Ide

Zora sudah tidak sabar ingin menunjukkan kue kering itu pada suaminya. Ia melangkahkan kaki cepat begitu mendengar suara mobil berhenti di halaman rumah.

Zora menghentikan langkahnya begitu sampai di muka pintu. Dilihatnya sosok yang memasuki rumah bukanlah yang sedang ia tunggui. Membuat Zora memasang wajah cemberut ternyata yang datang bukanlah Zidan melainkan Adam, sang kakak.

Zora menoleh ke arah belakang, mungkin yang sedang ditunggu menyusul. "Loh, Kak Adam pulang sendirian? Mana Kak Zidan ?" carinya hingga ke luar rumah tapi mobil terlihat hanya ada satu. Zora kembali masuk ke dalam dan menghentikan langkah sang kakak.

"Mobil kak Zidan belum datang."

Adam menjawab dengan jutek, "Nggak tahu. Nggak pamit tadi mau pergi ke mana." lalu melangkah melewati Zora yang tengah menanti kepulangan Zidan. Adam merasa kesal seharian ini karena banyak berkas yang harus ia kerjakan sendirian. Semenjak sakit ia merasa lambat untuk melakukan sesuatu. Hingga tingkat kepercayan dirinya pun mulai menurun. Dan sekarang ia mulai bergantung pada adik iparnya.

Suara deru mesin mobil terdengar berhenti tak lama kemudian. Inilah yang Zora tunggu kepulangan sang suami. Ekspresi wajah Zora berubah ceria seketika itu juga.

"Kak Zidan... !" teriak Zora hingga terdengar dari arah dapur. Mami Rasuna yang mendengar teriakan Zora hanya menggeleng saja. Baik sebelum atau sesudah menikah sikap manja Zora tak pernah berubah. Bersyukur, Zidan tak egois dan menerima putrinya apa adanya.

"Kak Zidan dari mana saja, kok pulangnya duluan kak Adam?" protesnya tak suka karena Zora sudah terlalu lama menunggu. Baik itu hitungan menit pun, sangatlah berharga.

Zidan menunjukkan tangan kanannya yang sejak datang tadi ia sembunyikan di belakang punggung.

Dua mata Zora membola, bahkan mulutnya menganga lebar.

"Ini untukmu." Zidan menyodorkan buket berisi jajan coklat.

"Untukku?" ulangnya tak percaya. Karena baru kali ini Zidan bersikap romantis seperti ini setelah menikah.

Zora menerima pemberian Zidan dan tak banyak bertanya. Malah sebaliknya, Zora memberikan kue kering buatannya tadi sebagai gantinya. "Bawalah toples ini! Aku baru saja membuat kue kering. Semoga Kak Zidan suka meski agak gosong." Zora menunjukkan deretan giginya hingga terlihat gigi kelinci.

Tahu buket coklat itu dari mana?

Sepulang dari perusahaan tadi, Zidan dikejutkan oleh sekelompok mahasiswa yang berkerumun di sekitar mobil nya. Ternyata mereka adalah pengemar Zidan yang kebetulan sekelas dengan Zora. Mereka sangat mengidolakan Zidan meski tahu kalau Zidan sudah menikah.

Zidan sudah menolak sebenernya tapi terus saja para gadis memaksa. Akhirnya Zidan membawa pulang buket berisi coklat itu lalu menyerahkan pada istrinya.

"Kamu suka?" tanya Zidan memastikan.

Zora mengangguk cepat, "Suka sekali. Terima kasih, suamiku!"

Mendengar Zora memanggil seperti tadi entah mengapa hatinya berbunga - bunga membuat Zidan sangat senang.

Adam lewat karena hendak mengambil barang yang tertinggal di dalam mobil.

"Kalau kasmaran jangan di rumah!" ketus Adam tak suka.

"Yeh, apaan sih! Bilang aja kalau iri."

"Idih, siapa juga yang iri! Enggak banget!" timpal Adam dan bergegas meninggalkan mereka diikuti langkah bibi May yang rupanya sudah mendapatkan tugas untuk membawa barang milik Adam.

Zora bergelanyut manja pada lengan Zidan.

Zora meminta Zidan untuk segera mandi. Zidan pun patuh dan pergi duluan masuk ke kamar sambil membawa toples tadi.

