Zora Cemburu

Pagi ini hari libur, jadi Zidan bisa tidur nyenyak tanpa beban harus pergi bekerja.

Ponselnya mendadak berdering tapi Zidan tak terpengaruh.

Akhirnya Zora yang mengangkat ponselnya. Ia baru saja keluar dari kamar mandi. Zora pikir setelah mendengar ponselnya berdering, Zidan akan bangun, nyatanya sampai ponsel itu berhenti ia juga belum bangun. Zora melintasi suaminya yang masih terlelap. Begitu sampai di ambang pintu kamar, ponsel Zidan berbunyi lagi. Zidan tak kunjung bangun.

Lalu Zora menggeser tombol hijau. Terdengar suara wanita dari arah seberang yang membuat dahi Zora berkerut. 'Kak Zidan punya teman wanita, kok nggak pernah bilang ya!'

"Hallo, tuan Zidan ! Ada yang ingin aku sampaikan padamu. Bisakah kita bertemu hari ini?" ujar pemilik suara perempuan itu.

"Ehem, maaf aku Zora. Kak Zidan masih tidur." sahut Zora ketus.

"Oh begitu ya Dik, tolong bisa disampaikan ucapan saya barusan. Untuk alamat dan waktu akan saya kirim nanti." ujar suara perempuan tadi dengan halus. Ia tidak tahu jika Zora adalah istrinya Zidan.

"Iya, baiklah! Anda siapa?" sahut Zora lalu penasaran dengan pemilik suara itu.

"Ah, aku Mikayla. CEO dari perusahaan Siantar Top. Jangan lupa ya Dik, nanti tolong disampaikan. Ada pertanyaan lain?"

"Tidak ada." sahut Zora sengak. Suasana hatinya menjadi buruk setelah mendengar wanita lain menyombongkan diri.

Kemudian perempuan itu mengakhiri panggilannya.

" Dia panggil aku apa barusan, Dik? Emang dia kakakku apa?" gerutu Zora sambil menarik selimut Zidan dengan kasar.

Zidan hanya menggeliat tak butuh untuk bangun setelah hawa dingin menyentuh kulitnya.

"Kak Zidan, bangun!" teriak Zora.

Zidan terpaksa membuka matanya lebar. "Apa, kenapa wajahmu manyun gitu ? Kemarilah!" Zidan mengayunkan tangan.

Zora dengan kasar duduk di samping Zidan sambil bersendekap dada. Memalingkan muka acuh.

Zidan menarik tubuh Zora dalam pelukan hingga ia memekik. Raut mukanya berubah merah.

"Ntar cantiknya hilang loh, cemberut terus. Mumpung libur, tidur lagi yuk!"

"Ogah!" Zora melepas tangan kekar Zidan. Lalu memposisikan dirinya duduk. Zidan pun ikut duduk.

"Kamu marah, kenapa?" tanya Zidan melihat raut muka yang tak sedap dipandang.

Zora mengintimidasi Zidan, "Siapa Mikayla itu, cantik kan mana sama aku? Kok nggak pernah cerita kalau punya kenalan perempuan?" tanyanya ketus.

Zidan terdiam berpikir, ia mencoba mengingat nama itu tapi, sepertinya tidak berhasil. Ia mengangkat bahunya, "Tak tahu!"

"Kak Zidan bohong, terus kalau nggak kenal kenapa perempuan itu menelpon barusan. Ngaku CEO segala."

Barulah Zidan ingat setelah Zora menyebutkan kata kuncinya, CEO.

"Oh, CEO perempuan itu, dia rekan bisnis Daddy. Karena CEO Adidas ganti aku, jadi semua urusan apa pun beralih ke aku. Bahkan aku lupa namanya. Kami pernah bertemu sekali untuk membahas kerjasama." terang Zidan.

"Lupa apa lupa?" sindir Zora.

"Beneran, emang dia menghubungi aku tadi mau apa?"

"Ngajak kencan!" sahut Zora setengah jutek.

"Zora," Zidan mencubit pipinya yang chubby.

Zora memekik dan menepis kasar tangan Zidan.

"Ngomong yang bener!" Zidan mengacak - acak rambut Zora.

"Lah emang bener kok! Hari libur ngajak ketemuan, kalau bukan kencan apa lagi namanya ?"

Seketika itu ponsel Zidan berbunyi. Zidan membaca satu notif yang masuk. Itu dari Mikayla. Zidan tak pernah memberi nomor ponselnya pada orang lain, besar kemungkinan Mikayla tahu dari mertua laki - lakinya.

"Itu pasti dari penggemar beratmu." celetuk Zora.

"Bagaimana kamu bisa tahu."

"Tuh kan, Kak Zidan main perempuan lain di belakangku!" Zora ngambek.

"Alah gitu aja, kamu sok melebih - lebih kan. Mikayla minta ketemuan siang nanti di cafe Pojok Cinta." Zidan memberitahu.

"Tuh kan, lagi! Masa mau bahas pekerjaan di tempat yang romantis, kalau bukan kencan apa namanya!" Zora mulai mewek.

"Zora, manisku, kamu nggak percaya? Mau ikut ke sana untuk membuktikan sendiri ?" Zidan mencoba menghibur.

Zidan tak pernah ada niat untuk menduakan istrinya. Baginya satu sudah cukup, meski Zidan bisa menaklukkan bidadari sekali pun.

Mata Zora berbinar, "Sungguh, aku boleh ikut!"

"Iya,"

"Sungguh!" Zora masih tidak percaya jika dirinya akan diajak ke cafe Pojok Cinta. Karena setahunya cafe itu yang datang ke sana adalah orang - orang yang memiliki kekasih. Dan sebelum menikah dengan Zidan, Zora tidak pernah pergi atau berkunjung ke tempat - tempat romantis mana pun. Jadi, begitu Zidan menawarkan, Zora langsung aja mau.

Zidan mengulum senyum dan mau melanjutkan tidur lagi. Zora menahan lengan suaminya.

"Ini udah siang. Kak Zidan mau sarapan kapan, aku udah laper nih!"

Zidan terperanjat, "Kamu belum makan!"

Zora menggeleng cepat.

Tentu saja Zidan tak mau membuat Zora sakit. Ia pun lekas bangun.

"Ayo kita sarapan!"

Zora melongo dibuatnya.

"Kok malah diam, ayo!"

"Kak Zidan nggak mandi dulu?"

Zidan menggeleng cepat dan menarik tangan Zora. Mereka menuju ruang makan untuk sarapan bersama.

Zidan menasehati Zora agar tak terlambat untuk makan. Seorang siluman tak membutuhkan makan tepat waktu, bisa makan seminggu sekali atau sebulan sekali. Berbeda dengan manusia.

Zora mengangguk mengerti dan takkan mengulangi hal yang sebenarnya sepele itu. Tapi menunda untuk makan sangatlah tidak baik untuk kesehatan. Zidan tahu itu setelah membaca buku.

...****************...

Pukul 11 tepat, Zidan dan Zora sampai di cafe Pojok Cinta. Ternyata Mikayla sudah memesan tempat hingga begitu Zidan datang langsung menempati tempat yang sudah dipesan.

Mikayla datang setelah selang beberapa menit dari kedatangan Zidan.

Mikayla berteriak memanggil Zidan sangking senangnya karena Zidan datang lebih dulu.

Mikayla menghampiri Zidan yang ternyata tidak datang sendiri.

"Kamu mengajak adikmu?" tanya Mikayla sambil menarik kursi lalu duduk.

"Adik?" Gumam Zidan.

Zora hanya cengar - cengir saja membayangkan seandainya wanita ini tahu kalau Zidan sudah beristri, seperti apa reaksinya.

"Hai, Zora. Kamu terlihat cantik!" ujar Mikayla memuji Zora.

"Ah, terima kasih. Aku tidak mengganggu kan jika di sini?" ucap Zora.

Sebenarnya Mikayla risih jika pendekatan nya terhadap Zidan dipantau orang lain meski adik sendiri. Ya, Mikayla mengira jika Zora adalah adiknya Zidan.

"Tentu saja tidak." Mikayla memaksakan senyum. Dan Zora tahu itu. Ia bersikap masa bodoh dengan perasaan Mikayla yang mau mencoba menggoda suaminya. Terlihat jelas dari cara berpakaiannya .

Mikayla memanggil pelayan untuk memesan makanan. Saat giliran Zora yang ditanya, ia samakan dengan pesanan sang suami.

Mikayla tak sadar karena terlalu sibuk menatap Zidan hingga makanan datang ia tak mendengar.

Zidan membuyarkan lamunan Mikayla dengan memanggil namanya. "Mikayla, makanan sudah datang!"

Mikayla tersentak dan membuatnya sungguh merasa malu. "Ah, iya." Mikayla mulai memakan makanannya begitu pula dengan Zora dan Zidan.

Zidan mengambil ikan milik Zora hendak akan ia pisahkan antara duri dengan dagingnya.

Melihat itu Mikayla menjadi iri akut. "Tuan Zidan sangat perduli ya dengan sang Adik ."

Zidan menghentikan pergerakannya lalu menatap Mikayla. "Adik yang mana yang kamu maksudkan?"

Mikayla menelan kasar ludahnya melihat sorotan mata yang begitu pekat. "Zora. Bukankah Zora adik Anda?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!