Pernikahan Yang Terluka

Pernikahan Yang Terluka

BAB 1

Seperti hari sebelumnya, Geana sibuk di dapur untuk memasak, apa lagi sebentar lagi suaminya pulang dari kantor. Seharian ia sangat sibuk mengurusi pekerja ibu rumah tangga lainnya, ia juga harus berbagi waktu untuk mengurus kedua buah hatinya.

"Mama!" panggil seorang balita laki-laki berumur tiga tahun memanggil Mamanya yang saat itu sedang di dapur.

"Iya, Mama datang," jawab Geana berlari ke dalam kamar dan menghampiri bocah yang saat itu sedang terbaring di atas kasur bersama adik laki-lakinya yang berumur 1 tahun 3 bulan.

Bion baru saja pulang dari kantor dan langsung masuk ke dalam kamar.

"Mas, ini Zeco mau ...." Belum sempat Geana melanjutkan ucapannya, terdengar suara langkah kaki masuk ke dalam rumahnya.

Ya, dia adalah mertuanya, Mama dari Bion yang bernama Lena. Lena masuk tanpa permisi dan langsung duduk di sofa, karena ia merasa jika ini adalah rumah anaknya, itu berarti ia anggap seperti rumahnya sendiri.

"Pada kemana sih? Orang tua datang malah nggak di sambut?" tanyanya sedikit tidak senang.

Bion pun keluar dan duduk di sofa yang berseberangan dengan Mamanya.

"Mana istri mu? Apa sibuk mengurusi kedua anaknya yang cacat itu?" tanya Lena dengan menatap pintu kamar Geana sambil mencibir.

Jleb!

Ucapan mertuanya itu terasa menusuk sekali di hatinya. Tapi Geana memilih untuk diam, rasanya ia sudah terbiasa mendengar ucapan kasar dari mertuanya itu. Tapi ia berusaha sebisa mungkin tidak pernah ambil pusing agar ia tidak stres.

Memang benar apa yang di katakan mertuanya itu, kedua anaknya memang catat dari lahir.

Anak pertamanya bernama Zeco, kedua kakinya lumpuh tidak bisa berjalan karena akibat dari Atrofi otot. Saraf di otot kakinya tidak bisa berkembang membuat kedua kakinya mengecil dan hasilnya ia hanya bisa duduk di kursi roda.

Sedangkan anak keduanya bernama Zeky, bayi kecil itu terkena epilepsi saat berumur 2 hari setelah dilahirkan. Karena ganggu perkembangan otaknya, ia hanya bisa terbaring di kasur tanpa bisa melakukan aktifitas seperti anak seusianya.

Awal mulanya pernikahan mereka baik-baik saja, kedua orang tua Bion menerima kehadiran Geana, karena Geana sangat sopan dan ia sangat cantik hingga semua orang memuji kecantikannya.

Malangnya, setelah lahir anak pertama, keluarga Bion mulai membenci Geana karena melahirkan bayi cacat. Di tambah lagi sekarang, Geana yang sudah tidak bisa mengurus diri sendiri dan anak kedua yang lebih parah cacatnya dari anak sulungnya. Mulai saat itu, mulut-mulut yang dulunya memujinya, kini mulai membicarakan dirinya dan seluruh keburukannya.

Geana bahkan tidak berani sering keluar rumah dan berbicara terlalu banyak dengan tetangganya. Karena mereka pasti akan membicarakan kedua buah hatinya, mereka membandingkan anak mereka yang normal dengan segala kepintarannya dengan anaknya yang tidak bisa apa-apa.

Yang lebih menyakitkan, baik mertua maupun iparnya, mereka memfitnah Geana kepada orang-orang jika ia pembawa sial. Bagaimana tidak, dari kecil ia anak yatim piatu di tinggal mati kedua orangtuanya. Di usia pernikahan dengan Bion 6 bulan, neneknya meninggal. Di pernikahannya 10 bulan, Papa Dion meninggal. Dan kini ia punya 2 orang anak cacat.

