Rencana Joshua Dengan Nadin

Suasana di ruang tamu terlihat riuh dengan gelak tawa keluarga Rasimoon. Sudah lama hal ini tidak terjadi. Dengan datangnya Zidan dan Adam seolah memberi energi positif dalam keluarga tersebut.

Adam dulunya bisa berjalan lancar, cuman setelah mengalami kecelakaan yang menewaskan calon istrinya ia mengalami lumpuh permanen. Dan selama sakit ia hanya berdiam diri di dalam kamar sambil merutuki nasib. Adam memisahkan diri disaat semua orang tengah berkumpul. Ia seperti tak butuh orang - orang disekitarnya. Adam merasa putus asa lalu pergi ke luar negeri untuk berobat sekaligus menenangkan diri.

Nyatanya 2 tahun berobat tak kunjung sembuh juga. Justru ia mendapatkan kesembuhan begitu pulang ke rumah. Dengan begitu ia mengambil pengertian bahwa tanpa keluarga obat akan sulit didapatkan.

Adam mengubur rasa sesalnya dan bangkit menjadi pribadi yang lebih baik. Ia ingin mencontoh Zidan meski sosok itu baru dikenal.

Dan seharusnya ia sudah menikah di tahun ini, karena belum ada yang menarik hatinya ia lebih memilih menjadi perjaka tua. Rasimoon sudah berulang kali mengenalkan gadis - gadis anak temannya, tapi Adam sama sekali tidak tertarik.

Saat ini Adam menjadi bahan tertawaan semua orang. Ia kalah dari Zidan saat bermain kartu. Wajahnya akan dipoles bedak setiap kali kalah. Zidan yang cerdik itu selalu menang. Bahkan Zidan tertawa cekikikan melihat wajah itu. Ini adalah hal pertama kali dalam hidupnya.

"Aku kalah lagi! Zidan, kapan kamu akan memberi kesempatan padaku untuk menang, sejak awal bermain kamu menang melulu." gerutu Adam sambil berkacak pinggang.

Zidan hanya mengangkat bahu.

"Udah nasib, Dam. Terima saja!" tukas sang mami yang juga tak bisa menahan tawanya.

"Mau aku gantikan?" tawar Rasimoon yang membuat mata Adam berbinar.

Belum sempat Adam menjawab mau, Rasimoon melanjutkan ucapannya yang tertunda. "Tapi bohong!"

Semua orang pun terpingkal - pingkal melihat ekspresi Adam yang begitu lucu. Rasimoon dan Rasuna beranjak pergi ke kamar. Mumpung malam minggu, mereka yang pernah muda mengenang momen - momen tempo dulu.

"Kak Adam, diam ya, jangan bergerak!" Zora mengambil momen ini dan mengabadikan di kamera ponselnya.

Sontak Adam menutupi wajahnya dengan kedua lengannya. "Apaan sih, Zor! Nggak sportif tau!" Adam nggak terima.

"Yew, udah kalah nggak mau terima konsekuensi." imbuh Zora dan segera menyimpan ponselnya keburu direbut sama Adam.

Adam berdiri hendak merebut ponsel Zora. Zora segera menangkis tangan sang abang yang kekar itu. Zidan khawatir jika tanpa sadar Zora akan mengunakan kekuatannya.

Dan benar saja saat Adam berhasil merebut ponsel Zora, Zora sontak mendorong tubuh Adam hingga hampir terpelanting jika saja Zidan tak menahan tubuh Adam.

Zora menatap telapak tangannya, sungguh ia tidak sadar tadi dan hampir melukai sang abang.

Untuk menghindari kecurigaan tentang istrinya, Zidan menghapus ingatan Adam mengenai kejadian barusan.

Zora beranjak pergi keluar rumah. Zidan menyusul.

Zora terisak. Ia tak berniat sama sekali untuk mencelakai Adam. Adam adalah kebahagian utama di keluarganya.

Zidan menghibur Zora. "Jangan bersedih. Semua sudah beres kok!"

"Sampai kapan aku seperti ini, aku tidak mau dikatai aneh! Aku ingin menjadi wanita biasa." cerocos Zora.

Zidan memeluk Zora, mendekapnya dalam. "Bersabarlah, jika waktunya tiba aku pastikan kamu mendapatkan kebebasan!"

...****************...

Pagi ini seperti biasa, Adam dan Zidan tengah sibuk menyelesaikan pekerjaan kantor yang menumpuk. Bisa saja Zidan menyelesaikan dalam sekejab tapi tidak mungkin di hadapan Adam. Adam akan curiga siapa dirinya sebenarnya.

Keberadaan Adam di dekatnya memang membuatnya sulit untuk menggunakan sihir.

