Di perjalanan kembali Dewi Alkasia masih belum merubah dirinya. Pil siluman yang ia minum memiliki efek panjang yang sangat bagus. Di kedalam hutan yang cukup lebat, dia berjalan cukup santai. Tanpa perduli bahaya yang tengah mengintai dirinya. Dia lebih memilih berjalan sebentar untuk menyegarkan pikirannya. Sudah lama dia tidak berjalan dengan nyaman saat berpergian.
Beberapa langkah kaki terdengar dari arah belakang. Bukan hanya satu atau dua orang, gerombolan orang datang mendekat. Dia diam sejenak melihat ke arah belakang. Hampir dua puluh lebih pria dewasa dengan pakaian yang sama. Setelah segerombolan pria itu sampai di dekat dirinya. Mereka mengepung dan membentuk pertahanan.
"Aku tidak pernah tahu siluman kecil seperti mu bisa mendapatkan banyak uang," pemuda dengan wajah yang terbilang tampan maju membelah barisan. Tatapan tajam melihat kearah siluman wanita yang memiliki kekuatan biasa saja.
Ekspresi wajah Dewi Alkasia berubah, dia tahu apa yang orang ini inginkan. "Kamu orang yang tadi berebut dengan ku? Kamu ingin ini?" mengarahkan kotak kaca yang berisi batu permata hati. "Tapi sayang sekali aku sudah mendapatkannya," tersenyum tipis.
"huh," menatap dengan sinis. "Sebentar lagi benda itu akan menjadi milik ku."
Laki-laki itu mengarahkan tangannya kedepan. Semua pria itu langsung menyerang tanpa henti. Dewi Alkasia langsung menyerang dan bertahan. Dia tidak bisa mengeluarkan pedang miliknya, jika tidak ingin identitasnya di ketahui orang lain. Dengan tangan kosong dia mencoba melawan. Pedang para pengawal terus berusaha melukai dirinya. Untung saja dia sangat segit dalam melepaskan dirinya. Hingga pemuda itu ikut melawan dan menendang dirinya dengan cukup kuat. Dia terpental cukup jauh dan darah sedikit keluar di ujung bibirnya.
"Harusnya kamu patuh dan tidak melawan. Aku pangeran ketiga kerajaan siluman Zui Yu, apa pun yang aku inginkan harus menjadi milik ku, Tanpa terkecuali."
Pemuda itu berkata dengan nada sombong dan berusaha untuk memaksakan kepemilikan. Dewi Alkasia tertawa dengan cukup kencang dan membuat pangeran Zui Yu merasa terhina. Pangeran Zui Yu mengeluarkan cambuk panjang yang terbuat dari rantai yang cukup kuat.
"Sepertinya ini tidak akan berhasil," jika dia tidak segera merubah dirinya, dia tidak akan bisa lolos begitu saja. Pangeran kedua dari kerajaan siluman terkenal kejam dan tidak akan melepaskan sesuatu yang menjadi keinginannya.
Cambuk berayun dengan kuat, kekuatan kemerahan mengikuti ayunan cambuk itu. Hingga saat cambuk akan mengenai wajah Dewi Alkasia cambuk terhenti. Pedang kaca menangkis dengan kuat hingga cambuk terbelah menjadi kepingan. "Apa yang sudah menjadi milik ku tidak akan pernah aku berikan kepada orang lain," menatap dengan marah.
Pangeran Zui Yu dan para pengikutnya terkejut menatap kearah siluman yang buruk menjadi wanita cantik dengan gaun yang indah. Dia terlihat anggun dan menawan. Pedang yang ia bawa terlihat mengeluarkan aura membunuh yang kuat.
"Kamu seorang dewi?" kata pangeran Zui Yu menatap dengan terkejut.
"Aku cukup lelah menghadapi orang seperti mu," Dewi Alkasia menghilang setelah mengatakan kata-kata itu.
Pangeran Zui Yu hanya diam dan masih tidak percaya jika wanita itu adalah seorang Dewi. Dewi yang sangat cantik dan anggun.
"Pangeran," kata salah satu pengawalnya yang menunggu instruksi selanjutnya dari orang di hadapannya.
"Kita kembali," katanya sembari berlalu pergi meninggalkan hutan bersama dengan para pengawalnya.
Sesampainya di pondok miliknya, Dewi Alkasia mengusap bekas darah di bibirnya sebelum masuk. "Bagaimana kamu bisa ada disini?" dia terkejut melihat Yun Xi yang tengah tertidur di kursi goyang yang jauh dari tempat tidurnya.
