Perkiraan Aluna

"'Aku tidak ada tenaga berdebat denganmu, jadi jangan meledek, aku ingin minta tolong, tolong kerahkan anak buahmu untuk mencari Aluna," ucap Sammy.

"Aluna?" ulang Rega, hingga Sammy pun menoleh kemudian dia mengangguk, lalu setelah itu Sammy menceritakan semuanya.

"Jadi, maksudmu ....." Rega seperti  kehilangan kata-kata, dia masih tidak menyangka bahwa Aluna mengalami hal yang buruk.

"Hmm, aku mohon, hanya kau yang bia membantuku karena aku yakin Aluna masih hidup." Biasanya  tatapan Sammy pada Rega selalu menantang, begitu pun sebaliknya. Tapi kali ini tatapan keduanya berbeda, karena mereka sedang membahas nyawa seseorang.

"Baiklah, aku akan mencoba membantumu," jawab Rega membuat Sammy menghala nafas lega.

***

Melinda masuk kedalam kamar, kemudian dia langsung membaringkan tubuh Laura di ranjang karena  Laura sedang tertidur, setelah membaringkan Laura, Melinda menatap Luara dengan lekat, remaja yang kini menginjak 18 tahun itu tersenyum ketika melihat wajah Laura yang sedang memejamkan mata dan terlihat sangat damai.

"Kakak tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarga kakak, Tapi Kakak berjanji Kakak akan menjadi wanita terbaik di hidupmu. Kakak,  Benar-benar akan pergi ketika ibumu sudah kembali.'' Melinda bergumam pelan, jangan ditanyakan betapa tulusnya Melinda pada Laura, yang pasti bagi Melinda mungkin Laura adalah separuh nafasnya.

"Jangan makan terlalu banyak, sisakan kakamu ..."

''Cepat buatkan kam makanan  ....''

"Awas saja jika kau membantah kakamu ...."

Melinda memejamkan matanya ketika dia mengingat Bagaimana perlakuan orang tuanya dulu padanya, dan dia berharap dia akan dia akan dipertemukan lagi dengan keluarganya ketika dia sudah sukses, agar dia bisa membalas rasa sakit hatinya.

***

Aluna terbangun dengan nafas yang terengah, wanita itu barusan bermimpi buruk di mana Dia melihat anak kecil merangkak  padanya sedang bersimbah darah.

Aluna bangkit dari berbaringnya, kemudian wanita itu menyenderkan tubuhnya kebelakang. Ini sudah dua tahun berlalu  semenjak dia keluar dari penampungan, dan Sudah 2 tahun berlalu pula dia berpisah dengan anaknya.

Selama 2 tahun ini hidup Aluna bisa dibilang jauh lebih baik, karena dia dimanjakan oleh Evan dengan materi dan juga kasih sayang yang begitu melimpah. Tapi tentu saja dibalik apa yang Aluna dapatkan sekarang, ada hati nurani yang harus tergadai, Karena sekarang Evan sudah keluar dari bos lamanya, dan membuka bisnis baru tapi bisnis yang sama, yaitu sindikat  penjualan manusia.

Sekarang Evan dan Aluna adalah bos di sindikat tersebut, tapi  karena belum terlalu banyak anak buah yang bergabung, terkadang Evan dan Aluna juga ikut turun ke lapangan untuk mengelabui korban-korban mereka.

Walaupun sekarang hidup Aluna bergelimbang harta, terkadang dia selalu memikirkan tentang anaknya, dia selalu berpikir bagaimana kondisi anaknya sekarang, apakah anaknya selamat atau tidak. Apakah anaknya berpisah dengan Melinda atau tidak.

Aluna mengusap wajah kasar, ketika teringat sesuatu. “Tidak, Aluna. Kau tidak boleh memikirkan dia lagi, kau tidak boleh mengingat anak itu lagi.” Aluna berguman pelan, setiap dia mengingat anaknya dia juga selalu mengingat bahwa dia tidak boleh ingat pada masa lalu lagi.

Aluna  turun dari ranjang, kemudian wanita itu langsung keluar dari kamar, lalu Turun ke bawah untuk mengambil minum. Dan ketika turun ke bawah, ponsel yang sedang dipegang oleh Aluna berdering, satu pesan masuk dari Evan, membuat Aluna menghela nafas, karena Evan memerintahkannya untuk turun ke lapangan Sebab mereka masih kekurangan orang untuk diselundupkan satu minggu lagi.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***