Xelon Mundur

Zora mulai fokus dengan apa yang ia pikirkan sekarang. Ia bangkit dan mulai melakukan ketenangan batin. Sebuah tindakan yang dipilih untuk memunculkan kekuatan yang tersembunyi di dalam tubuhnya.

Kemudian Zora membuka lebar mulutnya sambil berteriak. "Kekuatan cahaya, datanglah!" dan seketika itu saat ia mengayunkan tangannya terlihatlah cahaya putih berkilau hingga keluar dari telapak tangannya. Bayangan cahaya menembus ke segala arah.

Zora membentengi serangan Xelon terhadap Zidan dan dirinya dengan membuat lengkungan cahaya putih yang keluar dari tangannya.

Bola mata Xelon membulat menyaksikan keajaiban yang terjadi pada perempuan yang menjadi incarannya itu.

"Tidak mungkin." Xelon bergumam. Ia ingat dengan mitos yang melegenda di negara Phantom saat ia menjadi Raja baru dulu. Kabarnya seorang Dewi Bulan akan turun dari langit membawa perdamaian abadi. Memberi cahaya ditengah kegelapan. Ditandai dengan adanya kekuatan cahaya bulan pada tubuhnya. Bedanya dengan yang ada di bumi, Zora hanyalah anak manusia biasa bukan seorang Dewi kayangan yang menurut mitos itu. Dan dengan cepat Xelon menepis pemikirannya tentang mitos Dewi Bulan.

Zora hanya kebetulan saja memiliki kekuatan itu karena di dalam tubuhnya ada pecahan kubah matahari batinnya Xelon.

Xelon tak ingin dikalahkan, ia menambah kekuatan sihirnya hingga bisa memukul mundur pertahanan Zora beberapa meter ke belakang.

Meski tubuh Zidan terkulai lemas ia masih bisa melihat dengan jelas. "Zora," gumamnya. Lalu memaksakan diri untuk bangkit.

"Zora bertambah kuat saja atau hanya aku yang berhalusinasi." kemudian Zidan bangkit dengan sisa tenaganya. Meski keadaanya buruk, ia tidak akan membiarkan wanitanya berjuang seorang diri.

Zidan mengayunkan tongkat sakti ke arah cahaya yang dibuat Zora. Kini kekuatan Zora bertambah tiga kali lipat dari sebelumnya setelah digabung dengan kekuatan Zidan.

Xelon pun tersudutkan. Ia tak bisa meremehkan kekuatan kubah matahari. Dengan begitu ia tahu betapa hebatnya kekuatan kubah matahari sehingga membuat dia bersemangat untuk segera memiliki pecahan yang keempat. Cahaya yang dikeluarkan Zora baginya terasa panas dan menyengat. Xelon tidak bisa bertahan lama. Jika dibiarkan terus tubuhnya bisa hancur kepanasan dan untuk sementara ia memilih untuk mundur, bukan berarti kalah melainkan menyusun rencana selanjutnya. Xelon mengendalikan waktu untuk segera pergi. Lubang hitam di langit terbentuk. Xelon kabur memasuki lubang tersebut. "Aku belum kalah. Aku akan datang kembali!" kemudian Xelon tertawa lebar lalu menghilang perlahan dari pandangan mereka berdua.

Zora memutar tubuhnya lalu menghambur ke arah Zidan. "Kak Zidan, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Zora cemas. Zora mengecek keadaan Zidan dan menemukan beberapa sayatan di lengan, pipi dan punggung. "Hah, tubuhmu penuh luka. Aku akan mengobatimu terlebih dahulu." Zora memikirkan tentang pengobatan.

Zora butuh ketenangan batin. Ia memikirkan sesuatu. Telapak tangan Zora mengadah ke arah langit. "Kekuatan Cahaya, datanglah!" panggil Zora dan seketika bulatan kecil terbentuk dari berkas cahaya yang keluar dari telapak tangannya. Zora mengusap berkas cahaya itu ke seluruh permukaan tubuh Zidan.

Zidan terperangah, "Bagaimana bisa kamu melakukan itu?" tanyanya heran.

Zora mengangkat bahunya, "Tidak tahu. Aku hanya memikirkannya saja." sahut Zora.

Detik berikutnya tubuh Zidan kembali seperti sedia kala. Luka berupa sayatan pun menghilang. Ia merasa mendapatkan energi baru.

