Rencana Xelon

Xelon berada di ruangannya. Ia mempelajari kehidupan manusia di bumi. Dan ia tahu jika kebanyakan manusia di bumi mengunakan malam mereka untuk tidur sebagai bentuk istirahat dan siangnya terjaga untuk beraktivitas. Banyak hal lain juga yang sudah ia kuasai.

Xelon akan menyamar menjadi makhluk bumi untuk menemukan Zora. Bola kristalnya menampakkan keadaan Zora sekarang. Zora dan Zidan tengah memadu kasih di sebuah kamar. Itu membuat Xelon muak lalu muntah udara. Ia pun menghapus penglihatan mereka berdua di bola kristalnya.

Xelon akan pergi ke bumi besok.

Sementera di kediaman Rasimoon.

Zora dan Zidan tengah asyik bercanda gurau di kamar. Zora membuka obrolan dan Zidan menimpali sehingga terjadilah obrolan yang asyik.

Tersirat dalam benak Zora untuk mempertanyakan satu hal yang pernah mengusik hatinya.

"Kak Zidan tahu nggak apa itu cinta?" tanya Zora untuk memastikan perasaan Zidan tehadap dirinya. Karena Zora merasa Zidan tak pernah mencintai dirinya dalam arti cinta yang sebenarnya. Zora bertanya pelan agar tak membuat Zidan sakit hati.

Zidan tersentak dalam diam namun ia berusaha untuk tetap tenang menghadapi pertanyaan Zora yang terdengar sederhana ini tapi begitu dalam maknanya.

Zidan mendongak menatap langit - langit lalu bergumam lirih namun masih bisa terdengar, "Apa ya, kebersamaan adalah cinta. Cinta adalah kebersamaan." sahutnya kemudian yang membuat Zora terdiam sejenak.

Zora menyelami jawaban Zidan barusan. Zidan adalah setengah manusia dan mungkin ia tak mengerti dengan sempurna apa makna cinta bagi manusia yang sebenarnya.

"Bagaimana dengan jawabanku, benar?" Zidan menatap balik ke arah Zora. Zidan tahu jika pertanyaan Zora barusan adalah sebuah pertanyaan yang ia tujukan pada hatinya terhadap Zora. Jujur saja, Zidan memilih menjadikan istri karena Zora dalam bahaya. Awalnya Zidan menggunakan Zora sebagai kunci untuk membebaskan ketiga saudaranya dari jeratan raja Xelon yang beringas akan kekuasaan dan kekuatan yang maha dahsyat. Tapi, seiring bertemu dan Zora selalu mengajaknya bicara perlahan pintu hati Zidan terketuk untuk menciptakan rasa cinta. Meski rasa itu baru tumbuh.

Zora tak menyalahkan jawaban Zidan. Bahkan Zora setuju juga dengan pengertian cinta versi Zidan.

"Iya, kalau tidak dalam kebersamaan itu artinya suatu pasangan akan bercerai berai dan tidak saling cinta. Jawaban yang masuk di akal." ulas Zora sambil menyunggingkan senyum.

"Lalu, bagaimana dengan pendapatmu tentang cinta itu sendiri ?" tanya Zidan balik.

Zora seolah gelagapan mendapat serangan balik. Jujur, selama ini belum pernah ia merasakan cinta yang sebenarnya dari teman prianya. Kebanyakan mereka menginginkan Zora karena status kekayaan, kecantikan dan kepopuleran. Sehingga saat mendapatkan pertanyaan balik dari Zidan, Zora seakan ragu untuk memberikan jawaban.

Zora membuka kembali mulutnya setelah cukup lama terdiam. Diam dalam artian bingung untuk mengungkapkan. "Cinta itu, hangat , manis dan menyenangkan." sahut Zora sekenanya. Ia tak perduli dengan kata cinta menurut kebanyakan orang kalau cinta itu buta. Cinta itu palsu dan banyak hal mengenai cinta yang tak bisa disebutkan. Baginya sesuatu yang menyenangkan hatinya dan bisa membuatnya terus tersenyum adalah cinta.

"Emang jagung rebus!" timpal Zidan yang membuat Zora tersenyum kecut.

"Kenapa, salah ya?"

"Nggak. Semua orang bebas mengapresiasikan cinta itu seperti apa. Di negara Phantom, kami sebagai para siluman harus bersaing dengan siluman lain untuk mendapatkan cinta dari seseorang yang pantas diperebutkan."

Cerita Zidan menarik untuk didengarkan. Zora menggeser posisinya lebih merapat. "Kamu juga ikut dalam persaingan itu?" celetuk Zora.

Zidan melanjutkan bercerita. "Kami sebagai ksatria penjaga terpaksa mengabaikan sesuatu yang disebut cinta itu. Dan misi untuk melindungi kubah matahari adalah tujuan dari kami. Tidak ada waktu untuk mengenal cinta."

"Lalu, bagaimana denganku, kamu tak mencintaiku? Bukankah kamu sudah mengambil kesucianku, apa itu bisa diartikan kamu mencintaiku?" Zora begitu berani untuk bertanya secara langsung. Ia tidak tahu nasibnya seperti apa nanti jika suatu saat Zidan harus kembali ke negara asalnya, negara para siluman. Untuk itu, mumpung ada kesempatan ia ingin mendengar sendiri jawaban Zidan.

Zidan terpaku sejenak menatap Zora. "Jika sebuah jawaban yang kamu inginkan, mungkin kamu tidak akan menemukannya dariku."

Zora mengedipkan matanya berkali - kali untuk menyamarkan kedua matanya yang terasa panas agar tidak sampai mengalir.

Zora mengangguk menghargai pendapatnya. Ia berjanji pada diri sendiri untuk tidak mengungkit masalah hati lagi. Ia akan mencari tahu sendiri bagaimana perasaan Zidan terhadap dirinya.

Ditengah obrolan mereka, tiba - tiba pintu kamar digedor dari luar. Zora sudah bisa menebak siapa di luar sana. Zora segera bangkit untuk membuka pintu.

"Kak Adam, bisa nggak sih lebih sopan dikit. Nggak malu apa ada kak Zidan juga." semprot Zora.

Adam menggosok kepalanya, "Ah iya, maaf. Kamu sudah dengar belum kalau siang tadi di kampus ada gempa bumi." terang Adam menggebu - gebu.

Zora terlonjak kaget, "Hah, gempa bumi!"

Adam mengajak Zora untuk menyaksikan sendiri berita itu di televisi.

Zora pun mengekor Adam untuk melihat siaran berita di televisi.

Zidan yang merasa diabaikan pun ikut ke luar kamar.

Sesampainya di ruang keluarga.

Zora menyaksikan berita terjadinya gempa bumi di kampus tempatnya kuliah.

"Kok bisa ya, padahal kita di rumah tak merasakan gempa yang dahsyat seperti itu." timpal Rasuna yang memang tak merasakan apa pun. Melihat penampakan di televisi, gedung - gedung banyak yang roboh.

Zora tak bisa berkata - kata mengenai berita di acara tv tersebut. Karena yang sebenarnya yang membuat kekacauan juga ada sangkut pautnya dengan dirinya.

"Zora, kamu kan siang tadi kuliah. Masa kamu nggak tahu kalau di kampus ada gempa. Terus kamu kemana tadi?" Adam seakan tertarik untuk mengorek informasi lebih detail lagi.

Zora menjadi kikuk untuk menjawabnya. Beruntung Zidan segera datang bergabung. Zidan memberi sebuah alasan yang bisa diterima mereka kemana Zora tadi.

...****************...

Keesokan harinya.

Seperti biasa rutinitas kehidupan Zora dan Zidan akan berpisah saat jam kuliah dan jam kerja.

Zora pamit pada Zidan kalau akan pulang terlambat, ia akan mengunjungi toko kue yang ada di sebelah kampus. Rencananya Zora akan membuat kejutan untuk Zidan.

Zora sudah selesai kuliah. Ia mempercepat langkahnya keluar kelas sehingga membuat Nadin kesulitan untuk menyeimbangi gerakan kakinya.

"Zora, tungguin dong!" teriak Nadin yang sudah cukup tertinggal jauh.

Zora sayup - sayup mendengar teriakan itu. Ia pun menoleh dan terlihatlah sepupunya itu mengejar langkahnya.

"Zora, kamu kok buru - buru! Aku nebeng ya,"

"Nadin, sorry banget ya! Aku belum mau pulang sekarang. Masih ada urusan sebentar. Kamu bareng sama Rico aja!" tunjuk pada seorang cowok yang melintas.

"Ayo!" ajak Rico seneng.

Nadin menggeleng cepat. "Ogah, ah!" tolaknya lalu mengekor Zora yang lebih dulu pergi.

"Aku ikut, Zor!" teriak Nadin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!