Eci bermain cukup bahagia memutari pohon besar yang sudah jadi tempat tinggalnya. Terlihat kilatan cahaya dari arah alam hampa. Kilatan cepat dan beberapa kali terlihat terus terjadi. Eci yang masih berusia 500 tahun, masih memiliki pemikiran anak-anak tidak mengerti akan bahaya yang mengintai. Dengan rasa penasarannya dia terbang menuju ke arah alam hampa. Lapisan tebal pelindung menjadi penghalang untuk dua alam yang sudah berbeda. Tapi Eci memiliki darah hewan purba langka dalam dirinya dapat menembus penghalang dengan mudahnya.
"Wahhh..." memandang dataran tandus tanpa pepohonan. Pasir coklat membentuk beberapa bukit yang menjulang cukup tinggi.
Dia terus terbang dengan sayap kecilnya menuju cahaya yang membentuk kilatan. Dia melihat dari kejauhan Lautan berwarna biru dan merah saling bertentangan. Di tengah batas antar dua lautan terdapat seorang laki-laki yang duduk dengan kedua tangan di ikat dengan rantai yang cukup besar dan panjang. Kilatan petir terus menyambar di tubuhnya hingga darah terus keluar di setiap bagian kulitnya. Laki-laki itu diam tidak melawan atau pun merasa kesakitan. Dia hanya memejamkan kedua matanya duduk dengan tenang.
Melihat itu hewan itu malah semakin penasaran. Dia mencoba mendekat dan menghampiri laki-laki itu.
"Apa kamu tidak merasakan sakit?" kata Eci memulai pembicaraan.
Laki-laki itu langsung membuka kedua matanya. Kilatan cahaya keluar dari kedua matanya hingga mengenai kalung yang ada di leher hewan itu. Dan membuatnya terpental cukup jauh.
Sedangkan di pondok kediaman Dewi Mimpi, Dewi Alkasia terhentak dalam tidurnya. Kalung yang ia berikan kepada hewan peliharaannya telah merasakan kekuatan yang cukup besar. Dia bangkit dan mulai mencari keberadaan Eci hewan kesayangannya.
Ia lihat telapak tangan kanannya, sebuah batu kecil berwarna putih muncul. Itu adalah batu pelacak yang sudah terikat dengan kalung yang ada pada Eci. Dewi Mimpi mengerakkan sedikit tangannya, membuat batu itu melayang dan pergi dengan sendirinya. Dia mengikuti kemana arah batu itu menuju. Hingga batu menembus ke alam hampa.
"Huh," Hela nafas dalam setelah melihat batu itu masuk ke alam hampa.
Dia berusaha membuka portal untuk bisa masuk ke alam hampa. Dan akhirnya ia berhasil dengan sedikit mengeluarkan tenaga. Dia kembali mengikuti kemana arah batu itu menuju. Hingga tidak lama dia melihat Eci terbaring tidak berdaya.
"Eci," meraih tubuh hewan kesayangannya dan memeluknya. "Untung saja hanya pingsan."
"Dewi Alkasia, lihat di sana," Eci mengarahkan kaki depannya kearah depan.
Dewi Alkasia melihat laki-laki yang sama seperti yang Eci lihat.
"Dia siapa hingga terkurung di sini dengan keadaan seperti itu? Akses menuju alam hampa hanya bisa di di lakukan seseorang yang memiliki kekuatan dewa dan dewi. Tidak mungkin dia seorang peri. Atau mungkin dia bagian dari siluman atau iblis. Tapi dia tidak memiliki aura keduanya."
Dewi Alkasia terus menatap dari kejauhan dengan pikiran yang terus menebak dari dunia mana laki-laki itu berasal. Tapi dia tetap tidak bisa mendapatkan jawabannya.
"Kita harus pergi," kata Dewi Alkasia dengan perasaan takut setelah melihat raja iblis datang. "Kita tidak bisa di sini lagi."
Dewi Alkasia berusaha untuk menjauh dari tempat itu. Namun keberadaannya sudah di ketahui oleh raja iblis. "Bummm..." gema seperti ledakan terdengar setelah dewi Alkasia menangkis kekuatan hitam yang ingin membunuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments