Tak terasa waktu berlalu begitu cepat,Ini adalah hari kelulusan ku, yaa aku akan masuk smp sekarang hihi.
Sebulan yang lalu saat keluarga ku berkumpul,kami membicarakan perihal sekolahku juga kakakku, dia masuk SMA sedangkan aku SMP
Kakakku sudah menemukan sekolahnya, namun tidak denganku, masih banyak hal yang menjadi pertimbangan ku.
Salah satunya adalah berangkat sekolah.
Seperti yang ku bilang sebelumnya aku tidak bisa mengendarai sepeda,dimana jika aku sekolah itu akan sangat merepotkan keluargaku.
Tidak lupa, ingatan tentang perkataan teman temanku dulu bahwa aku adalah orang yang menyusahkan karena ga bisa naik sepeda.
Dan itu tertanam kuat di pikiranku. Aku tak mau menjadi beban mereka, maka jadilah aku mengambil jalur instan.
MONDOK.
Pada akhirnya aku menjatuhkan pilihanku untuk melanjutkan sekolah di salah satu pondok di kota sebrang. Ada beberapa tetanggaku yang mondok di sana, jadi aku tak perlu khawatir tak punya teman, dan lagi aku juga mendengar jika sekolahnya tak jauh dari pesantren dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja.
Selain karena tak perlu menaiki sepeda untuk sekolah, mondok adalah alternatif ku menjauhi semua teman temanku yang pernah mengatai ku dulu, kasarnya tak akan ada lagi yang menghinaku.
Dan lagi dengan meninggalkan desaku, aku tak perlu lagi ketakutan bertemu dengan om itu lagi, dengan begitu, aku bisa hidup tenang dan melanjutkan hidupku.
Seminggu yang lalu ayahku mengajak ku ke pesantren untuk melihat lihat lokasinya.
Benar saja, tempatnya sangat cukup jauh dari rumahku.
Karena berada di sebuah desa kecil yang jauh dari kota.
Tak masalah, setidaknya disini aku bisa merasa tenang.
Kembali ke acara wisuda ku.
Tak ada yang spesial karena dari pihak guru memutuskan membuat lomba untuk meramaikan acara.
Semua acara berlalu dengan hikmat dan menyenangkan, selain musik ada juga penceramah yang ikut mengisi acara tersebut,dimana bukan hanya wali murid yang hadir melainkan orang kampung lain yang ikut mendengar pengajian juga.
Sedangkan aku sudah menghilang dari hadapan orang tuaku untuk memburu jajanan.
Aku dan teman sekelas bergandengan menelusuri beberapa stan penjual yang ada.
Malam ini ayahku memberiku uang lebih banyak dari biasanya, jadi aku menggunakannya untuk membeli banyak jajanan.
Maklum masih SD, jelas sangat suka jajan bukan.
Malam itu Aku benar benar menghabiskan waktuku bersama teman temanku.
Setelah semua acara berakhir aku memilih pulang sendiri, karena ayah dan ibuku sudah pulang lebih dulu.
Rumahku tak jauh, karena berada dibelakang sekolah. Saat sedang asyik berjalan sambil memakan jajanan yang tersisa, seseorang berjalan di sampingku.
" Mau pulang nes, tadi pinter juga jogetnya, anak cewek kok pulangnya malem banget, ga salah sih kan cewek murahan" sontak aku menghentikan langkahku.
Dadaku kembali sakit,kali ini mataku ikut memanas. Aku ingin berteriak dan menyumpahinya namun lagi lagi kalimatnya yang mengatakan " Kalau orang tuaku akan malu memiliki anak sepertiku" kembali membungkam mulutku.
Terlihat punggungnya yang menjauh dari pandanganku, dan reflek aku berkata " Kenapa orang seperti dia ada didunia ini"
Tak lama, dia kesandung dan kepalanya terbentur batu hingga berdarah.
Kebetulan tetangga depan rumahku keluar dan berlari menghampiri nya untuk menolong, sedangkan aku berlalu begitu saja masuk ke rumahku.
Aku tidak peduli dengan keramaian yang terjadi didepan sana aku hanya ingin tidur sekarang.
Namun siapa sangka, diruang tengah sudah ada ibu,ayah,kakak,juga kakak ipar ku yang berkumpul.
" Nah ni anaknya dateng yah" ucap kakak pertama ku.
" Vanessa,ayah tanya lagi kamu beneran mau mondok"
" Hah, ya iyah emang mau mondok yah, kok tanya lagi"
" Bukan gitu dek, maksud ayah, kamu kan ga pernah jauh dari kami emang kamu bisa" ucap kakakku yang no tiga.
" Ih kakak, aku udah pikirin kok, aku mau pintar agama kaya ayah, aku mau jadi guru agama kaya ayah"
"Yasudah kalo emang itu yang kamu mau. Ibu, ayah sama kakak ga akan tanya lagi. Tapi ingat, kalo memang ga sanggup bilang ya, pulang sekolah di sini sini ajah,nanti biar ayang yang antar jemput, kalo ga gitu mas atau mbak mu yang jemput"
" Ih ibu, mas,mbak udah nikah, mana bisa jemput Vanessa"
" Yasudah, besok siapin keperluannya sama ibu ya, lusa ayah antar"
" Iyah yah,makasih"
" Itu apa sih rame banget didepan" celetuk kakak iparku.
" Ooh itu, om sebelah jatuh kepalanya kena batu"
" Kok adek tau" tanya kakak ke 3 ku.
"Lah kan jatuh nya didepan adek, ya tau lah"
" Astagfirullah dek kok ga bantuin itu kamu nya" seru ayahku.
" Lah kan adek masih kecil yah, mana bisa bantu kaya gitu, lagian juga udah ada bulek Ma dan suaminya yang bantu ini" belaku.
" Astaghfirullah, kamu ini ada ada aja, ya wes sana istirahat,ayah mau lihat keadaannya "
" Ih ngapain sih yah, udah kita tidur aja, ayah janji besok mau renang loh"
" Iyah besok mas juga ikut, sekarang adek masuk kamar tidur,sekarang ayah sama mas mau lihat itu dulu" ucap kakakku.
Aku tak lagi mendebat dan masuk kedalam kamarku, setelah mengunci kamar mataku kembali berkaca, sudahlah aku bahkan sangat lelah memikirkannya.
Ku pandangi setiap sudut kamarku yang sudah menjadi saksi tentang apa yang terjadi padaku selama ini.
Kasur itu adalah tempatku menumpahkan kesakitanku, boneka itu adalah salah satu benda yang membantuku meredam isak ku.
Setelah ini aku akan meninggalkan tempat ini.
Hah...
Karena merasa begitu lelah. Aku merebahkan tubuhku dengan tenang, tak lupa telinga yang ku sumpal dengan headset yang sudah tersambung dengan mp3, lagu lagu dari beberapa artis ibu kota menyapa gendang pendengaran ku, mengalirkan suasana riuh, dimana suara di pikiranku bersautan dengan suara merdu sang penyanyi.
Hal tersebut membuatku semakin lelah dan sakit kepala, namun melodi dari lagu tersebut menarik ku masuk perlahan ke dalam mimpi.
Dilain tempat, semua orang masih dihebohkan oleh kecelakaan yang terjadi pada om sebelah, istrinya menangis melihat suaminya pingsan sedang dokter dengan tenang mengobati suaminya.
Ibu ibu dan bapak bapak yang berkumpul didepan rumah nya bersautan menceritakan kronologi kejadian, tanpa mereka tahu jika hal itu bukanlah kecelakaan, melainkan karma karena menyakiti gadis kecil yang masih polos ini.
" lah iyah, aku juga kaget tadi, tiba tiba udah jatuh aja di depanku, mana ada batu lagi, tapi tak jauh dari suami TI ada Vanessa yang berdiri dan ga mau bantuin, malah masuk kerumahnya" ucap ibu depan rumahku.
" Heh mbak, adek ku itu masuk rumah karena dipikirnya udah ada kamu dan suamimu yang bantu, lagian dia masih kecil bisa bantu apa dia. Mungkin juga anaknya takut ada yang jatuh terus berdarah tepat didepan dia makanya masuk rumah" bela kakak keduaku yang memang dari tadi ikut nimbrung.
" Ahh iyah juga yaa, mana adikmu itu polos banget anaknya"
Kurang lebih begitulah pembicaraan mereka, aku tau karena kakakku bercerita wkwk.
Kakak pertama namanya mas Adi
Kakak kedua namanya mbak Yuni
Kakak ketiga namanya Andre
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments