Memukul Mundur Pasukan Leo

Zidan membelalak kaget, ia secepat mungkin terbang juga menyusul Leo. Rasa khawatirnya terhadap Zora bukan sebatas karena Zora adalah istrinya, melainkan Zora adalah satu kunci untuk menyelamatkan dunia dari kegelapan. Jadi, ia harus melindungi Zora sampai titik darah penghabisan.

Zora sudah menunggu dan bersiap menunjukkan kekuatannya pada musuh. Ia tidak ingin dianggap remeh apalagi sebagai beban atas suaminya yang kini berjuang seorang diri. Kepalan dari kedua tangannya sangat kentara sebagai tanda keberaniannya telah muncul. Rasa tidak takut menguasai keadaan. Yang ia butuhkan sekarang adalah ketenangan batin.

Mungkin takdir yang memilihnya untuk menjadi seperti yang sekarang. Mengeluh tidak akan merubah apa pun. Ia akan menggunakan kekuatan yang tersembunyi ini untuk melindungi bumi semampu dan sebisanya. Dan apa pun konsekuensi yang ia dapatkan ia tak kan mempermasalahkan.

Zora tulus dari lubuk hatinya yang terdalam menerima keadaan ini. Menerima dirinya yang dipercaya untuk menjaga pecahan kubah matahari. Menerima juga dirinya memiliki suami seorang siluman serigala.

Zora melakukan konsentrasi tinggi menatap sang musuh yang tengah terbang ke arahnya.

Leo semakin dekat. Ia sudah bersiap mengayunkan tongkat sihirnya ke arah Zora. Pandangannya pun juga terkunci.

Mata Zora fokus menatap lurus ke arah Leo sambil memikirkan kekuatan cahaya. Sekali berteriak habislah sudah.

Leo sudah dekat dengan Zora dan bersamaan ayunan tongkat miliknya, Zora berteriak. Telapak tangannya bercahaya seperti yang tadi. Zora menggerakkan kedua tangannya menahan serangan Leo.

Zidan pun sudah menyusul. Ia menatap kagum dengan perubahan Zora yang mulai bisa mengontrol kekuatannya.

Leo hampir saja berhasil menangkap dan membawa Zora pulang ke dunianya. Namun ternyata Zora berhasil mematahkan asumsi Leo.

Leo terperangah lagi. Yang ia yakini gadis biasa ternyata luar biasa.

Leo seolah tersudutkan dengan serangan Zora yang tak ia sangka.

Zidan mengayunkan tongkat sihirnya untuk membantu Zora.

Kekuatan mereka digabungkan dan berhasil membuat Leo mundur.

"Aku belum kalah. Tunggu pembalasanku nanti!" ujar Leo. Leo memindai bola matanya mengitari keadaan sekitar. Semua anak buahnya sudah lenyap. Tinggallah dia seorang.

Leo pun mengarahkan pandangannya ke langit. Lubang hitam itu muncul lalu Leo terbang ke sana dan menghilang dalam lingkaran.

"Zora, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Zidan meneliti keadaan Zora begitu kondisi sudah aman.

Zora merasakan seluruh energinya habis. Ia hampir saja jatuh jika saja Zidan tak menahan tubuhnya.

Kekacauan yang Leo ciptakan barusan menimbulkan pemikiran baru untuk menyelesaikan masalah ini.

"Yah, seperti yang kamu lihat sekarang. Aku baik - baik saja." sahut Zora tenang, terdengar nafasnya yang menderu.

Tubuh dari anak buah Leo menghilang seiringnya Leo pergi tadi.

Semua orang yang melihat hal yang tidak pernah terjadi sebelumya membuat pertanyaan baru muncul di dalam benak mereka.

"Sepertinya aku sudah mulai bisa mengontrol kekuatan di tubuh ini." terang Zora memberitahu keadaan yang sekarang.

"Itu bagus. Tapi, seiring dengan datangnya kekuatan baru maka lebih besar juga lawan yang akan dihadapi. Untuk itu persiapkan dirimu menghadapi musuh di kemudian hari. Baik aku ada ataupun tak ada di sisimu, percayalah kegelapan akan kalah oleh gemerlap nya cahaya." Zidan sudah bersiap menggendong Zora dan akan membawanya terbang.

"Kamu sudah siap?" Zidan memastikan, Zora mengangguk dan mengeratkan pegangan.

"Ayo kita pulang!" ajak Zidan.

Zora mengangguk lagi tanda setuju.

Dan sebelum beranjak pergi. Zidan menghapus memori setiap orang. Dan tinggallah orang - orang dalam kebingunan.

