Nadin Datang Lagi

"Zora ini istriku."

Satu kalimat yang keluar dari mulut Zidan membuat Mikayla tersedak.

Sontak Zora menyodorkan air putih pada Mikayla. Mikayla menerima dan segera meneguknya. Setelah agak mendingan Mikayla mengucapkan terima kasih. Ia merasa bersalah telah mengira jika Zora adalah adiknya Zidan.

"Ah, Zora, maafkan aku. Aku kira kamu adiknya tuan Zidan. Ternyata kamu istrinya." ujar Mikayla yang merasa nelangsa tidak bisa mendapatkan hati seorang CEO tampan.

Zora bersedia memaafkan ketidaksopanan CEO perempuan itu.

Kemudian Zidan mengingatkan Mikayla tujuan mereka bertemu siang ini, "Katamu, ada hal penting yang ingin kamu sampaikan?"

Mikayla jadi pucat pasi. Sebenarnya ia ingin mengutarakan isi hatinya pada Zidan, karena Zidan sudah beristri ia tidak mau dicap sebagai wanita perusak rumah tangga orang lain oleh karena itu ia membatalkan niatnya. Ia pun mencari alibi agar segera pergi dari situ.

"Ah, iya, aku lupa jika hari ini orang tuaku mau datang. Jadi, aku pulang duluan. Silahkan kalian nikmati waktu berdua kalian." Mikayla bergegas pergi dan itu sontak membuat Zora terbahak.

"Yah, begitulah perempuan. Susah ditebak. Bagaimana denganmu Zora, kamu puas sekarang?" tanya Zidan.

"Sangat puas!" serunya.

Zora sudah membuat kesepakatan dengan Zidan , sebagai pasangan suami istri mereka harus jujur dan terbuka satu sama lain.

...****************...

Hampir setiap Minggu Nadin datang, ada saja alasannya. Yang kangen sama Zora lah, mau tanya tentang tugas kampus lah. Dan kali ini Nadin datang membawa makanan hasil ia memasak sendiri. Ia memang jago memasak sejak duduk di bangku SMA.

Begitu ia datang tak didapati yang dicari. Ia bertemu tante Rasuna dan Adam.

"Loh, Kak Adam sudah balik dan sudah sembuh!" Nadin terkejut.

"Ia, aku pamit pergi dulu ya!" Adam berlalu meninggalkan dua wanita itu. Ia terlihat buru - buru.

"Kebetulan kamu datang, Nadin!" seru Rasuna senang.

Nadin melihat Rasuna sedang membongkar lemari, mengeluarkan baju lama dan ingin ia sumbangkan ke orang lain.

"Iya, Tante. Zora ada?"

"Zora pergi sama Zidan, nggak tahu kemana. Mumpung ada kamu, tolong tante ya! Kamu bantu tante mengemas baju lama yang ada di lemari."

'Apes banget nasib ku.'

"Baik, Tante, dengan senang hati!" ujar Nadin terpaksa.

Nadin melirik jam di pergelangan tangannya sudah menunjuk pukul 1 siang. 'Pantas perutku perih, udah jam segini.'

Rasuna mengajak Nadin untuk makan siang dulu setelah itu meminta bantuannya lagi untuk memindahkan meja.

Nadin menggerutu di dalam hati, niatnya ingin makan bersama sang pujaan hati eh, malah di suruh bantu- bantu.

Dan saat Nadin mulai menyendokkan makanan ke mulutnya. Terdengar suara Zora dan Zidan tertawa.

Zora menyapa kehadiran sepupunya itu.

Nadin menawarkan untuk makan bersama. Sayangnya Zora menolak karena sudah makan di cafe Pojok Cinta dengan Zidan tadi. Mereka berdua melewati Nadin tanpa rasa bersalah.

Nadin merasa geram dan cemburunya kian memuncak.

"Tante, sepertinya aku harus pulang sekarang. Kan Zora sudah tiba, Tante bisa meminta bantuannya untuk mengangkat meja."

"Ah, iya, kamu benar juga. Kalau begitu baiklah. Sampaikan salamku pada kedua orang tua mu."

"Baik, Tante. Nadin pamit pulang."

Setelah kepulangan Nadin, Rasuna memanggil Zidan dan Zora untuk memindahkan meja, tentu tenaganya lebih kuat bila dilakukan bersama.