Tiba - tiba saja, Zidan merasakan perasaan yang tidak enak. Sudah pasti hal ini berkaitan dengan pecahan kubah matahari.

Sementara itu, Zora baru saja selesai dari kuliah. Ia tengah ngobrol dengan Nadin.

Zora selalu saja menceritakan kehidupan rumah tangganya dengan Zidan yang membuat Nadin semakin geram. Padahal Nadin sendiri tadi yang bertanya tentang bagaimana kehidupan Zidan.

Zora tahu jika Nadin ada rasa dengan suaminya. Maka dari itu ia melebih - lebihkan saat bercerita dan membuat darah Nadin semakin panas.

"Udah Zora, berhenti cerita! Aku bosan mendengarnya." Nadin tidak tahan lagi dan semakin ingin merebut Zidan dari Zora.

"Iya deh, maaf! Yuk kita belanja !" hibur Zora seraya menggandeng lengan sepupunya. Inilah yang disukai Nadin. Pasti Zora yang bakal membelanjakannya.

Hampir dua jam Nadin dan Zora berada di mall. Mereka melihat tas, sepatu dan baju. Zora melihat sepasang kaos kopel berwarna putih. Ia membelinya. Sementara Nadin menginginkan tas baru berwarna metalik.

"Tapi uang di ATM ku tidak cukup untuk membelinya," keluh Nadin berpura - pura.

"Udah, biar gabung jadi satu saja pembayarannya!"

"Aku jadi nggak enak sama kamu, Zora!"

"Santai saja, kita kan saudara !"

Setelah selesai belanja, Nadin dan Zora makan siang. Sambil menunggu makanan datang, pelayan mengantar minuman terlebih dahulu.

Nadin pamit ke toilet sebentar dan membiarkan Zora sendirian.

Nadin tampak menghubungi seseorang dan meminta seseorang segera datang.

Sementara itu, di tempatnya Zora.

"Zora, kamu di sini, sama siapa?" tegur Joshua yang segera datang setelah mendapat panggilan.

"Joshua? Kamu kok bisa berada di luar jam segini ?" tanya Zora balik. Joshua menjadi OB sekarang.

"Iya, nganter mama belanja terus aku tinggal makan. Pastilah mama belanjanya lama." ujar Joshua. Ia masih menginginkan Zora kembali padanya meski Zora sudah menikah. Untuk itu ia bekerja sama dengan Nadin.

Zora tampak termangu.

"Boleh aku gabung di sini, kamu sendirian?"

Zora mengangguk, "Enggak kok, ada Nadin. Dia masih ke toilet." sahut Zora.

Joshua mengedarkan pandang. Ia sengaja mengalihkan perhatian Zora lalu memasukkan sesuatu pada minumannya.

"Ah, sepertinya aku salah orang! Aku kira itu tadi suamimu."

Zora segera menoleh untuk memastikan, memang bukan suaminya.

Joshua membuka obrolan dan Zora menyahutinya dengan enggan sampai Nadin datang.

Makanan datang dan mereka bertiga pun makan.

Zora sudah habis duluan lalu meneguk minumannya sampai tandas.

Joshua dan Nadin saling melempar senyum.

Detik berikutnya, Zora mengeluh kalau kepalanya pusing dan ia hendak bangkit pun kesusahan.

Joshua dengan sigap menahan tubuh Zora yang sempoyongan agar tidak sampai jatuh.

Nadin sudah menyiapkan tempat. Dan Joshua akan membawa Zora ke tempat yang sudah di pesan Nadin.

Seketika itu juga, sebuah tangan yang kekar langsung mendaratkan pukulan mentah hingga membuat hidung Joshua bengkak.

Sontak Joshua melepaskan pegangan tangannya sambil meringis menahan sakit.

"Singkirkan tangan kotormu! Jika kamu berani menyentuh secuil pun, aku tidak segan meremukkan tulang belulangmu!" ancam Zidan yang segera datang tatkala ia merasakan ada yang tidak beres dengan keadaan Zora. Zidan merangkul Zora lalu menggendongnya pergi.

Zidan membawa Zora terbang ke awan menuju kediaman Rasimoon.

Zora mendesah merasakan tubuhnya terbakar.

Rupanya Joshua telah memberikan obat perangsang tadi ke dalam minuman Zora.

Zora yang setengah sadar menarik tubuh Zidan dan mengajaknya bercinta.

Padahal Zidan sedang ditunggu Adam karena tak kunjung kembali dari toilet.

Tanggung juga sudah begini, Zidan pun meladeni permainan Zora.

Sementara Nadin mengobati hidung Joshua yang kemudian mengeluarkan darah kental dari lubang hidungnya.

"Aww, sakit, pelan - pelan!" Joshua merasakan tulang hidungnya telah patah.

Nadin ikut meringis setiap kali Joshua mendesis sakit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!