Menyamar

"Sebenarnya kamu mau kemana sih?" tanya Nadin yang kini sudah menyeimbangi langkah Zora.

"Mau ke toko kue." sahut Zora sambil memastikan jalanan aman untuk menyebrang.

"Siapa yang ulang tahun? Kak Zidan kah?" Nadin berbinar kedua matanya teringat Zidan. Hati dan pikirannya penuh dengan bayangan Zidan. Mumpung bersama dengan Zora, jadi Nadin bisa mengetahui hal - hal yang disukai oleh Zidan.

Nadin seolah bisa membaca pikiran Zora saja. "Aku kan belum mengatakan tujuanku ke toko kue, kenapa kamu bisa tahu."

"He he he, asal tebak saja. Kalau bukan untuk kak Zidan buat siapa lagi, kak Adam? Nggak mungkin juga kan ..."

Zora tak menggubris ocehan sepupunya itu dan mempercepat langkahnya setelah tanda lampu berwarna hijau.

Nadin segera mengekor.

Zora dan Nadin memasuki toko kue yang menjual aneka jenis kue basah dan kering.

Zora memilih satu diantara banyak kue. Dan kue tar menjadi pilihannya.

Melihat Zora begitu antusias memilih kue, terbesit dalam benaknya meniru apa yang dilakukan Zora. Nadin juga ikut membeli kue.

"Kamu beli juga, buat siapa?" tanya Zora.

"Rahasia dong!" Nadin rencananya juga akan memberikan kue itu pada Zidan tanpa sepengetahuan Zora.

Setelah kue itu dibungkus dan melakukan pembayaran. Zora dan Nadin keluar toko.

Mereka berdua harus menyeberangi jalan.

Dan disaat yang bersamaan ada seorang nenek bungkuk berjalan mengunakan tongkat. Tubuhnya yang ringkih terlihat jelas dari cara berpakaiannya yang kedodoran. Nenek itu berdiri setengah bungkuk sambil memperhatikan area sekitar.

Nenek itu berdiri tepat di samping Zora. Nenek itu menatap ke arah lampu rambu lalu lintas menunggu lampu berubah warna.

Setelah lampu kuning berubah hijau semua pengendara berhenti. Memberi hak pada pejalan kaki untuk menyebrang.

Nadin menarik lengan Zora agar segera jalan. Tapi sepertinya Zora enggan untuk berjalan lebih dulu setelah ia mengamati sejak tadi seorang nenek bungkuk yang hendak menyeberang juga belum juga melangkahkan kakinya.

Pandangan Zora tak luput dari sosok yang terlihat tua itu. Zora pun tergerak hatinya untuk menghampiri sang nenek. Segera Zora melepas tangannya dari pegangan Nadin. Memberikan bungkus kue pada Nadin. "Titip dulu ya!"

Nadin menoleh heran apa yang akan dilakukan Zora yang mendekati nenek bungkuk itu.

"Nenek, mari saya bantu menyeberang!" tawar Zora yang seketika mendapat anggukan dari nenek bungkuk.

Zora memperlihatkan telapak tangannya. Nenek bungkuk meraih tangan Zora dan dengan sabar Zora menuntut nenek bungkuk menyeberang jalan. Zora merasakan pegangan nenek begitu kuat. Ia pikir nenek bungkuk itu merasa takut saat menyeberang.

"Terima kasih Cucu, kamu tidak hanya cantik tapi juga baik." senyuman nenek bungkuk terukir dari bibirnya yang renta. Dan ia mulai merencanakan misinya.

Zora hanya tersenyum simpul mendengar nenek bungkuk memujinya.

"Nenek sendirian, mau kemana?" tanya Zora penasaran dengan keadaan nenek bungkuk yang sudah tua harus berkeliaran sendiri di jalan besar. Zora mengedarkan pandang mencari seseorang, siapa tahu nenek ini terpisah dari anggota keluarganya. Nyata nya sampai di seberang jalan juga Zora tak menemukan tanda - tanda keluarga yang mencarinya.

"Nenek mau pergi ke suatu tempat tapi nenek lupa namanya." sahut si nenek bungkuk.

"Dengan kondisi nenek yang seperti ini, apakah bisa?" Zora seolah ragu.

"Tentu saja bisa jika kamu yang mengantarku." seketika itu wajah nenek yang sedari tadi menatap Zora kini berubah.