Setelah keduanya datang, Rasuna mengarahkan tempat di mana meja besar itu harus dipindahkan. "Sepertinya tenaga kita kurang. Sebentar mami panggil kang Jupri dulu untuk membantu." ujar Rasuna dan bergegas keluar mencari keberadaannya.

Bagi Zidan ini mudah tanpa harus bersusah payah mengeluarkan tenaga. Lantas ia menunjuk dengan jarinya meja itu. Meja terangkat dengan sendirinya menuju tempat yang diinginkan mami.

Mami datang bersama kang Jupri. Mami membelalak, meja besar itu sudah berpindah.

"Kak Zidan kuat kok Mi, jadi bisa angkat sendirian."

Pelipis Rasuna mendadak pening, ia ingat belum jika meja itu sangat berat. Dulu waktu masih baru, butuh 7 orang untuk mengangkat dan membawanya ke kamar.

"Sepertinya mami perlu tidur siang."

Zora membantu Rasuna untuk berbaring. Semua orang membubarkan diri.

"Kak Zidan sih, bikin mami depresi akhirnya,"

"Aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Ya sudahlah, ayo temani aku tidur siang!"

Ketika malam tiba, Rasuna menceritakan pada Rasimoon tentang keanehan yang terdapat pada diri Zidan. Rasimoon hanya menjadi pendengar yang baik saja.

Keesokan harinya.

Zora pulang dari kampus berjalan menyusuri jalanan yang biasa ia lewati. Ia sudah memesan taksi online tapi taksi itu sepertinya sedang ada gangguan hingga terlambat untuk datang.

Zora ngedumel seorang diri. Ia menatap langit yang mendung. "Sepertinya akan turun hujan." Zora menghubungi Zidan untuk menjemputnya sekarang. Zidan tak menjawab ponselnya membuat Zora membuang nafas kasar.

"Sepertinya aku harus menunggu." Zora menatap layar ponselnya berharap Zidan menghubunginya balik.

Selang beberapa menit kemudian, terlihat dua orang pria berjalan cepat ke arahnya. Tatapan mereka juga tak ramah.

Zora memilih untuk pergi dari tempat itu. Langkahnya cepat. Begitu pula dua orang yang misterius malah ikut mengejarnya.

Zora berlari jauh dari tempat biasanya ia menunggu taksi.

Dua pria misterius berpencar.

Zora merasa dirinya sudah aman. Ia membungkuk sambil menata nafasnya yang ngos - ngosan.

Satu pria muncul di depannya membuat Zora tersentak kaget. Zora hendak berbalik namun pria yang lain juga mencegatnya.

"Pergi kalian!" teriak Zora.

Dua pria itu tertawa mengejek. "Kalau kami tidak mau pergi bagaimana cantik?" goda salah satu.

"A-ku, akan menghajar kalian!"

Mereka tertawa lagi. Mereka hendak mencekal tangan Zora. Sebelum berhasil Zora menepisnya.

Mereka memberi kode satu sama lain, menyerang Zora bersamaan. Zora berhasil ditangkap.

"Lepaskan, lepaskan aku!" teriak Zora.

"Ikut kami!" bentak salah satunya.

"Aku tidak mau!" kemudian Zora menepis mereka dengan kekuatan pecahan kubah matahari.

Dua preman itu terpelanting jauh lalu pingsan.

Zidan baru datang dan langsung memeluk Zora. "Maafkan aku datang terlambat."

Tadi Zidan sedang membantu Adam menyelesaikan proposal. Ia di awal sudah merasakan ada yang tidak beres dengan keadaan Zora. Tapi, saat akan menyelinap pergi ada saja permintaan Adam. Dan begitu ada kesempatan, Zidan menggunakan ilmu sihirnya menembus waktu untuk cepat datang di tempat Zora.

"Kamu baik - baik saja kan, Sayang!" Zidan mengecek keadaan Zora.

Zora mengangguk. "Aku nggak apa-apa kok, kekuatan pecahan kubah matahari telah menjagaku. Jadi, Kak Zidan tidak perlu mengkhawatirkan aku jika aku pergi seorang diri."

Zidan merasa lega sekarang, ia mengajak Zora pergi dan akan mengantarnya pulang.

Dari jauh, Nadin mengumpat kesal. Dua orang yang ia sewa untuk mencelakai Zora tidak bisa diandalkan.

Nadin berpikir jika Zora memiliki kekuatan ghaib. Melihat tadi ia mengeluarkan cahaya saat melumpuhkan dua orang suruhannya.

Nadin akan menyelidiki itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!