunya!”
Jing Fu tersadar. Dia buru-buru memerintahkan pelayan mengambil tandu. Kepalanya menggeleng dengan heran saat sosok Putri Danyang yang mengejutkan masuk kediaman sambil ditandu empat pelayan laki-laki, diikuti oleh pelayannya. Ling Ren juga menatapnya dengan dahi yang sedikit berkerut.
“Apakah dia benar-benar Putri Danyang?” tanya Ling Ren.
“Kalau bukan, lalu siapa dia? Orang yang bisa memiliki sikap sembrono dan tidak terduga itu sudah pasti keturunan Kaisar.”
Sudut mulut Ling Ren berkedut. Rumor tentang Putri Danyang tidak bisa dipercaya sepenuhnya. Dari penampilan saja jelas sudah jauh berbeda, apalagi dengan sifat dan temperamennya.
Melihat dari cara dia memperlakukan mereka barusan, sudah jelas memberitahukan bahwa Putri Danyang ini punya cara yang elegan dan mengejutkan dalam melampiaskan kekesalannya. Itu jelas-jelas adalah balas dendam. Adipati Ning sepertinya akan menghadapi lawan yang sulit.
Cheng Yao diantar ke halaman belakang yang disediakan khusus untuk anggota keluarga Adipati Ning, terutama untuk istri dan keturunannya.
Bentuk bangunan di bagian halaman belakang ini hampir serupa dengan bangunan di Istana Dalam, tempat para keturunan dan selir Kaisar dibesarkan. Namun, bentuk ini sepertinya berasal dari struktur bangunan istana puluhan tahun lalu.
Kediaman ini mungkin dibangun sesuai dengan keinginan Putri Wanxin di masa lalu. Corak bangunannya sangat kental dengan Istana Dalam di istana kekaisaran.
Kalau bukan dia, tidak mungkin Jenderal Agung Xian Zhou yang melakukannya. Setidaknya, ini membuktikan bahwa Cheng Yao tidak memasuki kediaman yang salah.
“Putri, Tuan Jing datang untuk bertemu,” ucap Xiuli setelah pelayan itu selesai membereskan barang bawaan yang dibawa dari ibukota.
Cheng Yao menguap dan bersandar di sofa yang empuk. “Biarkan dia masuk.”
Jing Fu kembali dikejutkan dengan perilakunya. Cheng Yao duduk dengan postur yang sembarangan dengan kaki terangkat sebelah sementara kaki lainnya menggantung. Tangannya asyik memasukkan biji kuaci yang sudah dikupas ke dalam mulutnya, mengunyahnya tanpa memperhitungkan kecepatan.
“Apa lagi? Apakah kalian belum cukup membuatku kesal hari ini?”
“Mohon maafkan kelancanganku yang menganggu waktu istirahat Putri,” Jing Fu merendah dan meminta maaf dengan tulus.
“Karena sudah tahu menganggu, mengapa masih bertele-tele? Katakan saja secara langsung!”
“Oh, Putri, sebelum pergi, Adipati Ning memintaku untuk menyampaikan pesan. Pernikahan antara Putri dengan Raja akan dilaksanakan di tiga hari dari sekarang.”
Cheng Yao bangkit dan menatap Jing Fu dengan tajam. Sudahlah jika Adipati Ning tidak menyambutnya, tapi dia bahkan ingin memundurkan tanggal pernikahan?
“Jing Fu, jangan mengira karena aku adalah Putri terbuang yang tidak disayangi, adipati kalian lantas bisa memperlakukanku dengan semena-mena,” Cheng Yao mengambil gulungan dekrit pernikahan, membentangkannya dengan satu tangan dan lanjut berkata, “Apakah kamu tidak bisa membaca?”
Jing Fu tidak dipungkiri merasa ketakutan dalam hatinya. Dia terlalu meremehkan sosok Putri Danyang sebelumnya. Di istana dia mungkin dikenal bodoh dan tidak berguna, dan juga sangat nakal dan acuh.
Sekarang dia sudah keluar dari istana yang sumpek dan rumit, dia adalah dirinya yang lain. Hanya dengan mendengar kata-katanya saja, Jing Fu langsung bergidik. Setiap kata-katanya, meski dikatakan dengan gestur yang sembrono, rasanya lebih menakutkan.
“Putri, mohon redakan amarah. Adipati benar-benar tidak dapat melakukan pernikahan hari ini karena sedang menangani urusan yang sangat penting. Sebagai gantinya, Tuan Adipati sendiri yang akan menjelaskan situasinya jika Kaisar menanyakannya nanti.”
Cheng Yao mengangkat sebelah alisnya. Sebenarnya bukan karena dia marah Ning Ziyu memundurkan tanggal pernikahan atau tidak menyambutnya. Cheng Yao malas mengurus hal-hal yang ditimbulkan darinya setelahnya.
Titah kekaisaran menyuruh mereka menikah hari ini di tanggal 15, jika ternyata Kaisar tahu mereka menikah di tanggal 18, orang yang pertama kali akan dimintai penjelasan pastilah Cheng Yao. Ayahnya yang Kaisar itu tidak akan membiarkan Adipati Ning menanggungnya.
“Sungguh?”
“Itu benar, Putri. Putri dapat merasa tenang karena Adipati Ning yang akan menjelaskannya kepada Kaisar nanti.”
“Oke.”
Baguslah jika Ning Ziyu yang akan menanggungnya. Cheng Yao bisa bernapas lega sekarang karena konsekuensi dari memundurkan tanggal pernikahan yang sama artinya dengan melanggar titah akan ditanggung Adipati Ning sendiri. Cheng Yao tidak perlu mengurusnya lagi.
Jing Fu lagi-lagi terkejut. Putri Danyang yang barusan begitu menakutkan ini baru saja mengatakan dia setuju? Semudah itu? Tanpa syarat apapun?
“Aku sudah setuju, mengapa kamu masih di sini? Cepat pergi dan jangan ganggu aku lagi!” usir Cheng Yao. Jing Fu terperanjat, membungkuk memohon diri lalu pergi.
Xiuli menghampiri tuannya sambil menata camilan yang dibeli di pasar kota di atas piring. Kediaman Adipati Ning ini sungguh sangat aneh, orang-orangnya juga aneh.
Selain Adipati Ning yang pergi saat pengantinnya tiba, dia juga malah menyuruh kepala pengurusnya untuk menyampaikan pesan. Belum lagi pengawal bernama Ling Ren yang ekspresinya selalu datar dan tidak pernah melepas pedang dari tangannya itu.
Mereka lebih aneh daripada pelayan Putri Chengjia di istana kekaisaran.
“Putri, apakah sungguh tidak apa-apa memundurkan tanggal pernikahannya?”
“Bukankah si tua Jing Fu sudah berkata Adipati Ning yang akan menanggungnya? Ini bukan kesalahanku jika aku tidak bisa menikah hari ini.”
Cheng Yao sebelumnya sudah menduga kalau pernikahannya tidak akan berjalan lancar. Firasatnya mengatakan kalau ini tidak akan mudah.
Pantas saja kediaman ini tidak menyiapkan apapun jika pemiliknya tidak ada. Tapi, Cheng Yao justru merasa kalau Ning Ziyu sebenarnya hanya sedang beralasan.
Pria tua sepupu ayahnya itu sungguh merepotkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Na
MASSA SIH 🤣🤣🤣
2024-09-07
2
Na
NAH LHO 😅😅😅😱😅😅😅
2024-09-07
1
Novi Yantisuherman
Emng bahasa asing mulai abad keberapa ??? thor
OKE bukan bahasa Asing,
2024-05-03
5