" Emang dasar Daddy-Daddy gatel ya, tebar pesona" hujat Aya tak suka melihat gaya berpakaian Zain mengesampingkan rasa kagumnya dengan ketampanan pria matang itu .
Zain memakai celana jeans dengan atasan kemeja hitam yang 2 kancing bagian atasnya sengaja tidak di kancing sehingga memperlihatkan tubuh atletisnya.
" gatel gimana?" tanya Zain mempelototi Bocil itu begitu sampai di depan nya.
" Apaan pake baju buka-bukaan begini biar apa?" kata Aya mempelototi Zain balik dan mengancingkan kemeja Zain yang terbuka secara spontanitas .
Naluri Zain sebenarnya ingin menolak kelancangan Aya yang mengancingkan kemeja nya tapi fisiknya malah diam seribu bahasa menerima perlakuan yang tak pernah dia dapatkan itu .
" besok-besok kalau mengancingkan baju itu sampai selesai Daddy" kata Aya yang juga pernah marah pada Papi nya karena pake baju seperti itu.
" Itu akan menjadi tugas kamu setelah jadi istri saya" tegas Zain dengan senyum smkir nya .
" dihhh nggak mau emang Aya babu" tak setuju Aya mempelototi Zain.
" itu tugas mu" tegas Zain yang sedang memakai jam tangan itu .
" nggak mau " jawab Aya berjalan dibelakang mengikuti Zain .
" terserah, jika kamu mau berdosa " jawaban santai Zain berjalan semakin cepat dengan langkah lebarnya.
" Ehhh,, jangan bawa-bawa dosa ya Aya nggak mau nikah sama Daddy kalau gitu nanti ngejawab dikit aja dosa karena ngelawan yang lebih tua " omel Aya berlari mengejar Zain yang sudah jalan duluan itu .
" makanya jangan ngelawan " jawab Zain santai .
Sesampai di mobil .
" terus kita kapan cerai nya Daddy kalau nikah ?" tanya Aya begitu masuk kedalam mobil .
" Astaga, nikah aja belum dan kamu sudah bertanya kapan bercerai " ucap Zain menatap gadis itu sambil geleng kepala .
" Ya kan biar Aya nggak ragu , lagian kita nikah kan cuma buat penuhin permintaan orang tua kita " kata Aya menatap Zain penuh harap .
Zain sama sekali tidak menjawab bahkan berbicara saja tidak sejak Aya menanyakan perihal perceraian.
" Daddy " panggil Aya setelah lama menunggu jawaban dari Zain.
" apa" ketus Zain .
"jadi sampai kapan?" tanya Aya butuh kepastian.
" kenapa bertanya begitu?" tanya Zain lagi .
" Ya kan Aya udah punya pacar Daddy" kata Aya yang sebenarnya sangat berat hati untuk menikah , bagaimana jika pacarnya tau .
" kamu pikir saya juga tidak punya pacar" ketus Zain yang sebenarnya sama-sama mengorbankan perasaan sama seperti Aya hanya saja disini dia tak terlalu mencintai pacarnya lagi .
" lah bagus dong nanti pas kita cerai biar sama-sama datang ke pernikahan masing-masing" kata Aya dengan santainya.
" hummk, bagi saya menikah itu sekali seumur hidup " tegas Zain menghentikan mobilnya di tengah jalan, karena bagaimana pun Zain sudah ikhlas menerima semua ini.
" hahh,,,,, jadi setelah kita cerai Daddy bakalan jadi duda seumur hidup" kaget Aya .
" tidak ada istilah cerai dalam pernikahan kita nanti jadi putuskan pacar kamu itu " tegas Zain .
" ihhh,,, nggak mau kalau gitu nggak usah nikah aja kita" tak setuju Aya .
" Jadi setelah kita menikah kamu masih ingin pacaran?" tanya Zain dengan seksama .
" Iya lah ,hubungan kami lebih dulu ada daripada hubungan kita " ucap Aya dengan egois serta pemikiran labil nya .
" Baiklah lakukan semua sesuka kamu mu, tapi jangan pernah minta peran suami dari saya" tegas Zain dengan ekspresi datarnya.
" okey,,, tapi kalau seandainya Papi udah nggak ngasih Aya jajan Daddy harus kasih Aya uang " syarat Aya yang diangguki Zain .