Zora memekik kaget begitu pula warga sekitar kota yang kebetulan masih berpapasan ketika menyeberang tadi.

Nenek bungkuk itu berubah dirinya menjadi seperti monster yang memakai jubah hitam.

Monster itu berhasil mencengkeram lengan Zora. "Ikutlah denganku!" Zora memekik sangking takut nya.

Zora berusaha melepaskan diri tapi sepertinya kalah tenaga.

"Lepaskan kataku, monster jelek !" umpat Zora seraya memukul - mukul tangan si monster.

Monster itu adalah jelmaan Xelon.

Xelon langsung menampakkan wujud aslinya begitu melihat Zora sudah masuk dalam perangkapnya.

Melihat hal yang tak umum seperti itu, Nadin langsung pingsan. Kedua bungkus kue yang berada di tangannya kini harus jatuh.

Xelon tertawa puas. Rupanya Zora hanyalah wanita biasa yang mudah dikibuli.

'Tidak punya kekuatan sama sekali.'

Zora menatap nanar Xelon. "Siapa kamu sebenarnya!"

Xelon tertawa lebar. "Kamu ingin tahu siapa aku?"

"Aku adalah..."

"Xelon. Penguasa raja kegelapan."

Zora tercengang sesaat. Apakah nyawanya akan berakhir sekarang?

"Aku adalah mautmu."

Zora dengan sekuat tenaga menendang kakinya Xelon. Mendapatkan serangan yang tiba - tiba membuat Xelon mengambil jarak.

"Jangan kamu bilang maut padaku! Bisa jadi ucapan yang buruk akan kembali padamu." Zora pun bersiap untuk melawan.

Sementara ditempat kerja, Zidan merasa tak betah untuk duduk. Ia merasakan Zora dalam masalah.

Melihat Adam yang masih bicara panjang lebar. Zidan menguap lebar. Ia harus segera keluar dari acara meeting yang baginya sungguh membosankan.

Zidan punya ide agar bisa kabur. Dengan kekuatan sihirnya ia mematikan listrik. Semua orang di buat panik. Terlebih para operator mengeluh sedikit pusing.

Zidan lalu segera terbang ke awan. Ia mempercepat perjalanannya agar sampai ditempat Zora.

Tak butuh waktu lama, Zidan pun datang.

"Raja Xelon?" Zidan menjadi ketar ketir hanya dengan melihat saja. Tidak mungkin Zidan melawan dengan keadaanya yang sekarang. Kekuatannya jauh berbeda jika berada di bumi.

Xelon tertawa lebar. "Baguslah kamu juga datang. Dengan begitu aku tidak perlu capek - capek mencarimu. Sekarang siapkan dirimu untuk menghadapi maut!" Xelon bersiap bertarung.

Zidan mengeluarkan tongkat sihirnya dan dengan cepat mengayunkan ke arah Xelon.

Pertarungan kedua pun terjadi lagi.

Ketika dulu berada di negara Phantom saat Leo berhasil mencuri kubah matahari dari piramida. Zidan berhasil mengejar Leo dan merebut kembali kubah itu. Xelon datang membantu Leo. Dan Zidan bertarung untuk pertama kalinya melawan Xelon. Kekuatan mereka seimbang. Dampak dari pertarungan itu, bangsa siluman harus kehilangan tempat tinggal mereka. Air bersih pun juga berubah keruh. Zidan memahami situasi itu dan segera memilih untuk menghindar pergi daripada akan memberikan dampak yang lebih buruk lagi.

Dan kini saat Zidan terpelanting jauh, Zora tak bisa diam begitu saja sebagai penonton. Ia menghambur ke arah Zidan dengan mata berkaca - kaca.

"Kak Zidan, bertahanlah! Aku akan melindungimu." Zora menatap tubuh suaminya yang penuh dengan luka dan darah.

Zidan menatap sayu, "Jangan, dia bukan tandinganmu! Lebih baik kamu cepat pergi. Aku akan mengalihkan perhatian." Zidan mencoba bangkit kembali meski kini tubuhnya remuk redam.

Zora menggeleng samar, "Tidak Kak, apa pun yang terjadi aku akan bersamamu."

Xelon sudah tidak tahan melihat pasangan itu berdrama. Ketika Zidan mencoba untuk bangkit memaksakan diri, Xelon sudah siap dengan serangan.

"Rasakan ini, dasar bedebah !" tongkat sakti itu mengeluarkan kilatan hitam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!