Leo Menyerang

Kala itu, saat Leo kembali dengan keadaan yang terluka parah ketika terkena serangan Zora, Xelon sudah menduga kalau perempuan yang menyerang putranya adalah pemilik pecahan kubah matahari yang keempat.

Tubuh Leo terkulai lemas. Bahkan untuk mengangkat jemarinya saja ia tak kuasa.

Xelon mengangkat tongkat saktinya lalu mengayunkan ke arah Leo.

Tubuh Leo menyerap cahaya yang dikeluarkan dari tongkat sakti itu. Seketika itu tenaganya pulih kembali seperti sedia kala.

Leo tampak senang dengan keadaaan yang kini lebih baik.

"Ayah, perempuan yang menyerangku," Leo menggantung ucapanya. Xelon mengangguk samar.

Rupanya Xelon sudah mengerti jadi Leo tak perlu memberitahunya lagi.

Xelon membuka mulutnya dan mulai bicara, "Ya, perempuan itu adalah orang yang kita cari selama ini. Zidan pasti menyembunyikan pecahan kubah matahari itu di tubuh perempuan yang menyerang mu. Dan tugas kamu adalah mendapatkan pecahan kubah matahari yang keempat. Bawa perempuan itu ke sini!"

Leo mengangguk, "Baik Ayah!"

Xelon tertawa lebar. Sebentar lagi, kekuatan besar akan menjadi miliknya. Xelon mendatangi tiga ksatria penjaga yang sudah ia tahan. Xelon telah memenjarakan mereka bertiga di penjara piramida. Sebelumnya mereka bertiga ditempatkan di penjara biasa. Karena khawatir pecahan kubah matahari dipergunakan untuk menyerang Xelon, untuk itu mereka dipindahkan dan dibuat tidur.

Leo memerintahkan anak buahnya untuk segera berkumpul. Mengajak mereka untuk melintasi waktu lagi menuju bumi.

Di bumi sekarang pukul 11.30.

Suasana kota cukup ramai dengan lalu lalang pengendara di jalan besar. Kerumunan mahasiswa juga terlihat saat mereka ke luar dari kampus. Menandakan jam kuliah telah usai.

Untuk menghindari kejadian kemarin terulang lagi, Zidan menjemput Zora. Zidan sudah minta izin pada Adam.

Tahu kemarin Adam sampai dua jam menunggu Zidan di kantor. Setelah ia tahu rupanya toilet yang ia tunggui sejak lama ternyata kosong. Adam mengumpat merasa ditipu oleh Zidan.

Dan setelah dua jam lamanya, Zidan baru kembali dan itu membuat Adam kesal. Adam menggerutu karena harus bekerja sendiri. Sebagai gantinya, akhirnya Zidan lembur tapi tidak sampai pulang terlalu malam.

Adam melihat penampilan Zidan yang begitu fress seperti baru selesai mandi. Zidan pun menjelaskan kalau dia baru saja pulang mengantar Zora. Zora tengah terancam bahaya bersama Joshua di mall. Mendengar penuturan Zidan, Adam sangat geram dan mengumpat.

Dan sekarang ia mengutarakan pada Adam akan menjemput Zora di kampus. Adam memberi izin dan meminta Zidan kembali cepat.

Adam merasa jika ada Zidan di kantor, urusan pekerjaan apa pun yang berat terasa mudah dikerjakan. Selain cekatan, penjelasan yang Zidan sampaikan juga sangat mudah dimengerti.

Kembali ke kampus. Kedatangan Zidan dengan penampilannya yang stylish menyita seluruh mata para wanita. Setelah kemeja biru dongker memberikan kesan padanya tipikal pria yang romantis dan tegas.

Teriakan para gadis sangat riuh.

"Zidan, i love you!"

"Jadikan aku yang kedua!"

Dan banyak lagi lontaran kalimat lain dari penggemar Zidan.

Zidan tak menghiraukan mereka dan fokus berjalan lurus ke arah Zora. Zora berdiri di samping Nadin. Nadin menampakkan senyumnya yang manis tapi pandangan Zidan tetap tak teralihkan.

Bagi Zora, ini adalah momen bagus untuk memberikan pelajaran pada Nadin - Nadin yang lain.

Zidan sudah mewanti - wanti Zora agar berhati - hati pada sepupunya itu. Awalnya Zora menyangkal tapi setelah Zidan menceritakan kejadian kemarin tentang adanya Joshua barulah Zora mengerti. Justru orang yang terdekat lah yang paling berbahaya.

"Kak Zidan, boleh aku meminta sesuatu?" ucap Zora setengah berbisik.

"Katakanlah!" sahut Zidan.

"Gendong aku!" ucap Zora dengan manja seolah memamerkan kemesraannya di dekat Nadin.

Zidan menaikkan salah satu alisnya, menatap sang istri.

Dan tak ada sedetikpun, Zidan langsung mengangkat tubuh Zora berjalan melewati para gadis.

Melihat itu, Nadin sontak membola kedua matanya. Darahnya mendidih.

Mereka yang terpana menyaksikan ketampanan Zidan harus teralihkan adanya sang istri yang kini tengah berada dalam dekapan.

"Zora, kamu tega!" umpat yang lain.

"Andai itu aku."

"So sweet kamu Zidan ...!"

Dan seketika itu, kilatan cahaya muncul. Langit menjadi gelap. Lubang hitam besar terbentuk ditengah gelapnya langit. Seperti pusaran dan terus berputar.

Orang - orang berteriak, memekik ketakutan. "Apa itu!"

"Apakah langit akan meleleh?"

"Aku belum mau mati sebelum menikah."

Kepanikan pun muncul ditengah kerumunan semua orang termasuk Nadin. Nadin berlari memasuki gedung kampus bersama yang lain.

Dari lubang hitam itu, muncul orang - orang berpenampilan seperti memakai kostum serigala. Itulah Leo.

Jumlahnya tak hanya bisa dihitung dengan jari. Leo datang membawa bala tentaranya dan siap mengalahkan Zidan.

Leo melemparkan serangan ke bumi hingga mengenai orang - orang tak bersalah.

Kekacauan pun terjadi. Pohon - pohon tumbang. Kabel listrik putus. Gedung - gedung pencakar langit pun roboh.

Zidan segera memberikan perlindungan pada Zora.

"Mereka kembali !" seru Zora.

"Mereka pasti sudah mengetahui siapa kamu ." ucap Zidan sembari berfikir untuk menjauhkan Leo dari penduduk bumi yang tidak berdosa yang akan terkena dampak dari pertarungan ini.

Leo menatap Zidan. "Zidan, kita bertemu lagi. Kali ini aku akan membawa wanita yang berada di samping mu itu."

"Lakukanlah jika kamu bisa!" Zidan memberikan pukulan, ia bertarung sambil menarik Zora agar selalu berada dalam perlindungan dirinya.

Sesekali Zora mengaduh lelah.

"Biarkan aku pergi. Aku akan mencari tempat sembunyi."

Zidan mengangguk sembari memberi pengawasan pada Zora.

Leo tidak sendiri, anak buahnya juga bergerak cepat mengejar Zora. Andai Zora bisa mengendalikan kekuatan di tubuhnya sudah pasti ia melawan.

Zora terus berlari.

Zidan melempar serangan sihirnya pada musuh yang mengejar Zora. Mereka berubah menjadi batu.

Zora pikir sudah aman nyatanya musuh yang lain muncul lagi. Zora terkepung.

"Ikutlah bersama kami!"

"Tidak. Aku tidak akan pergi kemana pun!" sentak Zora.

Musuh berhasil meringkus Zora dan Zora berusaha mengeluarkan kekuatannya yang sepertinya sedang gagal ia lakukan. Butuh konsentrasi tinggi untuk memunculkan kekuatan yang besar.

Zora memahami hal itu dan mencoba untuk tenang.

Zidan kecolongan, ia tak melihat sosok Zora dari jauh. Sementara ia masih berhadapan dengan Leo.

"Menyerahkan kamu Zidan !"

Zidan tak menggubris dan terus berusaha menyerang meski saat ini kekuatannya tak sebanding dengan Leo.

Zora mengayunkan tangan ke arah musuh sambil berteriak.

Seketika cahaya yang terasa panas muncul dari kedua tangannya. Cahaya itu ia arahkan ke musuh dan seketika mereka binasa hangus terbakar.

Zora menyadari kekuatan ini bisa membantu Zidan. Zora berlari ke arah Zidan.

Zidan terperanjat kaget Zora tiba - tiba muncul di dekatnya.

"Zora, apa yang tengah kamu lakukan di situ! Pergi cepat !" Zidan mengusir Zora dan itu membuat Leo menyunggingkan senyum. Buruan datang sendiri tanpa diberi umpan.

Leo tahu kalau gadis itu memiliki kekuatan besar tapi bodoh. Belum bisa menguasai secara maksimal. Jadi, Leo mengambil kesempatan yang bagus ini.

Ia menyudahi pertarungannya dengan Zidan. Ada yang lebih menarik.

Leo terbang ke arah Zora.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!