Malam harinya pernikahan sederhana itu dilangsungkan di apartemen Zain dengan hanya diketahui pihak keluarga dan beberapa orang saksi .
Setelah serangkaian acara dan perpisahan keluarga kini tinggallah Zain dan Aya di kamar berdua .
" Daddy mau kemana?" tanya Aya pada Zain yang keluar ruang ganti memakai baju casual nya .
" ke Club' " jawaban singkat Zain yang sedang menggulung lengan kemejanya, bahkan walaupun mereka baru menikah rasanya tak lebih dari dua orang asing yang dipaksa bersama .
" ikut dong Daddy " kata Aya penuh harap menghampiri Zain yang berdiri di depan kaca itu .
" Hehhhh Bocil besok sekolah sudah malam ini " ucap Zain berbalik menatap Bocil yang memakai piyama tidur itu yang malah ingin ikut dengan nya ke Club .
" besok libur tanggal merah " kata Aya dengan semangat pergi keruang ganti .
" Saya tidak akan membawa kamu ke Club , bisa di bunuh Papi saya " ucap Zain formal yang baru beberapa jam yang lalu menikahi dan mengambil alih tanggung jawab atas Aya dari Papinya .
Rasa nya masih terngiang-ngiang ditelinga Zain semua ucapan Papi Aya ditelinga nya yang membuat Zain merasa benar-benar terikat dalam pernikahan ini walau bagaimanapun nantinya.
" Ya kan perginya diam-diam Papi nggak akan tau " bujuk Aya yang sangat senang pergi ke Club untuk berjoget .
" cukup kamu yang pembohong jangan ngajak-ngajak saya" ketus Zain segera berjalan keluar kamar .
" mmhk,, kalau nggak bawa Aya Daddy juga nggak boleh pergi " tegas Aya memegang lengan Zain yang akan membuka pintu kamar itu .
" lepaskan sebelum saya marah" tegas Zain menepis tangan Bocil itu tapi dia menempel seperti cicak di lengan Zain .
" nggak mau ,,, Aya takut disini " keras kepala Aya tetap memegang lengan Zain , selain ingin ikut ke Club sebenarnya Aya lebih takut lagi di tinggal di apartemen sendirian.
" astaga Bocil ini " lesu Zain mengurungkan niatnya untuk pergi ke Club , baru ingat kalau mereka hanya tinggal berdua di apartemen tentu Bocil itu akan takut jika ditinggalkan sendiri di apartemen semalam ini .
" tidur sana saya tidak akan pergi " ucap Zain kembali memutar langkah nya menuju ranjang .
" beneran ?" tanya Aya kurang percaya belum melepaskan lengan Zain .
" Iya " kata Zain kembali masuk ruang ganti .
" kamu tidur di bawah ?" tanya Zain begitu keluar ruang ganti melihat Aya yang sedang membentangkan kasur di samping ranjang nya.
" Iya Daddy kalau tidur di kamar sebelah sendirian Aya takut jadi tidur di bawah aja deh " kata Aya mengambil keputusan dan tak mau juga tidur seranjang dengan Daddy Zain.
" terserah kamu saja" suara lesu Zain berbaring di atas ranjang king size nya , sebenarnya walaupun tidak mencintai Aya dia sama sekali tak berniat menyuruh Aya tidur pisah ranjang dari nya tapi kalau sudah inisiatif Bocil itu dia bisa apa.
" lampunya jangan dimatikan ya Daddy " kata Aya pada Zain yang berbaring di ranjang itu .
" mmmh" jawab Zain tanpa mengalihkan tatapan dari ponselnya walaupun pada akhirnya nanti jika Bocil itu sudah tidur dia akan tetap mematikan lampu.
" umur Daddy berapa?" tanya Aya penasaran berbaring menghadap Zain yang berbaring di atas ranjang itu .
Deg
Begitu Zain melirik Bocil itu dia meneguk Saliva melihat Aya yang berbaring dengan rambut tergerai itu .
Next.
Kasih hadiah dulu dong🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Juan Sastra
asyik kisahnya..mudah mudahan sampai akhir, karena aku baru mampir jadi marathon baca
2024-12-27
0
Sarah Yuniani
awal yang baik untuk kalian
2024-10-18
0
Sarah Yuniani
siappp
2024-10-18
0