Namun, ia mencoba untuk bersabar dan hanya fokus untuk tumbuh kembang kedua anaknya, karena mereka sangat membutuhkan kasih sayangnya, ia tak boleh sakit agar ia tetap menjadi seorang ibu yang kuat.

"Sekarang kamu lihatlah, sejak mengurusi kedua anak cacat itu, dia sudah tidak punya waktu lagi untuk mengurus mu, untuk apa kamu punya istri tapi tidak bisa mengurusi suaminya," ucap Lena yang sengaja menyinggung Geana.

Ia benar-benar tidak peduli apa Geana tersinggung atau tidak. Lena sengaja mengatakan itu agar Geana sakit hati, barulah hatinya merasa puas.

Waktu untuk mengurus Bion memang sangat terbatas, tapi di sisa waktunya ia berusaha ada untuk suaminya. Bion enggan mencari pembantu dengan alasan penghematan biaya. Bagaimana tidak, karena uang kerja Bion harus berbagi dengan Mamanya. Dengan pekerjaan yang selalu menumpuk, Geana bahkan sering telat makan.

"Mama, tolong jangan katakan itu," pinta Bion dengan suara pelan.

"Bion, aku sebagai Mamamu ingin memberikan nasehat yang baik agar hidup mu kedepannya agar tidak sengsara. Kamu lihatlah sekarang, bagaimana anakmu akan menjaga mu di hari tua nanti jika mereka saja tidak bisa mengurus diri mereka sendiri. Saat kau tua nanti, kamu minta urus pada siapa?" tanya Lena dengan suara tinggi.

Bion terdiam sejak, sekilas apa yang di ucapkan Mamanya memang benar adanya, jika ia sudah tua dan tidak bisa mencari makan, siapa yang ia harapkan lagi jika bukan anak-anaknya, tapi keadaan anaknya saja seperti itu.

"Tidak apa-apa Ma, kami akan program anak ketiga," jawab Bion berusaha untuk menenangkan hati Mamanya.

"Program anak ke tiga? Iya kalau dapatnya anak normal, kalau cacat lagi bagaimana? Kamu nggak bosan kah mengurus anak cacat terus? Benar-benar nggak ada hasilnya sama sekali, merepotkan! Mau sampai kapan mau punya anak cacat? Aku sampai malu ketemu sama orang-orang karena punya cucu cacat!" seru Lena ketus.

Bion tidak berani menjawab, karena kedua anaknya yang cacat sampai harus membuat Mama menjadi malu. Karena ia hanya punya Mama sebagai sandarannya setelah kepergian Papanya.

Geana tak tahan lagi, ia pun keluar sambil menggendong Zeky dan mendorong kursi roda Zeco keluar dari kamar.

"Ma, aku juga tidak mau ini terjadi pada kedua anakku, tapi ini adalah takdir yang Tuhan berikan kepada mereka. Aku harus berbuat apa untuk menolak takdir ini," ujar Geana kesal, tapi ia tetap berbicara sopan.

"Takdir juga yang kamu salahkan. Siapa yang tahu kalau ayah dan ibumu juga cacat. Kamu lihat sendiri, mana ada dari keluarga ku yang cacat. Itu pasti dari keturunan keluarga mu, berarti kamu yang salah!" ucap Lena kesal.

"Ma, jika Ayah dan Ibuku juga cacat, itu berarti itu juga takdir dari Tuhan, Mama nggak boleh nyalahin Ayah dan Ibu ku yang sudah meninggal," ucap Geana dengan suara sedikit meninggi.

"Geana, tolong bicara sopan sedikit dengan Mama, sedikit banyaknya omongan Mama ada benarnya," bela Bion untuk Mamanya.

Terlihat seulas senyum di bibir Lena karena ia mendapatkan pembelaan dari Bion.

Ingin rasanya Geana menangis, hati ya sakit sekali. Ia benar-benar tak habis pikir kenapa Bion membela Mamanya yang jelas-jelas menghina anaknya. Sedikit pun Bion tidak sadar atau dia memang tidak peduli?