Membuka matanya," Dia membantu ku," memandang kearah Eci yang masih tertidur lelap di bangku yang berada di sebelahnya.
"Tubuhnya sangat kecil, bagaimana dia bisa membawa mu ke sini?" tersenyum tidak percaya.
Yun Xi tersenyum menanggapi pertanyaan itu.
"Aaa..." Eci menguap dan membuka matanya. Melihat Dewi Alkasia susah datang dia terlihat sangat senang dan tebang mengelilinginya. "Dewi dia sudah bisa berjalan sendiri," berkata dengan semangat.
"Kamu sudah bisa berjalan?" Dewi Alkasia terlihat bahagia, usahanya tidak mengkhianati hasil. Dia benar-benar berhasil membuat laki-laki di hadapannya bisa berjalan lagi. "Kalau begitu kita lakukan tahap selanjutnya," menatap dengan mata berbinar.
Yun Xi dan Eci terlihat binggung mendengar apa yang Dewi Alkasia katakan. Mereka hanya diam dan memperhatikan. Dewi Alkasia mengeluarkan batu permata hati yang berada di tangannya.
"Wah, Dewi kamu pergi untuk mendapatkan ini? Ini sangat berharga," kata Eci tidak percaya.
Dewi Alkasia mengangguk dan tersenyum kearah Eci. Dia mengeluarkan batu permata hati, "Sststtt..." dia menyayat pergelangan tangannya sendiri.
"Apa yang kamu lakukan?" teriak Yun Xi terkejut.
"Dewi kenapa kamu melukai dirimu sendiri?" Eci terkejut dan melayang mendekat.
"Batu permata hati hanya bisa bangkit dengan darah wanita yang masih suci," katanya sembari meneteskan darah ke atas batu permata hati. Tetesan darah mengalir dan cahaya kemerahan bangkit dari batu itu. Tetesan darah itu mengalir dan meresap seperti terhisap kedalam batu permata hati. "Aku akan memulainya, kamu harus tenang."
Kekuatan biru keemasan keluar dari dirinya. Membentuk benang yang bergejolak mengikat batu permata hati. Dengan cepat aliran kekuatan berwarna merah keluar dari batu itu dan masuk ke tubuh Yun Xi. Ini seperti mentransfer kekuatan, tapi kekuatan itu berasal dari batu permata hati yang sudah Dewi Alkasia bangkitkan. Kekuatan batu permata hati dapat menyembuhkan setiap syaraf yang terputus dan membentuk kembali tulang yang hancur di dalam tubuh.
Tidak lama batu itu menghilang bersamaan dengan kekuatan berwarna merah yang menghilang kedalam tubuh Yun Xi. "Akhirnya selesai," kata Dewi Alkasia mengelap keringatnya yang sudah berjatuhan.
"Kenapa kamu membantu ku?" kata Yun Xi menatap Dewi Alkasia dengan binggung. Dia hanya tidak habis pikir, bagaimana bisa seseorang yang baru mengenal dirinya dan tidak tahu asal usulnya mau membantu dengan cuma-cuma. Bahkan merawatnya hingga dia sembuh dan memberikan perawatan yang maksimal.
"Aku membawa mu dan itu menjadi tanggung jawab ku. Memulihkan orang yang telah aku selamatkan," kata Dewi Alkasia. "Aku akan membantu mu untuk beristirahat."
Yun Xi hanya diam dan menatap wanita di hadapannya.
"Percayalah aku tidak akan meminta imbalan," mengulurkan tangannya.
Yun Xi meraih tangan itu dan mulai bangkit perlahan. Dewi Alkasia mencoba menjadi penopang untuk laki-laki yang masih butuh pertolongan itu. Setelah sampai di ranjang dia berbaring dan berkata, "Bagaimana jika aku tidak sebaik yang kamu bayangkan?" kata Yun Xi menatap langit-langit rumah.
"Baik atau tidaknya bukan aku yang memutuskan. Yang aku tahu, aku hanya melihat seseorang yang butuh bantuan dan memberikan pertolongan."
Kata Dewi Alkasia menanggapi perkataan Yun Xi. Setelah dia mengatakan itu, dia berbalik dan pergi keluar pondok untuk meramu obat. Selama Yun Xi ada di pondok miliknya, dia berubah menjadi tabib yang selalu berurusan dengan buku kedokteran dan obat-obatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments