Meresahkan

Dua minggu berlalu

Fatin sudah mengerjakan beberapa sample model baju untuk brand Abraham Grup. Dengan mempekerjakan beberapa penjahit, target produksi brandnya semakin banyak.

Besok Fatin akan berangkat ke Jakarta untuk pergi ke perusahaan Abraham Grup. Ia diminta untuk mengantarkan sendiri sample bajunya dan ia juga diminta untuk mempresentasikan kombinasi bahan dan juga ornamen yang dipakai. Karena nantinya yang akan melanjutkan adalah para penjahit yang bernaung di dalam Abraham Grup.

"Besok jadi ke Jakarta?"

"Jadi, Abi."

"Naik jet saja."

"Naik pesawat biasa saja bi, kan perjalanan cuma sebentar."

"Berapa hari di Jakarta?"

"Paling cuma dua hari."

"Menginap di rumah Tante Kayla saja." Sambung Bunda Salwa.

"Nggak mau, Bunda. Nanti ngerepotin. Aku ke hotel saja."

"Tante Kayla dan Om Iyan pasti senang kalau kamu nginep di sana. Rumahnya juga nggak jauh dari pusat kota Jakarta."

"Iya, nanti biar Abi yang telpon Om Iyan."

"Iya deh, nggak papa."

Fatin pun mengiyakan perintah orang tuanya. Ia memasukkan semua baju rancangannya ke dalam koper untuk dibawa besok. Seperti biasanya, Fatin akan ditemani Mini.

Keesokan harinya.

Bunda Salwa menitipkan oleh-oleh untuk sahabatnya. Ia membawakan beberapa oleh-oleh khas Surabaya dan kue bikinannya.

"Ini apa Bunda?"

"Titip buat Tante Kayla dan keluarganya."

"Ya sudah, kalian hati-hati. Itu Pak supir sudah siap."

"Fatin berangkat dulu ya, Bun?"

Fatin mencium punggung tangan Bunda Salwa dan Abinya.

"Iya, semoga lancar dan selamat sampai tujuan." Bunda Salwa mengecup kening putrinya.

Mereka pun berangkat naik pesawat kelas bisnis.

Jam 11 siang pesawat mereka sampai di bandara Soekarno Hatta. Fatin dan Mini dijemput oleh supir dari perusahaan Abraham Grup. Mereka langsung diantar ke kantor pusat untuk menemui CEO. Kantor dengan tinggi 15 lantai tersebut berdiri di tengah Ibu kota.

Setelah melewati kemacetan, kurang lebih satu jam lebih mereka baru sampai di kantor.

"Maaf di mana ruang CEO?" Tanya Mini kepada resepsionis di lantai dasar."

"Apa sudah ada janji?" Tanya Resepsionis sambil melihat koper yang dibawa mereka.

"Nona Salsa." Suara Beni mengejutkan mereka.

"Eh Pak Beni, selamat siang."

"Selamat siang, mari silahkan naik. Ruan Zaki sudah menunggu anda."

"Iya, terima kasih."

"Parto, tolong bawakan koper ini ke atas."

"Siap Pak."

Mereka pun naik lift menuju lantai lima.

Tok tok tok

"Masuk."

"Nona Salsa sudah sampai, Tuan."

"Silahkan masuk."

Kali ini penampilan Fatin berbeda dari biasanya. Ia memakai abaya hitam dengan pashmina maroon.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam.

Fatin membuka kacamatanya seraya tersenyum.

"Apa kabar, Tuan?"

"Baik, Alhamdulillah. Bagaimana dengan anda?"

"Seperti yang anda lihat. Alhamdulillah sehat."

"Mari silahkan duduk. Bagaimana perjalanan anda?"

"Alhamdulillah lancar, Jakarta lebih panas dari Surabaya ternyata."

"Ya, begitulah."

Seorang office boy datang membawakan minuman untuk mereka.

"Silahkan diminum dulu, anda pasti haus." Ujar Beni.

"Terima kasih."

Mini dan Fatin pun meminum jus jeruk yang nampak segar di atas meja. Sebelum memulai presentasinya, Fatin izin untuk shalat Dhuhur terlebih dahulu karena saat ini sudah jam 1 siang.

"Mushollanya ada di lantai atas Nona. Tapi kalau anda mau, silahkan shalat di ruanganku saja. Di ruangan ini ada kamar. Apa anda membawa mukenah?"

"Iya, saya bawa."

"Silahkan!"

"Maaf, apa tidak mengganggu privacy anda?"

"Tentu saja tidak."

Fatin dan Mini pun masuk ke dalam kamar di ruangan itu. Kamar yang cukup besar dan nyaman. Di dalam kamar tersebut, Fatin menemukan foto Zaki dengan seorang anak perempuan di dinding.

"Manis sekali, mirip Tuan Zaki."

"Nona, kalau ini anak Tuan Zaki dan istrinya, berarti Dinar itu selingkuhannya Tuan Zaki?"

"Ssstt... jangan berisik! Mana aku tahu Mini? Itu urusan mereka."

"Ya, saya nggak nyangka saja gitu. Masa'sih Tuan Zaki yang dinginnya kayak gitu bisa selingkuh?"

"Hati manusia tidak dapat ditebak, Mini."

Mereka pun keluar dari kamar itu setelah selesai shalat. Setelah itu mereka langsung dibawa ke ruang meeting. Di sana sudah ada beberapa staf bagian fashion dan penjahit yang akan terlibat dalam project tersebut. Fatin pun memulai persentasinya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat siang untuk semuanya. Perkenalkan saya Salsabila. Langsung saja siang ini saya akan memperkenalkan produk yang sudah saya rancang dan yang nantinya akan menjadi project besar untuk kita."

Fatin menjelaskan panjang lebar. Ia juga menerima beberapa pertanyaan dari mereka. Mereka merasa puas dengan penjelasan yang berikan.

"Orangnya humble ya? Gini kan enak, daripada desainer yang lama. Bisanya cuma bikin rancangan tapi nggak bisa kasih arahan."

"Iya ya? Yang ini masih muda, cantik, ramah... ah suka sekali."

Begitulah kira-kira beberapa komentar dari mereka.

Setelah presentasi selesai Fatin dan Mini dibawa ke restoran terdekat.

"Tuan sebenarnya kami tidak perlu dibawa ke restoran."

"Nona, anda jangan menolak! Ini adalah bentuk penghormatan dari perusahaan untuk orang yang berkompeten seperti anda." Ujar Beni.

"Pak, Beni saya tidak melihat Pak Haikal. Apa dia tidak bekerja di kantor yang sama?"

"Kenapa dia tanya Haikal? Bukannya tanya yang ada. Terus apa masalahku? Ya ampun Zaki, dia hanya bertanya." Batin Zaki.

"Oh Pak Haikal ada di kantor cabang di Samarinda."

"Oh, iya."

Akhirnya mereka sampai di restoran sefood.

"Saya harap anda tidak alergi dengan sefood." Ujar Zaki.

Fatin menjadi tidak enak, ia teringat kejadian dua minggu lalu.

"Eh tidak-tidak, saya tidak ada alergi Tuan."

Mereka pun memesan beberapa menu seperti gurami bakar, cumi asam pedas, ikan pati bumbu kuning, kepiting, dan tidak lupa dengan nasi putih. Sambil menunggu pesanan datang, mereka ngobrol.

"Nona untuk besok kita langsung ke pabrik."

"Baik Pak Beni."

"Hari ini anda bisa langsung ke hotel, supir kami akan mengantar."

"Tidak perlu Pak, kami akan mampir dan menginap di rumah saudara."

"Oh ya, jadi anda punya saudara di sini?"

"Iya, ada saudara dari Abi."

Pesanan pun datang. Mereka makan dengan santai.

"Nona Salsa, kepitingnya enak. Silahkan dicoba."

"Eh iya, terima kasih."

"Duh, aku kan paling nggak bisa buka kepiting. Abi yang biasanya bukain untukku. Padahal kelihatannya sangat menggoda." Batin Fatin.

"Nona, biar saya yang bukain." Ujar Mini lirih. Namun tentu masih bisa di dengar oleh dua orang di depan mereka.

Saat Mini mempereteli kaki kepiting ia justru kena durinya.

"Au..."

Hal tersebut sontak mengundang perhatian Beni dan Zaki. Mini hanya bisa nyengir kuda.

"Mini kamu nggak pa-pa? Sudah nggak usah, aku makan yang lain saja."

Tanpa aba-aba, Zaki memberikan daging kepiting yang sudah dibukanya ke hadapan Fatin.

"Tanganku bersih Nona, silahkan dimakan."

Beni terpaku melihat Tuannya yang bisa bertindak semanis itu.

"Wow, mimpi apa,Tuan semalam?" Batin Beni.

"Ya ampun ini suami orang kok lama-lama meresahkan." Batin Fatin.

"Te-terima kasih Tuan." Fatin tersenyum canggung. Sedangkan Mini menahan tawanya.

Dengan terpaksa untuk menghormati Zaki, Fatin pun memakan kepitingnya. Fatin memang pecinta kepiting. Dulu saat di pondok, sang Bunda tidak lupa membawakan kepiting saat waktunya kunjungan.

Setelah selesai makan, mereka berpisah di restoran. Fatin dan Mini diantarkan supir kantor ke rumah Tante Kayla. Sedangkan Beni dan Zaki pulang ke rumah masing-masing.

Bersambung

...****************...

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

suami irang ya Fatin

2024-04-09

1

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

Tenang Fatin,masih perjaka ting ting.. hehehe. nanti berjodoh ya

2024-03-27

1

Jenong Nong

Jenong Nong

au...auu .auuu....manisnya si kulkas 12 pintu ...😁😁❤❤🙏🙏

2024-03-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!