"Terima kasih, sudah menolongku!" ujar Zidan yang membuat Zora tak enak.

"Seharusnya bukan kamu yang berterimakasih. Kamu selalu datang di saat aku dalam ancaman bahaya, dan aku berterima kasih padamu. Siapa dia yang menyerangku tadi?"

"Xelon. Dia adalah raja dari negara Phantom. Jika dia sudah bertindak maka tidak akan ada yang bisa menandingi. Tapi, dengan kekuatan cahaya yang kamu muncul kan tadi bisa membuat Xelon mundur. Itu artinya, kamu akan menjadi lawan terbesar bagi Xelon."

"Hah, aku! Itu tidak mungkin. Aku takut jika siluman itu datang lagi." elak Zora yang merasa dia hanyalah gadis biasa yang tidak bisa bertarung secara fisik.

Zidan mendekap istrinya, "Tenanglah, ada aku yang selalu bersamamu! Kita hadapi bersama jika Raja Phantom datang menemui kamu lagi."

Zora mengangguk, menyenangkan jika berada dalam pelukannya, ia pun membenamkan wajahnya merasakan kehangatan.

"Ayo kita pulang!" ajak Zidan setelah tenaganya pulih.

"Sebentar. Zora melangkah menghampiri Nadin yang tadinya pingsan. Lalu membangunkan dia.

Nadin sadar dari pingsannya. "Aku di mana?" sambil memijat pelipisnya.

"Masih berada di tempat yang sama." sahut Zora.

"Kak Zidan , ah kuenya!" Nadin memindai bola matanya dari menatap Zidan berganti ke arah dua bungkusan yang tergeletak dan tumpah isinya.

"Sudah hancur. Lupakan saja, lain kali kita akan membeli lagi. Sekarang hari hampir sore. Aku dijemput kak Zidan. Aku pulang duluan ya, kamu bisakan pulang sendiri?"

Nadin masih mengerjapkan mata mengingat apa yang baru saja terjadi. Tapi, sungguh ia tak mengingat hal apa pun.

Tentu saja Zidan sudah menghapus ingatan Nadin.

Lalu Nadin mengangguk mengerti, ia pun pulang sendiri menunggu taksi.

Zidan mengantar Zora pulang lebih dulu lalu barulah kembali ke kantor.

Rapat pun usai begitu Zidan tiba di kantor.

"Zidan , keterlaluan kamu!" pekik Adam. "Bisa - bisanya kamu menghilang di saat rapat sedang berlangsung." umpat Adam yang merasa ditipu. Adam baru saja keluar dari ruangan meeting.

Zidan hanya nyengir saja.

"Apa ada masalah Kak?" tanya Zidan seramah mungkin.

Adam menggeleng. "Tidak ada." sahut Adam sengak. Selesai menutup pintu, Adam berjalan menyusuri lorong pun menyusul Adam memasuki ruangan CEO. Tak menghiraukan Adam mengeluh sejak tadi.

Sementara itu Zora tengah berkutat di dapur sore harinya.

Ia berencana membuat kue sebagai teman ngobrol saat berkumpul di ruang keluarga.

Zora menatap satu persatu bahan yang ada di atas meja. Ia mulai konsentrasi lalu dengan cekatan Zora membuat kue sebagai ganti kue yang telah hancur siang tadi.

Bibi May dan Rasuna membelalak mata tak percaya, sang putri rumah bisa membuat kue di dapur tanpa bantuan siapa pun.

"Bi, itu benaran Zora?"

"Benar Nyonya,"

"Zora bisa bikin kue, resep kue dari mana ?" tanya sang mami yang kebetulan mau membantu bibi may menyiapkan makan malam.

"Ah, asal saja kok! Mami mau coba ?" Tawar Zora seraya menyerahkan toples plastik yang sudah terbuka tutupnya.

Tangan Rasuna tergerak untuk mencicipi kue buatan Zora itu. Ia tidak yakin dengan rasanya. Awalnya sih ragu. Rasuna menggigit ujung kue tersebut. Setelah mengunyah ia menemukan rasa dari makanan itu.

Zora sedang menunggu mami untuk menyampaikan pendapatnya. "Bagaimana Mi, rasanya?" mata Zora berbinar tak sabar.

Rasuna menunjukkan bulatan O pada jarinya. "Sempurna, enak!" puji Mami.

"Benarkah," Zora langsung balik kanan meninggalkan dapur padahal mami mau nyicip lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!