Geana kembali membawa masuk ke dalam kamar agar ia tidak berdebat dengan Mama mertuanya itu, tidak ada gunanya karena Bion sudah pasti membela Mamanya.

"Kamu lihat itu cara istrimu memperlakukan aku sebagai mertuanya, benar-benar tidak ada sopan santunnya sama sekali! Orang Tua sedang bicara dia malah pergi, untuk apa dia keluar tadi!" tampik Lena kesal.

"Maaf Mama, aku akan mendidiknya lebih baik lagi," ucap Bion pelan.

"Kamu coba pikir ulang, aku ini Mama mu, hubungan anak dan ibu tidak akan putus. Tapi dia cuma orang lain yang menikah dengan mu lalu kau mengurusnya, memberi dia makan dan lain-lainnya, jika kalian cerai kalian bukan siapa-siapa lagi. Dasar perempuan tidak tahu di untung!" ucap Lena ketus.

"Sudahlah, aku mau pergi berbelanja dulu. Beri Mama uang," pinta Lena.

"Tapi aku gajian masih 2 Minggu lagi Ma," ucap Bion.

"Alah, Mama minta sedikit kamu nggak mau kasih. Makanya suruh istri mu kerja juga. Di rumah selama ini nggak ngapa-ngapain juga. Cuma duduk manis goyang kaki nikmatin hidup, kamu sendiri capek-capek kerja dia yang nikmatin hasilnya. Banyak di luar sana istri orang yang ikut kerja, mereka juga bisa menghasilkan uang sambil jaga anak," ucap Lena mencibir.

"Baiklah Ma." angguk Bion menurut.

"Mama nanis?" tanya Zeco saat melihat air mata Geana jatuh.

"Enggak kok Sayang, mata Mama cuma kelipatan," jawab Geana mencoba tersenyum.

Bion pun masuk ke dalam kamar. Geana secepatnya menyeka air matanya dan berpura-pura seolah-olah ia biasa saja. Geana membuat dirinya seolah-olah tidak terlalu peduli dengan omongan mertuanya tadi.

Bion melihat sekilas ke arah Geana yang sedang memeluk kedua anaknya di atas kasur. Tanpa bicara, ia membuka kotak penyimpanan dan mengambil sejumlah uang.

"Mas! Untuk apa uang sebanyak itu?" tanya Geana.

"Oh, ini mau kasih Mama, untuk uang jajan dia," jawab Bion.

"Mas kan gajiannya masih lama, lagian uang itu untuk kebutuhan anak-anak," ucap Geana menahan tangan Bion.

Bion menarik tangannya dengan kasar. "Kamu ini jangan pelit lah, dia itukan Mama ku, masa kamu perhitungan banget sama Mamaku. Masalah kebutuhan anak nanti aku carikan," tampik Bion menatap Geana dengan wajah tidak senang.

Bion pun pergi keluar dan memberikan uang tersebut. Barulah Lena pergi dari rumahnya.

Bion kembali dan masuk ke dalam kamar, ia duduk di samping Zeco.

"Kamu jangan tersinggung dengan ucapan Mama. Dia itu hanya ingin terbaik untuk ku, kamu harus mengerti itu," ucap Bion merasa tidak bersalah.

'Ya, terbaik untuk mu, tapi bukan untukku dan untuk anak-anak mu,' batin Geana menahan sakit dan sesak di dada.

Terpopuler

Comments

divaanggita sanjaya

divaanggita sanjaya

iya seharusnya suami dr geana tdk boleh berat sebelah, artinya jgn berpihak kpd yg salah, dan jgn pula bt istri nya menangis, krn istri nya lah yg suatu saat nanti mrka tua yg akan menemani nya

2024-05-12

0

Muri

Muri

otu tak tau diri sdh menghina menantu minta uang lg anak jg berat sebelah masa anak istri kaya ditelatar lbh mementingkan mmhnya.

2024-05-03

0

Emak Kam

Emak Kam

Geana yang disindir ibu mertuanya emak Kam yang deg-degannya😁🙏

2024-05-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!