Setibanya di kamar, Zidan tertarik untuk mencicipi kue buatan Zora itu. Dan setelah membuka isi toples, Zidan seakan mengurungkan niatnya karena kue kering itu sedikit hangus.

Tapi mengingat yang membuat kue ini adalah Zora, pastinya susah payah ia berusaha. Zidan pun memakan semua kue satu toples dengan sekali lahap.

Zora juga ingin menikmati jajanan yang ada di buket. Mengingat buket itu pemberian suaminya Zora ingin mengabadikan dulu sebelum memakannya. Dan akan memosting di statusnya.

Zora mengambil ponselnya yang berada di kamar. Ponselnya tergeletak di atas kasur. Zora hendak meraih ponsel dan seketika ia melihat toples yang tadinya berisi kue telah kosong isi nya.

"Hah, sudah habis. Cepat sekali." Gumam Zora dan bergegas melanjutkan aksinya.

.

Sementara itu di negara Phantom.

Xelon terlihat tengah mengamuk. Ia tak percaya telah kalah oleh manusia di bumi.

Leo datang menghampiri ayahnya ia tahu jika ayahnya telah gagal.

"Benarkan yang aku katakan," ledek Leo memancing emosi.

Xelon menoleh menatap sumber suara. "Perempuan itu kuat bukan karena kemampuannya sendiri melainkan karena pecahan kubah matahari yang tertanam di tubuhnya. "

Leo diam saja tak menimpali ucapan sang ayah. Dia cari aman saja ketimbang harus menerima amukan Xelon.

Kemudian Xelon mendekati batu permata dan meminta untuk menunjukkan keadaan Zora sekarang. "Tunjukkan gadis dengan pecahan kubah matahari yang keempat!"

Seketika bola permata menampakkan keadaan Zora.

Zora tengah menelpon seseorang, "Nadin, kamu mau mencicipi kue kering karya pertamaku?"

" Baiklah, besok aku bawakan padamu." imbuh Zora lalu mengakhiri obrolannya.

Xelon tersenyum tipis. Ia punya ide untuk mencelakai Zora.

...****************...

Nadin baru saja selesai mandi dan berganti pakaian. Lantas gadis yang lahir 23 tahun lalu itu bersiap untuk pergi ke kampus. Selesai bersolek ia pun menyambar tas slempang hitamnya dan bergegas menuruni tangga.

Pembantu rumah yang selama ini menemaninya semenjak orang tuanya pergi ke luar kota beberapa hari lalu tengah menyiapkan susu hangat dan roti bakar. Bibi Nor sudah lama bekerja di keluarganya Nadin.

Bibi Nor menyambut majikannya dengan ramah.

"Bibi, nanti aku pulang terlambat. Aku mau mampir ke rumah Zora sepulang dari kampus." pamitnya.

"Iya Non. Tadi Nyonya besar pesan kalau jadwal pulangnya diundur besok."

"Besok? Kenapa diundur lagi?"

"Cuaca buruk Non, jadi semua penerbangan dibatalkan."

Nadin hanya mampu mendesah.

Selesai sarapan ia lantas bergegas menunggu taksi langganannya.

Seperti biasa, taksi kuning pun siap menjemput pelanggan setianya.

Si sopir memastikan Nadin sudah masuk dan menutup pintu.

Begitu masuk lalu duduk, Nadin merogoh ponselnya. Ia memasang handset di telinga, mendengarkan musik sebagai penghilang rasa bosannya.

Si sopir melirik spion, ia melihat Nadin memejamkan mata sambil bersenandung.

"Ini saatnya." Gumam si sopir dan lantas menginjak rem mendadak membuat dahi Nadin membentur jok depan.

"Aww!" pekik Nadin.

Si sopir segera menoleh ke belakang sambil mengayunkan tangan dan membaca mantra sihir.

Rupanya Xelon datang lagi ke bumi dan menyamar. Ia langsung menemui sepupu Zora untuk melancarkan ide nya.

Xelon menyihir Nadin. Memberinya kekuatan gelap.

Kedua mata Nadin menjadi hitam kosong setelah menerima kekuatan gelap dari Xelon.

"Tugasmu adalah membuat Zora celaka. Bawa dia ke atas gedung!"

Nadin yang dengan tatapan kosong mengangguk patuh.

Beberapa menit kemudian keadaan menjadi normal.

Nadin yang sekarang memancarkan aura gelap yang kuat telah tiba di kampus. Sementara Xelon memantau dari jauh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!