...****************...

Sementera di dimensi lain.

Leo tertunduk lesu ketika menghadapi amukan sang ayah.

Xelon mengarahkan tongkat saktinya ke arah benda seperti arca. Ia marah, putra yang ia banggakan ternyata tidak bisa diandalkan.

"Leo!" bentak Xelon ditengah amarahnya.

"Iya. Ayah," sahut Leo gemetar.

"Sepertinya aku akan turun sendiri ke bumi." ucap Xelon yakin dengan keputusannya. Sudah lelah ia dengan janji - janji yang Leo berikan. Ia akan merebut sendiri pecahan kubah matahari dari genggaman Zidan.

"Tapi Ayah, kekuatan perempuan itu sangat besar. Ayah bisa celaka nanti!" Leo mengkhawatirkan ayahnya. Ia sendiri menjadi bukti betapa kuatnya kekuatan cahaya itu.

"Kamu meremehkanku, Leo!" bentak Xelon yang membuat Leo tertunduk.

"Kamu tahu aku siapa? Raja dari negara Phantom ini adalah yang terkuat. Jangan samakan aku dengan dirimu! Lemah."

Leo tak berani membantah lagi. Kekuatan dan kekuasaan ayahnya adalah yang tertinggi. Leo hanya bisa mendengar segala umpatan yang terasa pedas dan kebas di telinganya.

Sudah cukup ia menjalani kehidupan sebagai anak seorang raja. Tapi, bukannya sebuah kehormatan dan kebahagiaan yang ia dapatkan melainkan hanya sebagai boneka hidup saja.

Bagaimana tidak? Yang ada di dalam pemikiran Xelon sebagai seorang ayah bukannya keutuhan sebuah keluarga, melainkan hanya kekuasaan dan kekuasaan. Xelon telah memperluas area kekuasaan sampai ke negara tetangga. Mirisnya, kehidupan daerah kekuasaan Xelon hidup dalam kesengsaraan. Air sebagai sumber kehidupan utama sulit mereka dapatkan. Xelon telah membuat sebuah bendungan dan semua air mengalir ke sana.

Xelon menuju ke ruang istirahatnya untuk mempersiapkan diri. Ia akan menunggu waktu gelap di bumi.

Sementara Leo yang sejak tadi tertunduk tersentak kaget ketika sebuah suara memanggil namanya.

"Leo! Bangun Nak!" suara tanpa rupa itu terdengar samar - samar.

Leo bangkit mengedarkan pandang mencari sosok pemilik suara samar itu.

"Ibu? Kamu di mana Bu!" teriak Leo di keheningan.

Putri Galela menampakkan wujudnya. Gaun yang putih itu terlihat memantulkan cahaya ruangan.

"Ibu," lirih Leo.

Selama ini ia jarang sekali bertemu dengan putri Galela. Kalau bukan putri Galela sendiri yang menampakkan wujudnya.

"Leo, dengarkan ibu Nak," ujarnya lirih.

"Tidak Ibu. Mengapa Ibu membiarkan aku sendirian di sini tanpa adanya orang yang telah melahirkanku, mengapa Bu? Apa ini sebuah hukuman karena aku terlahir di malam bulan purnama?"

Mitos mengatakan jika seorang siluman lahir di malam bulan purnama maka kelak dewasa nya akan menjadi sebuah ancaman besar bagi Phantom. Dan hal itu membuat Xelon takut, untuk itu ia tak membiarkan Leo tumbuh besar bersama Galela.

Galela sendiri sebenarnya adalah putri dari kerajaan Blora. Ayahnya kalah dalam pertarungan dan meninggal di tangan Xelon. Ia menjadi sandra dan kemudian dinikahi oleh Xelon.

"Bukan hukuman anakku. Kedatangan ibu kemari hanya untuk memberimu pesan. Disaat terjadi gerhana matahari total akan datang seorang Dewi Bulan yang akan membawa perubahan besar di Phantom. Mungkin ini bisa menjadi kesempatan bagimu untuk merubah jalanmu. Kembalilah menuju jalan yang sebenarnya. Sesungguhnya kekuasaan yang kamu incar justru akan membinasakanmu. Dan, untuk pertanyaan kamu tentang kelahiran di bulan purnama, ibu belum bisa menjawabnya sekarang."

Setelah mengucapkan itu, Putri Galela menghilang. Leo berteriak menginginkan ibunya datang lagi. Tubuhnya mengangsur kebawah. Ia bimbang. Xelon sudah memberi mandat yang besar untuknya. Dan jika ia berhasil, ia akan mendapatkan jabatan kekuasaan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!